Kau Yang Selalu Ada
Pengenalan karakter dan cerita
MARRETA ANGGRAINI
Wanita cantik, enerjik dan pekerja keras. Dia bekerja sebagai Meneger pemasaran disebuah perusahaan Garment terbesar di Jakarta.
Keluarganya masih menetap di Surabaya, karena dia memang asli Surabaya. Kemudian dia menikah dengan seorang laki-laki yang bernama SINGGIH PRAYOGA dan akhirnya dia pindah ke Jakarta.
Untung saja kantornya mau memindahkan ke kantor cabang yang ada di Jakarta. Jadi sejak menikah Retta pindah mengikuti suaminya.
Sayangnya diusia pernikahan yang baru berjalan hampir dua tahun, dia bercerai dengan suaminya dikarenakan suaminya selingkuh dengan wanita lain sampai wanita itu hamil.
DIDI RANGGA DINATA
Seorang Dokter muda nan tampan yang bekerja dirumah sakit ternama. Dia dari keluarga kaya dan anak kedua pewaris kerajaan Bisnis Ayahnya. Dia pernah Sakit hati lantaran dikhianati kekasihnya disaat mereka mempersiapkan untuk tuanangan.
Hampir dua tahun dia menjomblo dan membuat Ibunya kawatir. Sempat dia dikenalkan dengan anak dari teman Mamanya tapi, dia nggak mau.
Kemudian dirumah sakit dimana dia bekerja, bertemu dengan wanita yang tak lain adalah Maretta si Menejer cantik dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama.
SINGGIH PRAYOGA
Laki-laki yang bekerja sebagai Marketing disebuah perusahaan onderdil kendaraan roda empat. Dia orangnya supel dan muda bergaul. Sayangnya dia memang mudah jatuh cinta.
Saat dia ada janji dengan klien untuk membicarakan masalah Bisnis, dia malah terjebak cinta lokasi dengan salah satu klien nya tersebut dan menjalin hubungan terlarang dibelakang istrinya.
SATRIO WIBOWO
Laki-laki jangkung dengan badan atletis kulit sawo matang. Dia anak dari pengusaha Hotel ternama yang sudah tersebar dibeberapa kota di Indonesia.
Dia bertemu dengan Maretta di sebuah Hotel dijogja. Tanpa diketahui oleh Retta kalau Satrio menaruh hati padanya.
***
Maretta menyusuri koridor rumah sakit guna menuju UGD untuk mencari suaminya Yoga dirawat. Langkahnya yang cepat diiringi nafasnya yang tersengal-sengal karena sedikit berlari.
Sejenak dia berhenti pas melihat tulisan UGD. Dia melihat dari luar karena pintunya masih tertutup. Dokter masih menangani pasien yang barusan masuk.
Tak lama kemudian keluarlah Dokter dari ruangan UGD itu. Kemudian Retta menghampirinya.
"Gimana keadaan suami, saya?" tanya Retta.
"Anda istrinya.?" tanya Dokter itu.
"Iya, Dok." jawabnya pelan.
"Maaf, Bu. Suami Ibu sekarang membutuhkan banyak darah, karena benturan dikepalanya tadi mengakibatkan beliau kehilangan banyak darah." ucap Dokter itu.
"Ya Allah, tapi, suami saya tidak apa-apa kan, Dok?" tanya Retta cemas.
"InsyaAllah tidak apa-apa, Bu. Selama persediaan darah yang cocok buat suami Ibu masih cukup, maka kami akan berusaha semaksimal mungkin buat suami Ibu." jawab Dokter itu.
"Baiklah Dok, terima kasih." ucap Retta.
Maretta melihat suaminya yang masih terbaring lemah di UGD, dia memandanginya dari balik kaca, karena masih belum boleh dijenguk.
Sambil duduk dikursi dekat UGD, Retta masih berfikir soal kecelakaan yang dialami suaminya itu. Tadi pagi pamitnya mau meeting diluar kota, makanya pagi-pagi buta sudah berangkat.
