Bulan memindai penampilannya dari pantulan cermin yang ada di depannya. "Anda sungguh cantik, dengan rambut panjang baru anda, Nona" puji pegawai salon benqr adanya.
Bulan mengangguk, menyetujui apa yang dia katakan. "Anda memilih keputusan yang tepat." imbuhnya.
Bulan kembali mengangguk. Dirinya tidak menyangka, jika hanya merubah rambutnya. Bisa membuat dirinya berubah drastis.
Bulan tersenyum puas dengan penampilan barunya. "Ini baru pantas, menjadi seorang guru." pujinya pada penampilannya sendiri.
"Bagiamana, pikiran anda tentang salon berubah?" goda pegawai butik tersebut, menangkap rasa senang dari wajah Bulan. Berharap Bulan akan sering mendatangi salon tempatnya bekerja.
Bulan menggeleng. "Sama sekaki tidak." cicit Bulan.
"Aaa..." pegawai salon hanya mendesah pelan sembari melongo. Sungguh tidak percaya, ada perempuan yang tidak menyukai pergi ke salon.
"Tapi memang dia sudah cukup cantik, meski tidak pernah datang ke salon." ujarnya dalam hati. Melihat kecantikan Bulan.
Bulan menuju kasir, membayar sejumlah uang yang harus dia keluarkan untuk perawatan salon yang baginya sangat membosankan dan membuang-buang waktu.
"Mahal juga ternyata." cicitnya masuk ke dalam mobil.
Bulan tak langsung pulang. Dia mampir ke sebuah mall. Tempat pertama yang dia tuju adalah toko yang menjual kacamata dan gelang jam.
Bulan membeli beberapa buah kacamata yang menurutnya pas untuk menunjang penampilannya. Serta beberapa gelang jam.
"Aduh,,,, jalan pakai mata!!" hardik seorang perempuan remaja yang menabrak Bulan.
"Ckkk,,," dia menatap Bulan dengan tatapan sinis.
Tanpa meminta maaf, atau mengatakan apapun, dia pergi begitu saja. Diikuti dua orang lelaki berbadan tegap di belakangnya yang membawa beberapa paper bag. "Maafkan Nona kami." ujar salah satu dari mereka sedikit membungkuk
Bulan hanya mengangguk tanpa bersuara. "Siapa yang salah, siapa yang marah, siapa gang monta maaf. Arogan sekali dia."
Bulan masih memandang gadis tersebut. Berpakaian seksi memamerkan lekuk tubuhnya. Berjalan bak model, dengan dua bodyguard di belakangnya.
"Kaya beneran, apa kaya bohongan." cibir Bulan melanjutkan kembali langkah kakinya.
Bulan duduk di kursi panjang yang memang tersedia di mall tersebut. "Baju dinas beserta perlengkapannya sudah di sediakan. Kacamata, gelang jam. Apalagi yang gue butuhkan." gumamnya berpikir.
Bulan mengernyitkan alisnya. Mengingat sesuatu. "Bolpoin."
Meski Bulan sudah disediakan bolpoin khusus yang diberikan oleh atasannya. Namun dirinya memerlukan untuk alasan lain. Dan pastinya untuk kebutuhan pribadi.
"Huffttt,,, capek juga." keluhnya, padahal dirinya hanya mencari beberapa macam barang saja.
"Lebih baik latihan, dari pada belanja." keluhnya, lagi-lagi membandingkan sesuatu dalam hidup.
Hey Bulan, setiap orang mempunyai kesenangan masing-masing. Tidak semua perempuan sama. Ada yang suka belanja, karena memang mampu. Ada yang kurang minat belanja, karena mereka harus berhemat.
Bulan memandang restoran di dalam mall. "Makan dulu, tambah stamina dan tenaga."
Kakinya melangkah cepat. Memesan makanan dan duduk di meja yang kosong. Tanpa sengaja, matanya menatap gadis yang menabraknya tadi.
"Silahkan mbak."
Bulan hanya mengangguk pelan, saat pegawai restoran menurunkan makanan dan minuman yang telah dia pesan di atas mejanya.
Tarrrt...... Bulan terkejut, memegang dadanya dengan syok.
