I Am A Writer, So What?

I Am A Writer, So What?

1. Reinkarnasi? Seriusan?

"Ini...."

Saat aku membuka mata pemandangan yang menyambutku adalah langit-langit yang tak kukenal dan sangat ... klise?

Hmm? Apa ini? Aku bukan mati lalu bereinkarnasi ke dunia fantasi pedang dan sihir 'kan, ya?

Tapi ... ini jelas-jelas tempat yang sama sekali berbeda dari yang terakhir kulihat sebelum jatuh ke kasur dan tidur setelah mengirimkan naskah terakhir novelku.

.... Huh? Kasur? Tidur? Tunggu tunggu tunggu!

Aku segera bangun dari posisi berbaringku dan melihat ke sekitar ....

Ruangan sempit, perabotan reyot, lantai rusak, dinding retak dan atap berlubang. Jelas-jelas ini bukan kamarku. Tidak, ini mungkin saja kamarku—bukan, lebih tepatnya kamar pemilik tubuh ini.

Tidak tidak, fokus utamanya sekarang adalah kondisiku saat ini! Aku sungguh sudah mati dan bereinkarnasi ke tubuh menyedihkan ini?!

Awh, pipiku terasa sakit ketika kucubit. Jadi, aku sungguh mati dan bereinkarnasi?

Maksudku, penampilanku saat ini sama sekali berbeda dari yang dulu. Badanku sekarang terlihat lebih kecil dan kurus, dalam artian kerempeng. Terlebih lagi pakaian yang kukenakan hanyalah pakaian lusuh kotor yang tak nyaman dipakai.

Apa pemilik tubuh ini kekurangan gizi?

Hmm, dilihat dari keadaan sekitar sepertinya dugaanku tidak akan meleset jauh. Seorang manusia mustahil hidup di lingkungan seperti ini dengan tubuh sehat.

Aku penasaran terhadap paras tubuh ini tapi tidak ada cermin atau benda apapun yang dapat memantulkan bayanganku.

"Yah, meskipun demikian aku cukup yakin penampilan tubuh ini tidak akan terlihat bagus mengingat dia tinggal di tempat selusuh ini," gumamku setelah memperhatikan lingkungan sekitar.

Tapi, yah, kalau dilihat dari betapa lusuh dan berantakannya ruangan ini aku bisa mengambil kesimpulan bahwa aku bereinkarnasi menjadi anak lelaki remaja dari keluarga miskin.

Saat aku sedang berpikir mengenai keadaanku terdengar suara ketukan dan seseorang dari pintu, "Hei, keparat! Kau sudah sembuh atau belum?! Kalau sudah cepat bangun dan lanjutkan pekerjaanmu!"

Suara ini ... sepertinya aku mengenalinya.

Aku bangkit dari kasur keras dan membukakan pintu, lalu mendapati seorang pria—tidak, lelaki remaja yang nampaknya seumuranku, kecuali pakaiannya yang terlihat jauh lebih bagus dan bersih.

Lelaki tersebut memandangku dari atas ke bawah dengan dahi mengerut sebelum berkata, ".... Apa yang terjadi padamu? Kenapa rambutmu memutih?"

"Huh? Rambutku?" Aku spontan menyentuh rambutku tetapi aku tak bisa memastikan perkataannya.

Dia masih menatapku dengan ekspresi bingung namun itu hanya beberapa saat saja, dia lalu menendang perutku tanpa alasan sampai aku terjatuh ke lantai.

"Kalau kau sudah sembuh maka tidak ada alasan lagi untukmu bermalas-malasan!" Dia kemudian pergi seusai menendangku.

Huh? Apa-apaan anak ini? Dia tiba-tiba datang dan menggedor pintu sambil bertanya tapi dia juga tiba-tiba menendangku tanpa alasan jelas. Anak bangsawan dari mana dia?

.... Hmm? Bangsawan? Ah, karena pakaiannya terlihat begitu bagus dan rapi jadi aku tanpa sadar menganggapnya anak bangsawan, ya?

Kesampingkan itu, kalau dia memang seorang bangsawan maka tidak heran dia memperlakukanku begitu kasar dan dari penampilan serta kondisiku saat ini.