Dan yang bikin Retta janggal adalah apa yang dikatakan para saksi ditempat kejadian. Kenapa justru dia mengalami kecelakaan itu sendirian dan menyetir sendiri. Padahal dia tadi dijemput seseorang.
Dia masih penasaran dengan semua ini. Retta mencoba mengumpulkan bukti bahwa suaminya itu tidak berbuat macam-macam dibelakangnya. Akhirnya dia mencoba hubungi rekan kerja suaminya dikantor.
'Selamat pagi, Pak Rudi. Ini Retta istri dari Bapak Singgih prayoga. Apa benar hari ini ada jadwal meeting diluar kota'
'Oh, Bu Retta. Maaf, Bu. Hari ini tidak jadwal apapun ke luar kota.'
'Oh gitu, ya Pak. Ya sudah makasih atas infonya, ya Pak.'
'Tapi, bukannya Pak Yoga hari ini cuti, ya Bu'
Degh.! hati Retta serasa disambar petir. Ucapan Pak Rudi barusan seperti batu yang menghantam dadanya.
'Halo, halo., Bu Retta! maaf apa Ibu masih disana'
'Oh iya, Pak. Maaf, makasih atas infonya, ya Pak.'
'Sama-sama, Bu.'
Maretta langsung beranjak dari kursi menuju ruang UGD dan menanyakan apa sudah boleh masuk apa belum. Kebetulan kata perawat sudah boleh masuk.
Kemudian Retta masuk dan mendapatinya suaminya terbaring lemah dengan perban dikepala. Dia memandanginya wajah suaminya itu dengan tatapan sayu. Dua sendiri tidak tahu harus kasihan apa sebaliknya.
Dalam hati Retta membatin, Kenapa kamu harus berbohong Mas. Baru setahun kita menikah tapi, kamu sudah berubah. Lalu kemana sebenarnya kamu tadi. Padahal aku percaya penuh sama kamu. Pria yang selama ini aku cintai dan banggakan kenapa sudah menodai kepercayaanku.
Drrt...drrt...drrtt...
"Bunyi ponsel siapa,?" batin Retta.
Retta mencoba buka tasnya ternyata bukan ponselnya. Ternyata suara ponsel itu berasal dari ponsel yang tergelatak diatas meja dekat tempat tidur Yoga.
Kemudian Retta mengambil ponsel itu dan dilihatnya ponsel milik suaminya. Dibukanya pesan itu, siapa tahu penting dari kantor.
'Mas, kamu dimana?'
'Aku sudah menunggu dari tadi.!'
'Mas, jadi nggak sih ini liburannya?'
Beberapa chat masuk ke ponsel Yoga. Disitu tertulis nama Della. Seketika kepala Retta berdenyut, untung saja dia bisa mengendalikan dirinya agar tidak pingsan disitu. Bulir bening menetes dipipi Retta yang putih, seakan tak percaya kalau suaminya sudah mengkhianatinya.
Apakah karena dia terlalu sibuk dengan kerjaannya, sampai dia nggak perhatikan suaminya. Retta sejenak berpikir soal ini. Ditatapnya wajah suaminya yang masih belum sadar.
Kemudian dia berjalan keluar menuju kantin guna membeli sesuatu untuk menyegarkan tenggorokannya.
"Braaak.!"
Tak sengaja Retta bertabrakan dengan seorang laki-laki, dan dia terjatuh. Retta berusaha berdiri dengan dibantu orang itu.
"Maaf,!" ucap Retta sambil membantu membereskan beberapa berkas yang dibawahnya.
"Tidak usah repot-repot, Mbak. Memang saya yang salah karena buru-buru hingga menabrak Anda." sahutnya.
Ketika mereka sama-sama berdiri dan berhadapan, mata mereka tak sengaja bersirobok. Dia tersenyum ramah. Dan ternyata dia seorang Dokter. DIDI RANGGA DINATA. Tak sengaja Retta menatap nametag yang menempel dijas putihnya.
"Kenalkan saya Dr Didi." ucap Dokter itu sambil mengulurkan tangannya. Tanpa ragu Retta langsung membalas uluran tangan tersebut.
