4. Authority of Author

Authority of Author ... skill macam apa dirimu ini?

Dilihat dari namanya semata aku kurang lebih bisa sedikit banyak menebak ke mana arah skill ini, tapi ....

"Hanya karena aku seorang penulis novel sebelum bereinkarnasi bukan berarti aku harus mendapat skill seperti ini, 'kan?"

Aku bergumam memperhatikan nama 'Authority of Author' skill pada kolom Unique Skill-ku kemudian membaca deskripsinya.

Authority of Author (1) ; dapat mengubah dan menulis ulang realita sesuai imajinasi dan keinginan seperti menulis sebuah cerita. Hanya bisa digunakan satu kali sehari.

...

....

.....

.... Seriusan?

Aku bangkit dari posisi berbaringku dan duduk bersandar pada dinding reyot, lalu membaca deskripsi skill Authority of Author sekali lagi, dan lagi, lagi, lagi, lalu lagi dan hal ini terus berulang hingga lewat kesepuluh kalinya aku memeriksa.

Hingga ke titik belasan aku akhirnya menyerah dan dipaksa menerima kenyataan bahwa deskripsi pada skill tersebut bukanlah kesalahan pada pandanganku ataupun salah tulis. Aku juga sempat membuka tutup layar skill ini demi memastikan kemampuan Authority of Author.

Ini sungguhan? Maksudku, aku mempunyai kemampuan untuk mengubah dan menulis ulang realita seperti aku menulis novel, meski hanya dapat digunakan sekali sehari?

Tidak tidak, aku tak percaya ini.

Sebagai pembuktian mari kita coba dulu.

Tapi, pertama-tama apa yang harus kuubah atau kutulis ulang? Apa seluruh ruangan ini supaya kualitas tidurku meningkat?

Tidak, jangan lakukan hal itu, Fain. Jika kamu melakukan itu maka semua orang di kediaman ini bisa menaruh kecurigaan terhadap dirimu.

Oke, kemungkinan itu ditutup.

Hmm .... Ah, sebuah ide terlintas di benakku.

Baik, mari kita coba!

Aku mengangkat tanganku hingga sejajar dada dan mengaktifkan skill tersebut. "Authority of Author."

...

....

.....

Sudah kuduga tidak berhasil. Skill ini hanya akal-akalan dari para dewa untuk membuatku senang sesaat di tengah kemalanganku.

Mana mungkin seorang manusia mampu mengubah dan menulis ulang realita seperti menulis cerita, dasar dewa-dewa sialan.

.... Tunggu sebentar .... Mengubah dan menulis ulang realita, huh?

Ah, yang kulakukan tadi adalah mencoba mewujudkan sesuatu yang ada dipikiranku tetapi kekuatan Authority of Author bukanlah mewujudkan atau menciptakan, namun mengubah dan menulis ulang suatu realita.

Jadi, misalkan aku ingin segenggam penuh uang maka aku harus menyediakan sesuatu sejumlah sama untuk diubah? Pertukaran setara mungkin?

Baiklah, mari kita coba.

Ehm, sesuatu yang ditukar ... sesuatu yang ditukar .... Ah, itu saja.

Aku mengambil sebuah balok kayu tak berguna seukuran telapak tanganku yang tergeletak di sudut ruangan dan menggenggamnya erat, kemudian sekali lagi mengaktifkan Authority of Author.

"Kalau kau memang sungguhan maka ubahlah balok kayu ini menjadi yang kuinginkan! Authority of Author!"

Selang sepersekian detik setelah aku mengaktifkan Authority of Author, balok kayu di tanganku bersinar redup dan secara perlahan mengubah bentuknya dari segenggam balok kayu tak berguna menjadi suatu lempengan logam pipih nan ringan.

Aku yang melihat keajaiban tersebut sontak berseru gembira sekuat tenaga. "Oh, berhasil! Ini berhasil! Aku berhasil, kurang ajar!"

Ah, ini? Kau mengenal smartphone, 'kan? Yep, inilah yang kuciptakan—lebih tepatnya kutulis ulang.

Balok kayu seukuran genggaman tanganku sekarang berubah menjadi sebuah smartphone yang mirip kepunyaanku dahulu—daripada mirip, ini lebih seperti ponselku sendiri. Bahkan sampai stiker dan aksesorisnya juga ....

Yah, abaikan bentuk fisiknya, aku penasaran apakah benda ini dapat berfungsi seperti smartphone sungguhan.

Nyalakan dulu .... Oh, ponsel ini sungguh nyala! Tapi, apa fungsinya sesuai yang kuinginkan? Periksa terlebih dahulu ....

Oh ... "Oh! Smartphone ini sungguh berfungsi! Benda ini sungguh dapat terkoneksi dengan internet bumi!"

Bujug gile! Authority of Author ini sungguh bukan tipuan! Kemampuannya sungguh mampu mengubah dan menulis ulang realita! Balok kayu lusuh yang tak berguna sebelumnya berhasil diubah menjadi smartphone sungghan!

Aku tidak mengerti bagaimana dan mengapa ponsel ini dapat terhubung dengan internet bumi, namun untuk sekarang ini lebih dari cukup.

