Sudah tiga hari semenjak aku bangun di dunia ini dan sungguh semua ini bukanlah mimpi. Jika ini mimpi aku pasti akan bangun setidaknya setelah tidur tiga hari, tapi bukan, ini bukan mimpi.
"Ah ... capek ...." Aku membenamkan wajahku ke dalam bantal keras yang tak nyaman dipakai.
Daripada bantal ini lebih seperti sekam bekas padi atau gandum yang dibungkus dengan karung. Aku tidak bisa menyebut bantal ini sebagai bantal.
Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku hari ini dan matahari juga sudah terbenam, jadi aku kembali ke gudang yang kusebut sebagai kamar.
Yep, ini adalah kamarku, kamar resmi seorang anak haram.
Sial, Gisele dan pelayan lain saja bisa tinggal di kamar normal yang tersedia di kediaman, kenapa malah aku yang anaknya justru diusir ke gudang seperti ini?! Bukankah itu tidak adil?!
Yah, bukannya aku ingin Gisele tidur di tempat lusuh ini sementara aku tinggal di kamar bagus, tapi bahkan kamar tukang kebun kediaman ini saja lebih baik daripada kamarku.
Ini menyedihkan.
Kesampingkan keluhanku, sudah tiga hari semenjak aku bangun di dunia ini dan terdapat beberapa informasi yang berhasil kudapat sejauh ini.
Pertama, mengenai identitas penuhku. Aku adalah Alfain Ardenheim, anak haram dari Gustav von Ardenheim dan seorang pelayan yang telah meninggal 4 tahun lalu, ibuku.
Aku tidak tahu cerita lengkapnya tapi Gisele mengatakan ibuku meninggal karena cacar dan secara mengejutkan seminggu sebelum aku mati dan bereinkarnasi, Fain yang asli didiagnosa cacar oleh dokter sehingga aku dibiarkan untuk mati oleh ayahku di ruangan ini.
Aku tahu ini terdengar kejam namun mengingat ini adalah dunia fantasi klasik yang berlatar abad pertengahan, kemajuan teknologi dan pengetahuan dalam berbagai bidang tidak semaju dunia modern sehingga obat untuk cacar belum ditemukan di dunia ini.
Tingkat kematian oleh cacar di dunia ini mencapai 90% sehingga membiarkanku terisolasi di ruangan ini merupakan pilihan tepat mengingat cacar adalah penyakit yang mudah menular.
Dan mengingat sifat saudaraku yang belakangan kutahu bernama Leonard von Ardenheim, sifat ayahku ternyata tidak jauh berbeda.
Barbar dan tak peduli terhadapku yang merupakan 'kesalahan'nya sehingga tak ingin membuang banyak uang untuk membelikanku obat dan menelantarkanku di tempat ini untuk mati.
Gisele dan pelayan lainnya juga tidak boleh mengurus secara langsung, jadi mereka hanya boleh membawakan makanan sampai di pintu, namun menurut pengakuan orangnya sendiri, Gisele sempat menyelipkan obat yang dia beli di makananku.
Walaupun dia mengatakan obat itu sebenarnya hanyalah ramuan penambah stamina murah yang bisa dibeli di kota tak jauh dari sini.
Sungguh, Gisele itu amat sangat teramat baik, ya. Aku bisa jatuh cinta kepadanya jika terus begini.
Kedua, keluarga Ardenheim yang secara biologis juga keluargaku merupakan bangsawan bergelar Viscount.
Kudengar dari Gisele gelar Viscount adalah gelar kebangsawanan peringkat 2 dari bawah. Paling rendah ada Baronet dan Baron, kemudian disusul oleh Viscount. Keluarga Ardenheim berada satu tingkat di atas Baron.
Ada pula tingkatan di antara gelar-gelar ini seperti Viscount V atau Viscount II.
Kalau tak salah nomor lima paling rendah dan tertinggi adalah nomor satu. Nomor ini merujuk pada tingkatan pangkat serta kewenangan yang dimiliki seorang bangsawan.
Dalam kasus Ardenheim, atau tepatnya ayahku, Gustav von Ardenheim merupakan bangsawan Viscount II yang berarti dia adalah Viscount paling berpengaruh nomor dua di antara bangsawan bergelar Viscount lainnya secara pangkat dan kewenangan.
Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menaikkan peringkat ini karena Gisele sendiri hanyalah rakyat jelata yang tak tahu banyak tentang kebangsawanan, jadi mau tak mau aku harus angkat tangan dari topik ini.
Lalu, nomor tiga ....
