Wanita Milik Sang Billionaire
“Kenapa kamu hanya diam dan duduk di sana? Apa kamu tidak akan melayaniku sebagai mestinya?” Suara pria terdengar pelan tapi mampu menusuk hingga ke jantung hingga membuat berdebar tak terkendali, suaranya berat dan penuh penekanan.
Pria bermata biru dengan titik cahaya itu memancarkan aura dingin, tatapannya begitu tajam bagai elang yang siap menangkap mangsa. Dia memandang gadis yang kini duduk di tepian ranjang, tertunduk dengan kedua tangan meremas ujung rok sebatas lutut.
Gadis berambut coklat itu semakin meremas ujung rok, kedua pundaknya sempat bergidik saat mendengar suara pria itu, kemudian memberanikan diri mendongak dan menatap pria yang berdiri di hadapannya. Dua bola mata berwarna coklat bening itu berkaca, meratapi nasib yang membawa dirinya dalam ruangan itu, tempat yang tak pernah sekalipun ada dalam angannya untuk didatangi.
“Saya pikir Anda berbeda,” lirih gadis itu dengan bibir gemetar. Bibir mungil tipis yang tampak begitu menggoda.
Pria itu menyeringai, kemudian maju satu langkah hingga berdiri tepat di hadapan gadis. Dia sedikit membungkukkan badan, mencondongkan kepala tepat di samping telinga gadis itu.
“Berbeda? Apa yang membuatmu berpikir aku berbeda? Untuk apa aku membayarmu, jika tak mendapatkan keuntungan. Apa kamu pikir aku seorang yang dermawan?” tanya pria itu seolah mengejek. Pria itu bisa mencium aroma wangi dari rambut gadis itu, rambut coklat sedikit ikal dan berkilau, sangat rapi menunjukkan jika terawat dengan baik, membuat pria itu sebenarnya tak yakin jika gadis itu menjual diri karena butuh uang.
Gadis itu menoleh, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu. Tatapan mata berwarna biru itu tadinya diharap bisa menolongnya, mengeluarkan dari jurang di mana dia awalnya didorong ke sana. Namun, siapa sangka jika pria itu sama saja. Lagi pula, pria baik mana yang akan datang ke tempat pelacuran.
“Aku sudah membelimu dengan sangat mahal, jadi tugasmu hanya memuaskanku. Tanpa alasan, tanpa negosiasi,” bisik pria itu.
Pria itu mendorong tubuh gadis berwajah polos dengan mata berkaca itu hingga jatuh ke belakang, sebelum mengukung dan mengunci tubuh gadis itu agar tidak kabur. Kedua lutut bertumpu di kasur, tepat berada di sisi kanan dan kiri paha gadis itu, sedangkan dua telapak tangan bertumpu tepat di samping kepala sang gadis.
“Apa kamu benar-benar masih polos, seperti yang mucikarimu katakan?” tanya pria itu, menatap dua bola mata sang gadis bergantian.
“Apa jawaban saya akan memengaruhi keputusan Anda untuk melepas?” tanya balik gadis itu seolah tak takut dengan apa yang akan dilakukan pria itu.
Meski gadis itu dalam kondisi tertekan, serta jantungnya berdegup hebat karena rasa takut, tapi tak sedikitpun gadis itu memperlihatkan ketakutan itu atau dirinya akan semakin ditindas.
Pria itu tertawa mendengar gadis itu berani melempar balik pertanyaan yang dilontarkan, hingga tangan mengapit dagu gadis itu dan sedikit mendongakkan wajah sang gadis.
Gadis itu menatap pria itu dengan bola mata berkaca, tatapannya seolah memelas untuk dibebaskan. Namun, dia melihat mata berwarna biru itu sudah berbalut gairah, memandangnya seolah siap menerkam untuk memangsanya.
“Tidak akan! Aku sudah membelimu, jadi akan aku nikmati apa yang kupunya,” ucap pria itu.
Gadis itu tahu jika semua akan tetap berakhir seperti ini, harga diri juga kebanggaannya sebentar lagi akan lenyap karena orang-orang serakah yang menjerumuskannya ke lubang teramat dalam.
Pria itu mulai memagut bibir gadis itu, menyesap perlahan tanpa perlawanan. Gadis itu memilih diam, menerima takdir yang sebenarnya tak diinginkan.
‘Jika hidup adalah sebuah pilihan, maka malam ini juga aku ingin sekali memilih mati.’
Gadis itu menitikkan air mata saat lumatann bibir itu semakin menggila.
Gadis itu meratap, kenapa hari yang harusnya membahagiakan baginya, malah membuat hidupnya hancur. Kepercayaannya dihancurkan begitu saja oleh orang yang sangat disayangi, sampai hati mendorongnya ke jurang gelap teramat dalam, hingga membuatnya takkan bisa bangkit lagi setelah ini.