Aku tak akan heran jika aku adalah budak atau anak haram dari keluarga bangsawan ini.

Aku bangkit dari posisi terduduk di lantai dan mulai berjalan keluar ruangan lusuhku, lalu ....

"Oh ... jadi, aku sungguh budak atau anak haram seorang bangsawan?"

Mau dilihat bagaimanapun rumah—kediaman ini bisa disebut mansion, rumah besar. Ini mirip seperti tiga sampai empat gedung supermarket digabung dan ditumpuk jadi satu.

Aku sebagai seorang penulis novel pas-pasan yang tinggal di apartemen murah merasa terintimidasi oleh ukuran rumah ini saja.

Kekuatan bangsawan memang mengerikan ....

Ah, sebaiknya aku segera berangkat dan melanjutkan pekerjaanku sebelum dia kembali marah dan menendangku lagi.

Aku harus membersihkan rumah dan memasak .... Tunggu, kenapa aku tahu apa yang harus kukerjakan? Apa ini ingatan sang pemilik tubuh yang tersisa? Atau hanya ingatan otot?

.... Percuma jika kupikirkan terus-terusan. Mungkin lebih baik jika aku mengingat kembali ingatan si pemilik tubuh secara perlahan sambil mengerjakan pekerjaanku.

Aku pun melangkah memasuki kediaman raksasa tersebut dan berniat memulai pekerjaanku, lalu seorang gadis yang mengenakan pakaian pelayan bergegas mendatangiku ketika menyadari keberadaan diriku.

Gadis tersebut langsung memelukku, "Fain, kau sudah sembuh? Badanmu tidak apa-apa? Apa masih ada yang terasa sakit?"

Fain? Itu nama pemilik tubuh—tidak, itu namaku?

"Aku sudah sembuh, kok, Gisele. Maaf telah mengkhawatirkanmu." Kata-kata itu tanpa sadar terlontar dari bibirku.

Gisele itu nama gadis ini, ya? Hmm, nampaknya ingatan sang pemilik tubuh lama, Fain, merespon kebingunganku dan menjawab dengan sendirinya.

"Benarkah? Kau sudah jatuh sakit seminggu—ada apa dengan rambutmu?! Kenapa berubah jadi putih?!" Dia berseru keras seusai menyadari kelainan pada rambutku.

Lambat sekali dia sadarnya.

Aku menggaruk pipi sambil memasang senyum canggung menanggapi seruannya, "Maaf, aku juga tidak tahu kenapa tapi ada satu hal yang jelas ...."

Aku kemudian mengatakan bahwa aku kehilangan hampir seluruh ingatanku, termasuk identitas serta namaku sendiri. Aku juga berkata aku berhasil mengingatnya karena itu hanya sebagian ingatan yang terlintas sesaat di kepalaku.

"Huh? Sungguh? Kau tak ingat siapa aku ataupun dirimu sendiri?" Gisele menatap mataku dengan pandangan tidak percaya.

Aku mengangguk pelan menjawab pertanyaan tersebut.

Gisele menghela nafas sejenak kemudian menepuk kepalaku, "Namamu Alfain, seorang anak ... dari kepala bangsawan ini."

Jadi, aku sungguh anak haram seorang bangsawan?! Itu terdengar jelas dari jeda perkataannya barusan!

"Dan aku salah seorang pelayan di kediaman ini, Gisele," katanya melanjutkan sembari mengusap kepalaku lembut dengan tatapan penuh kasih serta senyum lembut, "Apa aku masih ada di ingatanmu?"

Ah, tangan lembut dan senyuman hangat ini tidaklah asing, namun juga terasa baru bagiku.

Apa ini efek ingatan lama dari tubuh ini dan baruku yang tumpang tindih? Semua terasa aneh.

".... Sepertinya begitu. Aku merasa tak asing tapi juga terasa baru."

Gisele tertawa kecil menanggapi balasanku, "Apa itu? Begitukah caramu menghiburku yang patah hati telah dilupakan olehmu?"