"Ehm .... Kak Gisele, bisa tolong jelaskan mengapa kau berada di kamarku?" Aku bertanya kepada sosok gadis pelayan yang tengah duduk di kursi bobrok sambil merajut sesuatu.
"Hmm? Aku tidak boleh menghabiskan waktuku di sini?"
"Bukannya tidak boleh tapi ...." Aku menunjuk ke dinding, atap, serta lantai yang berlubang di mana-mana. "Apa kamu tak terganggu dengan keadaan gudang reyot ini? Memangnya kamu nyaman duduk di kursi tua yang hampir tak layak pakai itu?"
Gisele tertawa kecil mendengar balasanku. "Kalau hanya itu tidak masalah. Lagipula, aku sudah sering bermain ke sini jauh sebelum kamu jatuh sakit, tahu. Aku sama sekali tak terganggu."
Huh? Kau nyaman-nyaman saja dengan semua ini? Gadis yang aneh.
Ketiga, Gisele merupakan gadis aneh yang entah mengapa hampir selalu mengikutiku ke mana pun aku pergi dan mengurusku seperti seorang kakak—tidak, mungkin lebih tepatnya seperti ibu.
Dia berkata dia berjanji kepada mendiang ibuku untuk membantu dan merawatku jika terjadi apa-apa terhadap ibuku, tapi ini sedikit kelewatan. Dia terlalu menempel padaku.
Gisele bahkan sempat hendak menemaniku tidur beberapa kali tapi aku selalu menolaknya.
Kenapa aku menolaknya, katamu? Tentu saja karena berbahaya!
Tidak mungkin aku bisa tidur dengan tenang jika berada di satu ranjang atau satu ruangan bersama gadis cantik seperti Gisele! Justru yang ada malah sesuatu di dalam diriku akan bangun!
.... Omong-omong tentang Gisele yang cantik, aku penasaran apakah dia sebagai pelayan juga bertugas untuk ... kau tahu, 'itu', loh.
Ditekan oleh rasa penasaran kuat aku pun menanyakan hal itu kepada Gisele dengan malu-malu namun dia malah tertawa menanggapiku.
"Maaf, Fain, aku tak menyangka kau menanyakan itu." Gisele berkata setelah selesai tertawa, "Memang benar ada tugas seperti itu dalam pekerjaan ini—"
"Jadi, maksudmu kau juga melayani ayah seperti ibu?!" Aku spontan memotong Gisele.
Gisele menggeleng pelan membalasku. "Tidak, aku tak mengambil tugas tersebut."
"Terdapat hukum tertentu yang melarang bangsawan menyentuh pelayan mereka secara bebas. Hal ini membutuhkan izin dari kedua belah pihak dan jika salah satu pihak tidak setuju sementara pihak lain bersikeras, maka dia akan terkena sanksi."
"Terutama bagi bangsawan, dia akan terkena sanksi hukum seperti penurunan pangkat dan hukum sosial yang dapat membuat bangsawan lain menjauhinya." Gisele menjelaskan tanpa menghentikan kegiatan merajutnya. "Sampai di sini paham?"
"Begitukah? Bukankah sang tuan bisa mengancam akan memecatnya jika dia tidak setuju?"
Gisele terlihat berpikir sejenak sebelum mengangkat suara sekali lagi. "Memang terdapat beberapa kasus serupa namun jika ketahuan maka bangsawan tersebut akan langsung diturunkan satu gelar lebih rendah."
Ah, jadi misalkan Gustav, ayahku memaksa Gisele untuk melayaninya di malam hari, jika ketahuan maka gelarnya akan turun menjadi Baron, ya? Itu melegakan.
.... Tidak, ini bukan seperti aku menyukai Gisele dalam artian romantis. Ini lebih seperti kepedulian terhadap seseorang yang telah mengurus dan membantuku selama ini.
Tiga hari belakangan ini entah berapa kali aku dibantu oleh Gisele karena hilangnya ingatanku—atau setidaknya itulah yang kuberitahukan kepadanya.
Yah, bohong jika aku berkata tidak keberatan jikapun dia secara sukarela melayani Gustav seperti ibuku yang berakhir melahirkanku—atau Fain yang asli lebih tepatnya—tapi, aku juga tidak berhak mengomentari pilihannya jika itu yang dia inginkan.
"Omong-omong, Fain, bagaimana dengan skill Cleaning-mu? Ada kemajuan?"
...
....
.....
Skill? Cleaning?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
King
👍🏻👍🏻
2023-04-22
0
『Authoriy : Error』
bukannya turun jadi baron ya?
2023-04-21
0
Nurul
'Itu' apa hayoh?
2023-03-23
1