Pria itu yang entah siapa namanya, mulai melucuti serta membuang serampangan pakaian gadis itu, sebelum dirinya sendiri melepas seluruh pakaiannya. Dia mengukung dan kembali melumatt bibir serta menjamah setiap inci kulit putih gadis itu. Pasrah adalah hal yang bisa dilakukan gadis itu, ingin pun melawan tapi untuk apa? Ketika dirinya keluar dari kamar itu, maka dirinya mungkin akan kembali didorong ke kamar lain. Hingga hidupnya tak memiliki pilihan, mau jalan ke mana pun, maka hasil yang akan didapatkan tetaplah sama—hancur.
“Kamu benar-benar, masih ….” Pria itu menjeda ucapannya, menatap sang gadis yang memejamkan mata dengan buliran kristal bening sedikit luruh dari ujung mata.
“Sepertinya aku tak sia-sia membayar mahal dirimu di pelelangan,” ucap pria itu penuh kesenangan.
Pria itu menembus bagian intim gadis itu, membuat gadis polos itu semakin memejamkan mata karena rasa sakit dan perih terasa menyiksa. Kini bukan hanya tubuhnya yang terasa sakit, tapi hatinya pun sudah hancur berkeping. Di mana kebanggaan itu sudah hilang selamanya.
**
Entah sudah berapa kali pria itu memacu serta menikmati tubuh gadis itu, memuaskan gairah yang seolah tak ada habisnya. Mendapatkan seorang gadis yang masih virgin sangatlah sulit, mungkin malam itu adalah malam keburuntungan untuk Morgan Bosley—pria yang tanpa sengaja membeli gadis perawan di sebuah tempat pelelangan pelacuran.
Morgan Bosley seorang pengusaha kaya, memiliki banyak perusahaan yang berdiri tak hanya di satu negara. Namun, kebiasaan buruknya soal bercinta dengan wanita bayaran seolah tak pernah bisa hilang, meski Morgan sudah memiliki seorang istri dan satu putri.
Morgan merasa terpuaskan malam ini, ditatapnya punggung gadis yang baru saja diajaknya bercinta berulang kali, menjamah tubuh gadis itu seolah tak membuatnya ingin berhenti. Ya, pengalaman Morgan terhadap gadis itu seolah seperti candu baginya, dia tak bisa mengendalikan gairah yang tak pernah padam, menuntut untuk terus memacu dan menikmati.
Dia naik ke atas ranjang, menyentuh lengan polos gadis yang meringkuk memunggungi dirinya.
Gadis itu bergedik saat telapak tangan besar itu menyentuh kulitnya yang halus. Dia sedang menahan rasa sakit di bagian intim juga hati. Gadis itu berharap Morgan segera pergi dan melepas dirinya sendiri. Dia lelah dengan semua keadaan yang ada, jika bisa lepas dari tempat itu, mungkin gadis itu ingin sekali menenggelamkan tubuh di laut dan tubuhnya tak lagi ditemukan siapapun.
“Kamu memberikanku pengalaman yang berbeda malam ini,” bisik Morgan di telinga gadis itu, lantas mencium lengan hingga leher sang gadis.
Gadis itu beringsut, napas hangat Morgan terasa menggelitik di telinga dan membuat bulu halusnya berdiri. Meski gadis itu menolak untuk menikmati sentuhan Morgan, tapi nyatanya tubuh mengkhianati hati dan terus memberikan reaksi lain. Dia tanpa sengaja terus mendesah ketika Morgan memberikan sentuhan di beberapa area sensitifnya, dia mencapai pelepasan berkali-kali karena ulah pria itu, membuat Morgan semakin bersemangat memacu tubuhnya.
“Kenapa kamu hanya diam, hm?” tanya Morgan, tangan mengusap rambut kusut gadis itu.
“Apa saya bisa pergi sekarang?” Hanya ucapan itu yang kini keluar dari bibir gadis itu, tak ada hal lain yang bisa dibanggakan, bisa memuaskan dan memberikan pengalaman berbeda bukanlah kemauannya.
Morgan terkejut mendengar permintaan gadis itu, seolah tak senang karena gadis itu ingin lepas darinya. Banyak wanita dari kotanya ingin bercinta atau sekedar tidur di ranjang yang sama dengan Morgan, lantas kenapa gadis ini malah ingin pergi meninggalkannya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Raisha
baru merapat🤭🤭agak sulit masuk dlm crita'y🙈🙈
2023-02-25
0
❤️Rizka Aulia ❤️
cloe di jebak sampai ke tempat yg tak di inginkan
2023-02-25
0
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
Apa Cloe sengaja dijebak 👀.
eh, tapi kalau berharap mereka suatu saat jadi jatuh cinta, lah Morgan udah punya istri dan anak 🏃🏃🏃
2023-02-19
2