Morgan tak senang mendengar ucapan gadis itu, hingga dirinya menarik lengan gadis itu dan membuatnya terlentang menghadap ke arahnya. Morgan melihat wajah sendu gadis itu, tatapannya begitu sayu tapi juga teduh. Melihat cara gadis itu memandangnya, membuat jantung Morgan berdebar tak terkendali.
“Ada apa denganku?” Morgan bertanya-tanya dalam hati.
Gadis itu masih menatap Morgan, tak ada air mata lagi di wajah karena semua seolah sudah mengering seiring hatinya yang mati. Perlakuan orang yang menjerumuskannya, kemudian paksaan Morgan yang tak ada habisnya.
“Chloe, namamu Chloe, ‘kan?” tanya Morgan ketika ingat nama yang disematkan pada gadis itu.
“Chloe sudah mati,” lirih gadis bernama Chloe itu dengan bibir bergetar. Dia takkan sanggup lagi mendengar orang memanggilnya dengan nama itu.
Morgan tersenyum miring, sadar jika gadis itu hanya masih syok karena mahkota berharganya baru saja direnggut olehnya. Namun, bukankah itu bukan salah Morgan, salah gadis itu berada di atas panggung dan ditawarkan dengan harga yang bisa Morgan jangkau. Meski bukan Morgan yang membeli dan menikmati tubuhnya, pasti akan ada pria mesum lain yang akan memiliki gadis itu, malah mungkin akan semakin mengerikan dari Morgan.
Chloe memejamkan mata, rasanya begitu lelah dan tubuhnya begitu lemas. Namun, kelopak matanya urung saat Morgan menyentuhkan permukaan bibir mereka. Dia melihat pria itu kembali memagut bibirnya.
“Lagi? Apa pria ini tak lelah? Tubuhku sudah remuk bagai sebuah patung yang dihancurkan, ditempa, lantas dihancurkan lagi,” bisik Chloe dalam hati.
Morgan melepas pagutan bibir, kemudian menatap Chloe yang sudah memandangnya.
“Jadilah milikku, maka hidupmu akan terjamin. Takkan ada yang menjamahmu selain aku, serta kamu masih bisa hidup normal di antara orang-orang,” ujar Morgan seolah menjadi miliknya adalah pilihan satu-satunya untuk gadis itu.
Chloe tersenyum miris, bukankah nasibnya sangat buruk. Menjadi milik pria itu artinya menjadi budak pemuas ranjangnya, bukankah sama-sama tubuhnya akan dipermainkan tanpa henti. Sungguh andai bisa, Chloe ingin mati hari ini saja.
“Sama-sama menjadi sebuah mainan, apa bagusnya,” lirih Chloe. Matanya hampir tertutup, dia sudah lelah akan hidup ini.
Morgan melihat Chloe yang memang kelelahan, mungkin dirinya sudah memperlakukan gadis itu dengan kasar dan berulang kali tanpa henti, sekarang kini membiarkan gadis itu beristirahat adalah hal yang baik.
“Tidurlah, setelah kamu membuka mata, maka kamu hanya akan menjadi milikku,” bisik Morgan, sebelum kemudian mencium kening Chloe.
Morgan bukanlah seorang psikopat ranjang yang suka bercinta sambil melakukan kekerasan. Dia hanya senang bermain-main untuk memuaskan hasratnya, tidak ada yang tahu apa sebenarnya yang diinginkan pria itu, hanya saja Morgan kali ini sepertinya begitu tertarik dengan Chloe, hingga berniat menjadikan gadis itu simpanannya.
Melihat Chloe yang terpejam dan terlelap dalam damai, Morgan menarik selimut untuk menutupi tubuh polos gadis itu. Dia lantas turun dari ranjang dan berjalan ke arah pintu kamar.
Begitu membuka pintu, Morgan langsung disambut oleh dua orang bodyguard kepercayaannya. Keduanya langsung membungkuk saat melihat Morgan.
“Anda sudah selesai? Kita harus berangkat ke bandara,” ucap salah satu bodyguard.
“Tunda dulu!” perintah Morgan.
Morgan menoleh ke dalam di mana Chloe tidur, lantas menatap dua bodyguardnya. “Kalian pergilah ke mucikari yang menjualnya, katakan padanya jika aku menginginkannya hanya untukku. Jadi, bayar berapapun yang wanita itu inginkan agar aku bisa membawanya,” perintah Morgan.
Dua bodyguard Morgan saling tatap, mereka bingung akan perintah bosnya itu. Kenapa Morgan ingin menjadikan gadis itu miliknya, bukankah jika ingin bisa datang lagi lalu memesan gadis itu lagi.
“Kenapa kalian diam?” tanya Morgan tak senang saat dua bodyguardnya malah diam seribu bahasa saat dirinya memberi perintah.
“Anda akan membawa gadis itu?” tanya balik bodyguard memberanikan diri.
“Apa kalian keberatan?” Morgan menatap tajam pada dua anak buah yang berani meragukan keinginan dan perintahnya.
Dua pria bertubuh tegap dan berpakaian serba hitam itu menggeleng cepat, takut jika Morgan sampai marah. Mereka lantas memilih pergi dari sana untuk menemui wanita yang menjual Chloe, untuk membeli sepenuhnya gadis itu.
