Bulan masuk ke dalam kamar. Mengunci pintunya dari dalam. Langsung membaringkan tubuhnya ke ranjang yang berukuran sedang di dalam kamarnya.
Meski dengan mata terpejam, Bulan sama sekali belum tidur. Sungguh, Bulan sama sekali tidak merasa nyaman dan malah merasa terkekang dengan banyaknya CCTV di rumah yang dia tempati.
Dirinya terlihat bebas. Namun nyatanya, dia tak ubahnya seperti burung dalam sangkar. Bulan tidak menyangka dirinya akan diperlakukan seperti ini.
Awalnya, Bulan mengira jika dia akan bekerja seperti biasanya. Dimana Bulan juga pernah menjadi seorang mata-mata rahasia. Namun penjagaan terhadapnya tidak seketat ini.
Sehingga Bulan dapat melakukan apapun dan beraktifitas dengan bebas. Namun semuanya tidak seperi yang dia harapkan.
Semua perlakuan mereka padanya, malah membuat Bulan semakin penasaran bercampur curiga. "Gue harus mencari tahu. Apa sebenarnya yang terjadi."
Bulan yakin, jika kasus yang telah dijelaskan oleh atasannya, tidak sesederhana pemikirannya. Dan Bulan juga menduga, jika atasannya tidak menjelaskan semua yang terjadi pada dirinya.
Otak cerdasnya berpikir. Bagaimana dirinya bisa terbebas dari pantauan CCTV yang berada di seluruh ruangan. Meski hanya beberapa menit.
Bulan memang tidak menghabiskan seluruh waktunya untuk tinggal di rumah. Mengingat jika pekerjaannya sekarang adalah seorang pengajar di sebuah SMA.
Bulan hanya ingin memiliki privasi, saat dirinya berada di rumah. Dan Bulan yakin, tempat yang dangat di awasi adalah tempat paling aman.
Bulan bisa menebak dengan mudah, jika pergerakannya di luar rumah juga akan dipantau selalu. Dimanapun dan kapanpun itu.
Saat dirinya berada di sekolah. Atau saat dirinya ingin berada di tempat lain. Bulan sudah hapal bagaimana kehidupan mereka yang menjadi agen rahasia. Seperti halnya dirinya.
Itulah sebabnya, Bulan merasa jika tempat yang paling privasi untuknya adalah rumah.
Dengan mata masih terpejam, Bulan tersenyum dalam hati. Dia sudah menemukan sebuah rencana. Tapi dia juga harus melakukannya dengan baik.
Bulan mengeliat, meregangkan otot-ototnya. Dengan langkah malas yang pastinya sebuah kepura-puraan, dia pergi masuk ke dalam kamar mandi.
"Aman." gumamnya. Merasa jika di dalam kamar mandi tidak ada kamera CCTV.
Untuk memastikannya, Bulan mengambil sebuah kotak berukuran kecil dari dalam saku celananya. Membuka dan menyalakan.
Benda tersebut adalah benda yang dia rancang bersama seorang teman saat mereka berada di daerah pedalaman.
Benda kecil mungil itu bisa mendeteksi jika ada sinyal alat elektronik dengan ukuran kecil yang tersembunyi.
Merasa aman, Bulan kembali mematikan alat tersebut. Segera memasukkannya ke dalam saku celana.
Bulan melihat dengan seksama kamar mandi dan toilet di dalam kamarnya tersebut. Bulan menyandarkan badannya ke tembok.
Mengingat bagaimana bangunan ini di bangun. Lebih tepatnya ruangan apa saja dan letaknya. "Di sebelah kamar ini, adalah kamar juga." gumam Bulan.
Di rumah tersebut ada tiga kamar. Dengan dua kamar berjejer bersebelahan. Di mana Bulan berada di antara salah satu kamar yang berjejer.
