Maretta langsung panik ketika membaca pesan dari Adik iparnya. Ada apa dengan suaminya. Dia jadi deg deg an. Dia mandi dengan cepatnya, lalu dia buru-buru keluar menuju mobilnya.
Dilajukannya mobil kesayangannya itu dengan cepat. Dia tak peduli dengan keadaan jalanan kota ini, yang penting dia segera sampai di rumah sakit.
Setibanya dia dirumah sakit, Retta langsung menuju kamar dimana suaminya dirawat. Dan kagetnya disitu ada perempuan berambut panjang lagi duduk deket tempat tidur suaminya, padahal disitu juga ada mertuanya juga, kok nggak sungkan. Siapakah dia. Batin Retta.
Dia mengurungkan niatannya untuk masuk ke kamar tersebut. Retta masih menatap pemandangan dihadapannya itu. Berkecamuk pikiran dikepalanya. Lalu tiba-tiba pundaknya ada yang menepuk.
"Mbak, Retta.! kenapa nggak masuk?" tanya Sesil. Ternyata tangan Sesil yang menepuk pundak Retta barusan.
Sedangkan Retta masih terdiam, kemudian Sesil menuntunku untuk duduk dikursi depan kamar.
"Sebenarnya ada apa, Sil. Perempuan itu siapa?" tanya Retta.
Sesil hanya terdiam sambil memandangi wanita yang ada dihadapinya dengan penuh haru. Setelah itu dia memeluk Retta erat-erat sambil menangis.
"Mbak Retta yang sabar, ya?" ucap Sesil sambil memeluk Retta erat.
"Ada apa, Sil. Jangan bikin Mbak kawatir gini, dong?" tanya Retta panik.
"Mbak Retta jangan kaget, ya?" ucap Sesil.
"Iya, ngomong aja. Kamu ini sebenarnya kenapa!" seru Retta.
Retta jadi semakin penasaran dengan sikap Sesil yang tiba-tiba menangis sambil memeluknya. Tak lama kemudian dia melepaskan pelukannya.
"Mbak, perempuan itu adalah is..tri siri nya Mas Yoga!" ucap Sesil sambil terbata.
Ucapan Sesil hampir meledakan isi kepala Retta. Dia hampir nggak percaya dengan ucapan yang barusan keluar dari mulut Sesil. Sebelumnya Retta hanya menganggap suaminya hanya selingkuh. Tapi, ini ternyata sudah menikah siri.
Maretta menundukan kepalanya dengan ditopang oleh kedua tangannya. Dia terus mengeluh kenapa dirinya harus mengalami cobaan seperti ini. Pernikahannya belum genap dua tahun, tapi dirinya sudah dihadapkan dengan cobaan seperti ini.
Sesil yang mendapati Kakak iparnya jadi syok dan sedih, dia kembali memeluk Retta yang menangis sesenggukan. Kini tubuhnya sudah nggak lemas lagi, seperti pertama kali Sesil mengabarkan berita itu.
Tak lama kemudian, Ayah mertua Retta keluar kamar dan melihat Sesil yang lagi memeluk Kakak iparnya.
"Retta, masuklah.!" ucap Ayah mertuanya.
Kemudian mereka beranjak dari tempat duduknya dan menuju ruangan itu didampingi Sesil Adik iparnya. Seketika mereka yang didalam ruangan itu menoleh setelah melihat kedatangan Sesil dan Retta.
"Retta, ada yang mau aku katakan.. Tapi, sebelumnya aku minta maaf karena semua ini mungkin tidak seperti yang kamu harapkan." ucap Yoga.
Retta masih terdiam sambi menyeka sisa air mataku. Sesil masih disampingku dan mengelus punggungku dengan lembut.
"Emangnya Mas Yoga mau menyampaikan apa?" tanya Retta pelan.
"Soal meeting keluar kota kemarin itu, memang ide aku sendiri. Karena aku ada janji dengan Della untuk mengajaknya pergi." ucap Yoga sembari melirik kearah perempuan itu.
"Aku nggak nyangka, Mas Yoga bisa berbuat seperti itu.!" jawab Retta.