Setelah kedua anak buahnya pergi, Morgan pun kembali masuk. Ditatapnya Chloe yang masih memejamkan mata, hingga Morgan berpikir untuk membersihkan diri selagi menunggu anak buahnya membeli Chloe sepenuhnya untuk dirinya. Morgan saat ini masih sangat tergila-gila pada Chloe, ingin menjadikan gadis itu miliknya untuk sekarang dan takkan membiarkan pria lain menyentuhnya. Sebab itulah Morgan ingin membeli Chloe, jika suatu saat dirinya bosan, maka saat itulah Morgan akan melepas dan membiarkan Chloe hidup sesukanya.
Chloe mendengar suara pintu tertutup. Dia lantas membuka mata, sejak tadi Chloe memang tak tidur dan mendengar semua pembicaraan antara Morgan dan bodyguard-nya. Menjadi milik Morgan, menjadikan dirinya alat pemuas nafsu pria itu kapan saja, Chloe tak mau menjadi budak Morgan.
Chloe membuka mata, melirik ke pintu kamar mandi yang tertutup dan mendengar suara gemiricik air. Morgan sudah menyuruh bodyguard untuk menemui wanita yang menjual Chloe, itu artinya di depan tak ada penjagaan. Mereka berada di hotel dekat dengan tempat Chloe dilelang, artinya gadis itu bisa kabur karena hotel tak dijaga ketat seperti tempat di mana dirinya dilelang tadi.
Sekuat tenaga Chloe mengangsurkan kaki, menahan sakit teramat perih di bagian inti tubuhnya yang terkoyak karena perbuatan Morgan. Dia lantas membalut tubuh dengan selimut karena pakaiannya sudah terkoyak tak berbentuk. Chloe bertekad harus pergi dari sana, lepas dari Morgan juga dari tempat pelacuran, jika tak bisa lepas dari keduanya, maka Chloe akan memilih lepas dari hidupnya—mati.
**
Chloe berhasil keluar dari kamar dengan hanya memakai selimut yang membalut tubuh, dia berjalan sedikit tertatih melewati setiap tangga karena tak mungkin baginya naik lift di mana para tamu hotel pasti akan yang banyak menggunakan fasilitas itu. Chloe keluar dari hotel lewat pintu belakang gedung, di tempat yang memiliki pencahayaan minim itu Chloe bisa bernapas dengan benar, menarik dan mengembuskan napas berulang kali.
Namun, tanpa Chloe sadari, ada sepasang mata yang sedang mengawasi dirinya. Seorang pria dengan rokok menyala di sela jarinya itu mendekat ke arah Chloe yang menunduk karena sedang mengatur napas.
“Kamu baik-baik saja?” tanya pria itu dari balik kegelapan.
Chloe sangat terkejut mendengar suara pria, hingga kaki secara spontan mundur dan kedua tangan menggenggam erat selimut yang menutupi tubuh. Chloe tak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu, hanya saja suaranya terdengar lembut dan cukup menenangkan. Namun, meski begitu Chloe tetap harus waspada, jangan sampai ada iblis lain di tempat itu yang akan memanfaatkan tubuhnya.
Pria itu menatap Chloe, dari balik kegelapan mata itu memancarkan cahaya yang indah, seolah siap menghipnotis yang melihat. Dia melangkah mendekat, membuat Chloe bergerak mundur. Hingga kaki yang bertelanjang, menginjak kerikil dan membuat Chloe jatuh ke tanah.
Pria itu bergegas berjongkok saat melihat Chloe terjatuh, membuat gadis itu gemetar ketakutan.
“Apa yang terjadi padamu?” tanya pria itu dengan suara lembut, tatapan pria itu penuh rasa iba pada Chloe.
Bibir Chloe bergetar, suaranya tersekat tak mampu mengucapkan kata-kata. Hingga hal yang dilakukan pria itu membuat Chloe terkejut, pria itu melepas mantel yang dikenakan dan memakaikan ke tubuh Chloe yang berbalut selimut.
“Jangan sampai ada yang melihatmu seperti ini, atau mereka akan seperti singa lapar yang akan memangsamu,” ucap pria itu.
Chloe terus menatap wajah pria itu, apakah dia tidak bermimpi bertemu dengan pria yang ada di hadapannya saat ini. Pria itu mampu menasihatinya, tapi apakah pria itu juga tak tertarik dan berniat menjadikannya santapan.
“Teri-ma ka-sih,” ucap Chloe terbata.
Pria itu tersenyum, hingga suara panggilan membuatnya menoleh ke belakang punggung Chloe.
“Marcel!” Suara pria lain terdengar meneriaki sebuah nama.
Pria yang bersama Chloe mencebik, lantas menatap Chloe yang sejak tadi tampak begitu ketakutan.
“Bersembunyilah, akan aku buat mereka tak sampai melihatmu. Saat ada kesempatan, pergilah jika ingin pergi,” ucap pria itu sebelum kemudian berdiri dan bersiap meninggalkan Chloe.
Malam ini Chloe bagai sedang ditunjukkan dengan berbagai macam orang dan sifatnya, ada yang buas seperti serigala lapar, ada yang begitu lembut dan bahkan tak tertarik untuk memanfaatkan kondisinya, ada pula yang ternyata baik di depan dan setelah itu menjerumuskannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Raisha
ketemu Marcel lg kyk'y ngefans bgt ama yg nm'y Marcel🤭🤭
2023-02-25
0
❤️Rizka Aulia ❤️
semoga marcel orang baik
2023-02-25
0
⸙ᵍᵏ Sari Kᵝ⃟ᴸ
Apa Marcel itu teman Morgan, atau salah satu anak buahnya 👀🏃🏃
2023-02-19
2