Huh? Patah hati? Tidak tidak, patah hati yang dimaksud ini pasti hanyalah perasaan sedih karena terlupakan oleh diriku. Jangan salah mengartikan kalimat barusan dengan hal lain, Fain.

Itulah mengapa kau tidak pernah mendapatkan kekasih selama 25 tahun satu kali pun sebelumnya.

Tapi ... perasaan seperti ini sesekali tidak buruk juga.

Jika dilihat dari pengalaman 25 tahun di kehidupanku sebelumnya kapan terakhir kali kepalaku diusap seperti ini? SD? SMP? Aku sudah lama melupakan perasaan ini.

Setelah beberapa lama Gisele menyudahi usapan di kepalaku dan meraih tanganku.

"Fain, aku tahu semua terasa begitu aneh bagimu yang kehilangan ingatan, tapi ayo mulai bekerja." Dia kemudian menarik dan menuntunku menyusuri lorong dengan senyum lembut nan cerah. "Kalau kau tidak bekerja maka kau bisa dihukum oleh tuan—tidak, ayahmu, lho."

Hmm? Barusan dia mau berkata 'tuan', 'kan? Itu artinya aku, seorang anak haram dari ayahku, diperlakukan sebagai pelayan atau malah lebih buruk lagi, budak?

Yah, aku kurang lebih bisa menebaknya dari perlakukan si lelaki tadi yang nampaknya adalah suadaraku dari darah ayahku secara resmi, sih. Aku tidak akan terkejut.

Tapi, baiklah, meskipun fakta ini cukup mengguncangku, melihat senyum manis nan lembut Gisele membuat semangat dan motivasiku terpacu.

Jika ini sungguh kenyataan dan bukan mimpi maka aku hanya bisa menerimanya.

Lagipula, bereinkarnasi ke dunia fantasi seperti ini merupakan impian setiap penulis fantasi, bukan?

Meski aku tak tahu seperti apa dunia fantasi tempat tinggal baruku ini, tapi mau tak mau aku harus menjalaninya.

Aku yakin keajaiban mengulang kehidupan seperti ini tidak akan terulang lagi, jadi aku harus hidup sepenuh hati di dunia baru ini! Camkan kata-kataku!

Terpopuler

Comments

miaw le૮₍ ˃‌᷄ . ˂‌᷅ ₎ა

miaw le૮₍ ˃‌᷄ . ˂‌᷅ ₎ა

semangat fainn

2023-06-02

0

Youtan_polua

Youtan_polua

baru mampir nih halo...