"Aku mengaku bersalah, Ta. Karena aku nggak jujur sama kamu, semuanya diluar kuasaku. Saat itu aku kalut, masalah kerjaan dikantor begitu membuatku hampir stress. Setelah itu Della hadir. Awalnya memang Della klien aku dikantor, tapi lama-lama intensitas komunikasi diantara kami begitu sering dan akhirnya munculah rasa itu. Kemudian kami menjalani hubungan dibelakang kamu sampai akhirnya Della hamil. Orang tuanya meminta pertanggung jawaban sama aku untuk segera menikahinya karena mereka nggak mau anaknya melahirkan tanpa suami. Lalu terjadilah pernikahan itu. Mama sama Papa juga nggak tahu, baru tadi pagi mereka tahu. Mereka pun sempat marah dan kecewa sama aku." terang Yoga panjang lebar.
"Mas Yoga, kamu sudah selesai bicaranya?" tanya Retta.
"Sudah, Ta. Kamu mau ngomong apa?" tanya Yoga.
"Jujur aku kecewa banget sama kamu, Mas. Aku juga nggak percaya kalau kamu setega ini sama aku. Pernikahan kita aja belum genap dua tahun, kamu sudah seperti ini. Aku akui Mas, aku memang wanita karir dan sibuk kadang kunjungan ke luar kota. Tapi, kalau dikhianati seperti ini siapa yang nggak sakit hati. Sekuat apapun aku, setegar apapun aku, bahkan aku bisa membawahi anak buah yang bermacam-macam karakternya, tetap saja aku wanita dan seorang istri, jika dikhianati suaminya seperti ini akan rapuh juga." jelas Retta dengan meneteskan air mata.
"Ta, aku mohon, maafkan aku, ya. Aku ngga bisa meninggalkan Della yang sedang hamil" jawab Yoga.
"Mas Yoga lebih memilih dan nggak bisa meninggalkan dia yang lagi hamil. Oh aku tahu sekarang! mungkin aku sampai sekarang belum menunjukan tanda-tanda kehamilan, jadi Mas Yoga memilih dia. Kamu tahu Mas, aku sekarang sudah mulai program hamil, aku ke dokter dan mengeluarkan uang banyak buat cepat hamil. Kita dulu kan periksa, kalau diantara kita nggak ada masalah. Mungkin hanya aku nya saja yang belum dikasih." jawab Retta.
"Bukan itu, Ta. Aku tahu akan hal itu, aku juga nggak mempermasalahkan hal itu. Ini murni memang kekhilafan kami berdua." sahut Yoga.
Disamping Retta masih berdiri Sesil yang dengan setia mengelus pundak Retta guna memberi kekuatan. Kedua orang tua Yoga melirik kearah perempuan itu. Terlihat dia masih menunduk dan nggak berani mengangkat wajahnya.
Kemudian Retta mendekatinya dan perempuan itu mundur perlahan. Dia memandangi perempuan itu dari atas sampai bawah.
"Maaf, mbak sebelumnya masih gadis atau sudah pernah menikah?" tanya Retta.
"Kenapa, mbak bertanya seperti itu?" jawab Della.
"Saya hanya ingin tahu saja. Jawab pertanyaan saya!" seru Retta.
"Saya belum pernah menikah, Mbak." jawab Della.
"Sayang ya, padahal kamu cantik, masih bisa mencari laki-laki yang masih bujang, tampan serta yang tajir. Bukan mengambil suami orang begini!" ucap Retta dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan saya, Mbak." jawabnya sambil menunduk.
"Kamu juga, Mas. Kenapa juga kamu selingkuh dengan perempuan ini. Apa yang kurang dari aku dibandingkan dia.!" ucap Retta.
"Iya, Ta. Aku minta maaf." ucap Yoga.
"Ya sudah, sekarang percuma saja jika aku marah, nangis bahkan aku melakukan sesuatu hal yang akan melukai kalian beruda. Toh, semuanya sudah terjadi dan nggak bisa dihilangkan jejaknya. Perempuan ini juga sudah hamil anak kamu, ada darah dagingmu yang tumbuh dalam perut perempuan ini, Mas. Jadi sekarang aku putuskan kalau aku saja yang mundur!" jelasku dengan suara yang bergetar karena menahan tangis.
