"Bi, apa mereka sudah bangun?" tanya Nyonya Rindi pada salah satu pembantu di rumahnya.
Belum sempat pembantu tersebut mengeluarkan suaranya pertanyaan sang majikan, dua pemuda dengan seragam putih abu-abu turun dari anak tangga.
"Pagi sayang." Nyonya Rindi mencium pipi keduanya bergantian.
Mereka duduk di seberang meja. Bersebelahan. Dimana di meja tersebut ada empat orang. Yakni Tuan David, sang papa. Dan Nyonya Rindi sang mama.
Sementara dua orang pemuda dengan wajah yang saama tersebut adalah Jevo dan Jeno. Mereka kembar identik. Sehingga memiliki wajah, bahkan postur tubuh yang sama.
Meski kembar, mereka memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Gaya berpakaian hingga pertemanan mereka saja juga tidak sama.
Jevo. Dia berpakaian gaul. Sifatnya ceria dan senang membuat ulah. Satu lagi, dia play boy kelas berat. Selalu dikelilingi para perempuan cantik di sekitarnya.
Jeno. Cara berpakaiannya sangat berbeda dengan Jevo. Baju seragam dimasukkan ke dalam celana. Memakai dasi dengan benar. Sebuah kacamata bertengger di hidungnya.
Jeno juga memiliki sifat yang sama sekali tidak ada persamaannya dengan Jevo. Jeno terkesan pendiam, cuek, dan dingin.
Tidak seperti Jevo yang mempunyai banyak teman, Jeno lebih memilih untuk menyendiri, dan tidak pernah mempunyai teman.
"Kami pergi dulu pa, ma." pamit Jevo, berdiri lebih dulu dari pada Jeno. Setelah mereka selesai sarapan.
"Hati-hati sayang, belajar yang rajin." ujar sang mama.
Sementara Tuan David hanya diam memandang ke arah dua anak lelakinya tersebut.
"Gue naik motor." tukas Jevo, tidak berangkat ke sekolah bersama dengan kembarannya.
Jeno hanya diam tak menyahut. Masuk ke dalam mobil, dan melajukan mobilnya ke tempat dia akan belajar. Tanpa menunggu Jevo.
Keduanya meninggalkan rumah mewah bak istana milik orang tuanya. Dengan Jevo mengendarai motor sportnya, dan Jeno menaiki mobil.
Di tempat lain, seorang perempuan tengah berdiri di depan kaca full body. Melihat penampilannya dari pantulan kaca.
"Astaga,,,, apa benar ini gue." gumamnya melihat sendiri penampilannya yang sangat berubah.
"Oke Bulan, elo pasti bisa." Bulan bertekad akan merubah sedikit karakter dan sifatnya. Dari seorang perempuan yang tangguh menjadi lemah lembut.
Bulan memakai gelang jam, dan kaca mata. Meski matanya normal, dia ingin penampilan yang menyakinkan sebagai seorang guru.
"Semangat." Bulan menyemangati dirinya sendiri.
Ini pertama kalinya Bulan menyamar sebagai tenaga pengajar. "Lebih gugup dari pada sebelumnya." gumam Bulan.
Karena memang sebelumnya dirinya tak perlu menyamar sebagai apapun untuk menjalankan misi. Hanya bersembunyi dengan baik dan menangkap target secara senyap.
"Mbok, lain kali jangan masak terlalu banyak. Mubadzir jika tidak kemakan semua." Bulan melihat ada beberapa menu di atas meja untuknya sarapan.
"Nanti sebagian mbok simpan saja untuk makan malam, sebagian bisa mbok bawa pulang saja. Saya juga nggak akan habis makan sendiri segini banyaknya." tutur Bulan.
"Iya Non, maaf sebelumnya." ujar mbok Yem.
Bulan mengendarai mobil menuju sekolah. Melihat ke pergelangan tangannya, dimana ada jam melingkar di sana.
Sementara di sekolah tempat Bulan akan mengajar, para murid sudah mulai berdatangan.
"Widiiihh..... Bos gue dateng." pungkas seorang murid, dengan nama Arya di seragamnya.
Seorang murid memasuki area parkir dengan mengendarai motor sport. Siapa lagi jika bukan Jevo.
Beberapa murid perempuan mencuri pandang ke arah Jevo. Memuji ketampanan dari Jevo. Sayangnya, mereka hanya bisa memuji dalam hati.
Sebab, semua tahu jika Jevo sudah mempunyai seorang kekasih. Claudia. Itulah nama kekasih Jevo. Siswa kelas tiga. Berbeda satu tingkat di atas Jevo.
Dan benar saja, baru saja Jevo menaruh helmnya di motor. Seorang siswi dengan pakaian ketat langsung menempel pada Jevo. "Pagi sayang." tutur Jevo.
Senyum merekah di bibir Claudia. "Pagi juga." sahutnya dengan suara lembut, dengan tangan bergelayut manja di lengan Jevo.
"Astaga, pagi-pagi dah lihat kayak begituan." cicit Mikel, salah satu teman Jevo.
"Biarkan saja, mumpung si Jevo belum bosan." timpal Arya.
Tiiittt..... suara klakson membuyarkan konsentrasi semuanya. Jeno membuka kaca mobil. Sedikit mengeluarkan kepalanya, menggerakkan tangannya. Menyuruh Jevo dan Claudia segera minggir, karena menghalangi mobilnya yang ingin parkir.
"Ckkk,,,, saudara kami kok nyebelin banget sih." tukas Claudia dengan sebal.
Jevo hanya tersenyum samar, segera menggerakkan kakinya. Sementara Arya dan Mikel hanya terkekeh pelan. Keduanya cukup paham dengan sifat kulkas dari Jeno.
Dengan santai, Jeno keluar dari mobil. Langkah kakinya berhenti melihat mobil yang baru pertama kali dia lihat selama bersekolah. Demikian juga dengan yang lain. Termasuk Jevo dan Claudia.
Ditambah lagi, mobil tersebut parkir di area parkir khusus guru. Membuat beberapa murid bisa menebak.
Jika yang ada di dalam adalah guru baru yang menggantikan guru lama yang pindah ke tempat lain.
Para murid kebanyakan sudah tahu, karena memang mereka sudah mendapat informasi terlebih dahulu.
"Guru baru kita tuh." celetuk Arya, berdiri di samping Jevo.
"Paling mak-mak rempong yang banyak omong." timpal Mikel, mengingat guru lama mereka yang super duper cerewet.
"Sayang ayo,,, ngapain sih masih di sini. Kurang kerjaan banget." ujar Claudia merengek manja.
"Lepas tu tangan. Gancet baru tahu rasa." seloroh Arya yang memang tidak menyukai kakak kelasnya yang sentil tersebut.
Sialnya, dia adalah kekasih dari sahabatnya. Arya juga heran, kenapa Jevo bisa mau dengan Claudia. Wajahnya saja seperti tante-tante.
Mikel melirik sinis ke arah Claudia. Dia juga dama seperti Arya. Apalagi Claudia yang selalu menempel pada Jevo. Membuatnya muak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 222 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Jangan bilang mereka yg ada di mall kemaren ya??🤫
2023-08-24
1
ciru
cakeep
2023-06-24
0