2023-04-27

0

King

King

👍🏻

2023-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Reinkarnasi? Seriusan?
2 2. Mengenal Diri
3 3. Skill
4 4. Authority of Author
5 5. Undangan Makan Malam
6 6. Negosiasi
7 7. Menulis Ulang
8 8. Kebenaran Dunia
9 9. Aku Berjanji
10 10. Keberangkatan
11 11. Kegaduhan Serikat
12 12. Aku Sungguh Jenius!
13 13. Kemampuan Authority of Author
14 14. Huh? Seriusan?
15 15. Naik Level
16 16. Tunggu Aku!
17 17. Penyangkalan
18 18. Seorang Alfain
19 19. Alasan Selama Ini
20 20. Dasar Bangsawan Licik!
21 21. Tempat untuk Kembali
22 22. Bermalam di Alam Liar
23 23. Kota Rosel
24 24. Panti Asuhan
25 25. Wajah Menakutkan
26 26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27 27. Aku akan Serius
28 28. Aku Heran
29 29. Pendusta Ulung
30 30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31 31. Babi Ngepet Muncul
32 32. Sungguh Sangat Disayangkan
33 33. Pernyataan Perang
34 34. Koin Emas
35 35. Orang Baik
36 36. Kunjungan Bangsawan
37 37. Bola
38 38. Kedatangan Ksatria
39 39. Tawaran Emas
40 40. Benih Emas
41 41. Berubah Haluan
42 42. Tiga Anugerah
43 43. Bendera yang Berkibar
44 44. Sampai Jumpa, Rosel
45 45. Menuju Matildam
46 46. Pertemuan Dengan Pedagang
47 47. Kabin Kayu Ajaib
48 48. Kota Matildam
49 49. Dia Juga?
50 50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51 51. Elias von Ruliand
52 52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53 53. Mengganti Kelas
54 54. Serangan Malam
55 55. Jeritan Dalam Kesunyian
56 56. Masalah Lain Matildam
57 57. Melahap Angin
58 58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59 59. Rumah Kematian
60 60. Tak Ada Lawan
61 61. Red Glutton Devil
62 62. Sentinel Peringkat Merah
63 63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64 64. Lelang Kecil
65 65. Kampung Halaman
66 66. Masalah Ponsel
67 67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68 68. Vampir
69 69. Kondisi Lilia
70 70. Harta Paling Berharga
71 71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72 72. Latihan Sparta
73 73. Manusia Berdosa
74 74. Cokelat
75 75. Menyusun Rencana
76 76. Kebun Cokelat
77 77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78 78. Negosiasi Cokelat
79 79. Situasi Panti
80 80. Serangan Penguasa Baru
81 81. Mengejar Dendam
82 82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83 83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84 84. Rencana Pemberontakan
85 85. Kehancuran Total Rudania
86 86. Keputusan Anak-Anak Panti
87 87. Menuju Ibukota
88 88. Ordo Ksatria
89 89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90 90. Raja Sableng
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Reinkarnasi? Seriusan?
2
2. Mengenal Diri
3
3. Skill
4
4. Authority of Author
5
5. Undangan Makan Malam
6
6. Negosiasi
7
7. Menulis Ulang
8
8. Kebenaran Dunia
9
9. Aku Berjanji
10
10. Keberangkatan
11
11. Kegaduhan Serikat
12
12. Aku Sungguh Jenius!
13
13. Kemampuan Authority of Author
14
14. Huh? Seriusan?
15
15. Naik Level
16
16. Tunggu Aku!
17
17. Penyangkalan
18
18. Seorang Alfain
19
19. Alasan Selama Ini
20
20. Dasar Bangsawan Licik!
21
21. Tempat untuk Kembali
22
22. Bermalam di Alam Liar
23
23. Kota Rosel
24
24. Panti Asuhan
25
25. Wajah Menakutkan
26
26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27
27. Aku akan Serius
28
28. Aku Heran
29
29. Pendusta Ulung
30
30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31
31. Babi Ngepet Muncul
32
32. Sungguh Sangat Disayangkan
33
33. Pernyataan Perang
34
34. Koin Emas
35
35. Orang Baik
36
36. Kunjungan Bangsawan
37
37. Bola
38
38. Kedatangan Ksatria
39
39. Tawaran Emas
40
40. Benih Emas
41
41. Berubah Haluan
42
42. Tiga Anugerah
43
43. Bendera yang Berkibar
44
44. Sampai Jumpa, Rosel
45
45. Menuju Matildam
46
46. Pertemuan Dengan Pedagang
47
47. Kabin Kayu Ajaib
48
48. Kota Matildam
49
49. Dia Juga?
50
50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51
51. Elias von Ruliand
52
52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53
53. Mengganti Kelas
54
54. Serangan Malam
55
55. Jeritan Dalam Kesunyian
56
56. Masalah Lain Matildam
57
57. Melahap Angin
58
58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59
59. Rumah Kematian
60
60. Tak Ada Lawan
61
61. Red Glutton Devil
62
62. Sentinel Peringkat Merah
63
63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64
64. Lelang Kecil
65
65. Kampung Halaman
66
66. Masalah Ponsel
67
67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68
68. Vampir
69
69. Kondisi Lilia
70
70. Harta Paling Berharga
71
71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72
72. Latihan Sparta
73
73. Manusia Berdosa
74
74. Cokelat
75
75. Menyusun Rencana
76
76. Kebun Cokelat
77
77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78
78. Negosiasi Cokelat
79
79. Situasi Panti
80
80. Serangan Penguasa Baru
81
81. Mengejar Dendam
82
82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83
83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84
84. Rencana Pemberontakan
85
85. Kehancuran Total Rudania
86
86. Keputusan Anak-Anak Panti
87
87. Menuju Ibukota
88
88. Ordo Ksatria
89
89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90
90. Raja Sableng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!