"Mbak Retta! apa Mbak sudah memikirkannya matang-matang!" seru Sesil.
Sejenak semua yang ada diruangan itu terkejut dengan keputusan Retta. Terlebih si Yoga. Dia nggak nyangka kalau istrinya bakal mengalah untuk dirinya.
"Ta, mungkin kita akan cari jalan keluarnya. Aku juga nggak mau kalau kita pisah." ucap Yoga.
"Kamu itu egois, Mas! Sekarang kamu bilang kalau nggak mau pisah. Pas kamu melakukan perselingkuhan itu apa nggak memikirkan bagaimana perasaanku. Sekarang bilang nggak mau pisah. Mau kamu itu apa sih!" teriak Retta sambil menangis sesenggukan.
"Kakak ini gimana sih. Bilangnya nggak mau pisah, tapi hamilin anak orang!" kini ucapan Sesil adiknya Yoga.
"Iya, Retta. Mungkin kalian perlu bicara dari hati ke hati lagi." Sahut Ayahnya Yoga.
"Tidak, Pa. Keputusan Retta sudah bulat. Karena Retta juga memikirkan bayi yang ada dikandungannya. Retta masih punya hati meskipun mereka berdua tidak punya hati saat melakukan hubungan terlarang dibelakang Retta.!" jawab Retta.
"Ta, maafkan aku, ya. Aku malu sama kamu, karena aku sudah menyia-nyiakan istri sebaik kamu." ucap Yoga.
"Oke, semuanya kan sudah jelas. Jadi Mas Yoga segera urus surat-surat supaya kedepannya lebih mudah. Dan yang terpenting, setelah urusan kita selesai segeralah legalkan pernikahanmu supaya saat bayi itu lahir, kalian bisa menguruskan aktenya." jawab Retta.
"Makasih Ta..," jawab Yoga.
"Sekali lagi Retta minta maaf kepada kalian semuanya, jika selama ini Retta nggak bisa menjadi istri dan menantu yang baik. Jadi sekarang kehadiranku sudah nggak dibutuhkan lagi. Tapi, tenang saja, besok kalau Mas Yoga sudah diperbolehkan pulang, Retta yang akan urus dan menjemputnya." ucapnya.
Kedua mertua Retta tidak bisa berkata apa-apa. Karena memang ini semua kesalahan anaknya. Perlahan Retta keluar meninggalkan ruangan itu.
Tapi, belum sampai keluar ayah mertuanya memanggil Retta.
"Retta.!" seru Ayah Yoga.
"Iya, Pa. Ada apa?" jawab Retta.
"Kamu memang perempuan hebat. Papa bangga punya menantu kamu." ucapnya sambil menepuk pundak Retta.
"Makasih Pa.., Retta juga bangga jadi menantu Papa. Maafkan Retta karena harus pisah sama Mas Yoga." jawab Retta sambil mencium tangan mertuanya.
Tak lama kemudian Retta keluar kamar dan menuju pelataran parkiran. Dia nggak tahu harus kemana, yang jelas saat ini dia pingin sendiri dan nggak mau diganggu.
Akhirnya dia memutuskan untuk pulang kerumah. Dia lajukan mobilnya kerumah. Dalam perjalanan dia masih teringat bagaimana pengakuan suaminya dirumah sakit tadi. Dia nggak menyangka kalau sebentar lagi dia akan menyandang status janda.
Dihempaskan tubuhnya ditempat tidur saat dia sampai rumah. Matanya sampai sembab karena dari tadi dia banyak mengeluarkan air mata. Dia pingin marah tapi percuma, toh semua itu tidak bisa mengembalikan keadaan.
Drrtt...drrttt...drrtt..
Ponselnya berbunyi, tertera jelas nama Dr. Didi
---------------------------------
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Isabella
tak kasih vote Toer ceritamu bagus
2021-12-29
1
Oki Indriani
aku baca sampai sini ya kak, keren deh sama cerita ini
2020-08-01
0
Sept September
semangat kakakkkk
2020-08-01
1