"Maretta, biasa dipanggil Retta." ucap Retta sambil senyum.
Akhirnya mereka kembali ke tempat yang mereka tuju. Retta menuju kantin dan membeli minuman. Setelah itu dia kembali keruangan UGD.
(****)
Keesokan harinya, Retta menemani suaminya meskipun dia sudah membuat Retta kecewa.
"Keluarga Bapak Singgih Prayoga!" panggil Perawat.
"Iya, Sus. Kenapa?" jawab Retta.
"Bu, ini ada yang harus dilengkapi dibagian administrasi." ucap Perawat itu.
"Sesil,!" seru Retta pada adik iparnya yang semalam ikut jaga bareng dia.
"Iya, Mbak." jawabnya.
"Mbak kebagian administrasi dulu, ya.?" ucap Retta lirih.
"Iya, Mbak." jawabnya lagi.
Sesampainya dibagian adminiatrasi, Retta kembali bertemu dengan Dokter muda yang kemarin menabraknya.
"Eh, Mbak Retta?" sapa Dokter itu.
"Iya, Dok." jawab Retta.
"Ada yang bisa dibantu?" tanya Dokter itu.
"Oh, ini Dok. Ada yang perlu dilengkapi disini" jawab Retta.
Dokter Didi melihat nama pasien yang tertera didata itu, dia langsung meminta kertas yang kini dibawa seorang perawat. Kemudian dibacanya.
"Singgih Prayoga? apa ini suami Mbak Retta?" tanya Dokter itu.
"Iya, Dok. Dia mengalami kecelakaan kemarin. Emang ada apa, ya Dok?" tanya Retta balik.
"Oh, nggak apa-apa Mbak. Mungkin mulai hari ini dan seterusnya, saya yang menggantikan untuk menangani suami Mbak Retta. Karena Dokter Adnan yang sebelumnya lagi ada seminar." jelas Dokter Didi.
"Oh iya, Dok. Terima kasih." jawab Retta.
Akhirnya Retta kembali ke kamar setelah selesai ke bagian administrasi. Didapatinya Sesil tengah bicara dengan Yoga. Dilihatinya wajah Yoga masih sedikit pucat.
Tak kama kemudian kedua orang tua Yoga datang. Dan Ibunya langsung memeluk Yoga yang masih terbaring.
"Yoga, kenapa kamu sampai begini?" tanya Ibunya.
"Ah, sudahlah Ma, mungkin ini sudah takdir Yoga" jawab Yoga.
"Eh, Retta.! lihat ini, suamimu kecelakaan, mungkin dia lagi memikirkan kalau selama ini kamu terlalu sibuk. Jadi nggak fokus nyetirnya.!" seru Ibu mertuanya.
"Ma, kenapa bilang begitu.!" ucap Ayah mertuanya.
"Iya, Ma. Kenapa Mama ngomong seperti itu. Yoga kecelakaan karena memang yang kurang hati-hati." jawab Yoga menengahi.
Karena tak tahan karena ucapan Mama mertuanya, Retta kemudian keluar ruangan dan meninggalkan mereka. Tak dihiraukannya panggilan suaminya. Dikangkahkan kakinya menuju kantin rumah sakit.
Dia memesan minuman dan duduk diujung. Tak terasa bulir bening sudah menetes dari matanya. Dia menangis tanpa ada yang menemaninya.
"Hapus pakai ini, nanti wajah Mbak nggak cantik lagi kena airmata terus." ucap laki-laki itu sambil menyodorkan sebuah sapu tangan kerarah Retta.
-----------------------------------
Bersambung....
Hai-hai.., ini cerita kedua aku lho...
tetap setia dengan ceritaku kan?
Jangan lupa like and vote nya.
Author..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Bunny🥨
smngtt kak
2020-08-09
1
Oki Indriani
lanjut kak
2020-08-01
0
blue sea
Hai kak. Aku mampir bawa boom like sama 5 rate nih. Mampir di novel ku ya kak. "You &My Heart" dan "Star Wedding". Aku tunggu kedatangan kakak 😊. Semangat up nya ☺
2020-07-31
1