Suara sendok dan garpu beradu dengan piring. Menimbulkan suara gaduh, tentunya mengusik ketenangan pengunjung yang lain.
"Gila apa dia." gumam Bulan. Siapa lagi jika bukan perempuan yang bertabrakan dengannya tadi.
Bukan hanya Bulan, beberapa pengunjung juga berbisik pelan, menatap ke arahnya. Dimana ada seorang lelaki yang datang dan langsung merayu dirinya.
"Ngambek kok di bawa ke sini. Mengganggu." sinis pengunjung lain yang merasa terganggu.
Anehnya, pihak restoran tidak menegur sikap dari perempuan tersebut. Bahkan para karyawan di sana malah menghindar.
Dan Bulan, mengetahuinya. "Bisa jadi dia pemilik atau anak dari pemilik restoran ini. Atau bahkan, pemilik mall ini." tebak Bulan.
Sembari menikmati makanan, Bulan memperhatikan mereka. "Lumayan, nggak ada kerjaan. Tontonan gratis." ucapnya lirih.
"Tapi kamu uda janji!!" seru gadis bermake up tebal merajuk tanpa menghiraukan dimana mereka berada.
Dia bersedekap dada. Dengan seorang pemuda menggeser kursinya, agar bisa duduk lebih dekat dengannya.
Pemuda tersebut memegang telapak tangan sang perempuan. "Oke sayang, aku salah. Maaf ya. Tapi kamu tahukan. Kenapa aku nggak menemani kamu belanja." ucapnya dengan nada lembut.
"Aku harus pergi dulu bantu papa. Siapa yang akan menyangka, jika tenyata pekerjaan tersebut membutuhkan waktu lama." paparnya.
"Kenapa aku telepon nggak diangkat?!" tanyanya ketus.
"Ini pertemuan penting. Ponsel aku heningkan. Ini saja, aku segera ke sini setelah pekerjaan selesai."
Sang gadis memandang kesal ke arah lain. "Oke, aku akan telepon papa."
Lelaki tersebut mengeluarkan ponselnya. "Mau apa?" sang gadis menahan tangan sang lelaki.
"Semua gara-gara papa. Kamu jadi marah dan ngambek." paparnya.
"Jangan. Lagian kenapa mesti kamu sih. Saudara kamu kan ada." jelasnya.
Semuanya akan bertambah ribet jika orang tua dari kekasihnya tahu. Yang ada, dia malah dicap sebagai perempuan yang egois dan manja.
Nama baiknya dan juga nama baik kedua orang tuanya bisa tercoreng dihadapan keluarga sang kekasih. Mana mau dia.
"Sayang." dia membelai pipi sang kekasih dengan lembut. "Kamu tahu sendirikan. Dia tidak bisa diandalkan." lanjutnya.
Dikecupnya dahi sang kekasih dengan mesra. "Jangan marah lagi, aku tak bisa berpikir jernih dan tenang. Jika kamu seperti ini sayang." pintanya, menampilkan mata sayu penuh permohonan.
Bulan menggelengkan kepala melihat adegan dramatis yang sangat romantis didepannya. Rasa laparnya langsung menghilang berganti dengan tenggorokannya yang kering.
"Astaga, apa semua pasangan seperti itu. Aisshhh..." Bulan bergidik ngeri.
"Oke. Tapi ada syaratnya?" ucapnya tersenyum manis.
"Apapun. Katakan." ujar sang lelaki.
"Aku kepengen tas yang ada di butik tante. Itu hanya ada satu, tapi kata tante tidak dijual. Karena sudah ada yang memesan." rengeknya mengatakan syarat agar dia tidak marah lagi.
"Tenang saja. Kamu akan mendapatkannya." sahut sang lelaki.
Mereka saling berpelukan. "Terimaksih." ucap sang perempuan dengan bahagia.
Bulan menaikkan sebelah alisnya. "Semudah itu. Hebat. Uang dan kekuasaan memang segalanya." Bulan bertepuk tangan di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti nih cewek anak muridnya Bulan nanti, Atau ada sangkut paut keluarga gadis ini dgn kasus nya yg sedang Bulan selesaikan dan selidiki..
2023-08-24
1
ciru
cakeep.
2023-06-24
0