Bulan menipiskan bibirnya. Mengangguk pelan. Di dalam otaknya, sudah ada sebuah rencana manis yang akan dia jalankan.
"Maaf, bukannya aku tidak mempercayai kalian sebagai atasanku. Tapi, jika kalian saja tidak bisa mengatakan semuanya. Tidak salahkan, jika aku juga menaruh rasa curiga." ucapnya berpikir logis.
Bulan keluar dari kamar mandi. Namun sebelumnya, dia membasuh wajahnya. Supaya terlihat alasan kenapa dirinya masuk ke dalam sana.
Dirinya langsung duduk dengan laptop berada di depannya. "Jadi, aku akan mengajar di kelas dua IPA. Matematika." gumam Bulan.
Bulan melihat siapa saja murid yang berada di kelas tersebut. Dengan pandangan seperti elang, Bulan memindai setiap kata yang ada di layar laptop untuk disalin ke dalam otaknya.
Bukan hanya kedua matanya yang jeli. Jari jemarinya juga bergerak lincah. Bulan mengangguk pelan. Menutup kembali laptopnya.
"Sekumpulan anak orang kaya dan berpengaruh." Bulan mengambil dan membaca kembali identitas barunya.
Bulan memegang dagunya, dengan jari telunjuk mengusap ujung hidungnya yang mancung. Matanya mengarah ke almari. Berdiri, berjalan mendekati almari. Lalu membukanya.
Bulan mencebik. Semuanya sudah tertata rapi. Pakaian sehari-harinya, dan juga pakaian yang akan dia gunakan pergi ke sekolah. Dan juga keperluan lainnya.
Bulan membalikkan badan. Berjalan mendekati kaca besar full body. Menatap tubuhnya dari atas hingga bawah.
Memegang rambut pendek, yang memang identik dengan pekerjaannya. "Ckk,,, sepertinya aku harus sedikit mengubah penampilanku."
Bulan melihat jari-jemarinya yang sama sekali tidak ada kuku panjang. Sebab, Bulan segera memotong kukunya jika terlihat sedikit panjang.
Pandangan Bulan menatap jam dinding yang tergantung di samping lukisan indah. Bulan tersenyum samar menatap lukisan tersebut.
Tampak seperti lukisan biasa, tapi siapa yanga akan mengira, jika itu bukan sekedar lukisan. Melainkan ada sesuatu di balik lukisan tersebut. Dan Bulan tahu apa itu.
Tapi Bulan cukup pintar, dia tidak menatap langsung ke arah lukisan. Melainkan menatap ke arah jam dinding.
"Besok aku sudah mengajar. Mungkin sekarang waktu yang tepat." gumamnya pada diri sendiri.
Bulan keluar dari kamar. Mengatakan pada mbok Yem jika dirinya akan keluar. Bulan memakai kaos pendek dengan bawahan celana jeans berwarna navy.
Tak lupa Bulan juga menggunakan jaket kulit kesukaannya. "Sayang, di sini hanya ada mobil." gerutunya.
"Ckk,,," decak Bulan kesal. Dia masih mengingat, jika dalam misi kali ini, Bulan hanya akan memakai mobil. Itupun mobil yang telah disiapkan oleh atasannya.
Bulan di tuntut untuk menjadi seorang perempuan yang lemah lembut dan murah senyum. Mengingat sebagai apa dia akan menyamar.
Bulan memacu mobilnya ke sebuah butik yang berada tak jauh dari rumahnya.
"Aku ingin rambut panjang berwarna hitam pekat." jelas Bulan pada pegawai salon.
"Baik Nona, silahkan."
Bulan duduk, dilayani sesuai apa yang diinginkan Bulan. "Cukup membosankan." batin Bulan.
Kenapa perempuan selalu suka pergi ke salon. Menghabiskan waktu selama berjam-jam. Padahal, baru beberapa menit Bulan mendaratkan pantatnya di kursi salon, dirinya sudah mulai merasa bosan.
"Apa masih lama?" tanya Bulan, membuat melongo pegawai salon.
"Aku ada acara setelah ini." ucap Bulan beralasan, setelah melihat ekspresi terkejut dari pegawai salon lewat kaca di depannya.
Dia tersenyum. "Masih lama Nona, anda saja baru duduk sepuluh menit. Dan membutuhkan waktu hingga empat sampai enam jam untuk melakukan hair extantion." jelasnya.
Bulan melongo tak percaya. "Selama itu?" cicitnya dengan wajah polos.
Pegawai salon mengangguk dengan mengulas senyum ramah. Dirinya menebak jika pengunjung yang saat ini duduk di depannya belum pernah melakukan perawatan di salon.
Pegawai salon memulia melakukan penyambungan rambut pada rambut Bulan. "Melakukan hair extantion tidak boleh dilakukan tergesa-gesa. Dan harus benar-benar dilakukan dengan jeli dan baik."
Bulan menghela nafas panjang. "Aku bisa kelaparan." dengusnya.
Pegawai tersebut tidak marah. Dia tersenyum simpul. "Nona bisa memesan makanan dari luar. Anda bisa makan dengan tenang, sembari saya melakukan pekerjaan saya." tukasnya.
"Kenapa mereka betah sekali berada di salon. Apa mereka tidak bosan." Bulan mulai berbicara untuk mengurangi stresnya karena pantatnya mungkin akan panas, karena duduk terlalu lama.
"Mereka tidak bosan. Mereka bahkan sangat senang dan atusias. Di salon, mereka bisa memanjakan tubuh mereka. Melakukan perawatan untuk lebih mempercantik diri."
"Ckk,, Dan aku sama sekali tidak menyukainya." decak Bulan.
"Nona, setelah anda melakukan hair extantion, anda juga harus merawat rambut anda dengan baik."
"Maksudnya?"
Bukannya bodoh. Bulan memang sama sekali tidak mengerti akan hal tersebut. Dirinya bukan tipe perempuan yang akan menghabiskan waktu dan uang untuk melakukan perawatan di salon setelah pekerjaan atau misi selesai.
Karena memang ada beberapa anggota lainnya yang juga berjenis kelamin seperti Bulan, mereka akan melakukan perawatan di salon setelah misi mereka selesai.
Atau setidaknya, mereka akan berkunjung ke salon saat mereka libur bekerja.
"Anda harus datang secara teratur ke salon. Untuk memastikan kondisi rambut anda tetap baik dan juga tidak ada kerusakan di dalamnya." jelasnya.
"Harus?" Bulan menatap pegawai salon dengan tatapan tidak percaya dari pantulan cermin.
"Iya Nona, jika anda ragu atau tidak percaya dengan perkataan saya. Anda bisa mencari tahu sendiri. Mungkin bertanya teman, atau mencari tahu lewat ponsel." jelasnya, merasa jika Bulan adalah perempuan yang lucu dan polos.
"Apa aku bisa tidur. Sumpah, aku mulai bosan." keluhnya.
Padahal, Bulan juga bermaksud akan mempercantik kuku-kukunya. Melihat berapa lama dia akan berada di salon hanya untuk membuat rambutnya terlihat panjang, membuat Bulan menarik niatnya.
Dirinya tidak ingin terlalu lama berada di dalam sini. Lebih baik berlama-lama dengan senjata api, dari pada berlama-lama dengan peralatan salon.
"Silahkan Nona." Pegawai salon membenarkan tempat duduk Bulan. Dan juga menyetel ketinggian kursi yang dijadikan Bulan sebagai sandaran.
Bulan mulai memejamkan matanya, dengan tangan bersedekap di depan perut. Sementara pegawai salon, meneruskan pekerjaannya dengan baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
ciru
cakeep
2023-06-24
1
Besta Sawitri
mawar udah tamat, pindah kesini thor
2023-06-18
2