Dengan kekuatan Authority of Author maka aku bisa membuat—tidak, mengubah realita di dunia ini sesuai keinginanku, meski aku yakin terdapat batasan tertentu yang mungkin tak akan bisa dilampaui.

Lagipula, level skill ini juga masih satu. Level paling rendah dan kemampuannya juga cukup terbatas.

Mungkin ketika levelnya naik maka pengaruh atau kekuatan Authority of Author juga akan meningkat. Semoga saja begitu. Kuharap juga begitu, ya.

Baik, dengan begini aku bisa memastikan Authority of Author bukan sekedar omong kosong belaka. Skill ini sungguh mampu menulis ulang realita sesuai imajinasi dan keinginanku.

Kalau tak salah penggunaan Authority of Author dibatasi sekali sehari, ya? Apa sekali sehari ini terhitung sampai lewat jam dua belas malam atau aku perlu tidur hingga besok agar dapat digunakan lagi?

Ah, kebetulan waktu di smartphone menunjukkan sekarang sudah pukul 12 lewat dua menit. Sekalian kucoba saja mungkin, ya?

Aku kemudian mengambil sebuah barang tak berguna lain dan sekali lagi mengaktifkan Authority of Author, lalu benda itu memancarkan sinar redup dan bentuknya berubah menjadi sebatang logam di tanganku.

"Jadi, patokannya jam 12 malam, ya? Tepat saat pergantian hari." Aku mengangguk puas mengetahui cara kerja dan batasan skillku.

Baiklah, kegiatan hari ini lebih baik dicukupkan dulu. Aku masih mempunyai pekerjaan berat menunggu di esok hari.

Dan juga, aku sudah cukup puas mengetahui beberapa dasar dunia ini seperti papan status dan skill, jadi sudah saatnya untukku tidur.

Mataku juga mulai berat.

Sebenarnya aku masih penasaran terhadap statusku yang teramat kecil dan nampaknya begitu lemah untuk ukuran dunia ini, namun kuserahkan semua itu kepada diriku besok.

Sekarang aku perlu ... tidur ....

Keesokan harinya setelah aku bangun—tidak, mungkin lebih tepatnya dibangunkan oleh suara gedoran pintu, aku segera bangkit dari kasur dan membuka sumber suara tersebut.

Di sana aku mendapati seorang wanita paruh baya yang telah memiliki sedikit keriput pada wajahnya dengan gaun merah berdiri di hadapanku disertai sekepak kipas tangan di genggaman.

Dia ditemani oleh sosok lelaki remaja seusiaku yang kukenal, Leonard serta sesosok pelayan perempuan berdiri dua langkah di belakang sang wanita—si pelayan berdiri tiga langkah di belakang.

".... Anak kurang ajar, mau sampai kapan kau berdiri di hadapanku seperti itu? Apa kamu melupakanku?" Wanita bergaun merah mengibaskan kipas tangannya sebelum berkata demikian.

Aku segera disadarkan oleh perkataan sang wanita dan berlutut setengah kaki, "Maafkan atas ketidaksopananku, Nyonya Ardenheim—tidak, ibunda."

"Hmph, walaupun kau hanyalah anak haram sepertinya kau masih tahu sedikit sopan santun." Wanita tersebut mendengus menanggapi responku dan menutup kipasnya. "Aku sadar kau adalah hasil dari perbuatan suamiku dan pelayan rendahan itu bertahun-tahun lalu dan kita masih terikat hubungan ibu dan anak, tapi aku tak sudi dipanggil ibu olehmu."

"Kamu mengerti?" Dia melotot kepadaku.

Aku mengangguk pelan dalam posisi berlutut. "Tentu saja, Nyonya Ardenheim—atau haruskah aku panggil Nyonya Seratina?"

"Ya, panggil aku begitu saja." Seratina mendengus pelan terlihat sedikit tidak puas namun tak memilih mundur.

Benar, wanita paruh baya bergaun merah di hadapanku ini merupakan ibu tiriku, Seratina von Ardenheim, ibu dari Leonard serta nyonya besar sekaligus istri sang kepala keluarga Ardenheim saat ini.

Walaupun terlihat songong dan kata-katanya kurang enak didengar, sebenarnya dia cukup perhatian kepadaku—atau setidaknya hanya untuk memeriksa apakah aku, anak tirinya masih hidup atau tidak.

Setidaknya dia belum pernah mengusikku secara verbal ataupun fisikal, tidak seperti bocah di belakangnya—sesudah aku bereinkarnasi tentunya.

Aku tak tahu apa yang telah dia lakukan terhadap Fain asli sebelum aku mengambil alih tubuhnya.

"Aku tidak ingin berbasa-basi jadi aku akan langsung ke intinya." Seratina berdeham sejenak sebelum melanjutkan. "Suamiku, Gustav von Ardenheim mengundangmu untuk makan malam bersama malam ini."

"Suamiku dan diriku tidak menerima jawaban negatif." Seratina segera berbalik dan melangkah meninggalkanku di gudang reyot bersama pelayan serta anaknya, Leonard. "Aku berharap kamu sungguh datang, anak haram."

...

....

.....

Huh?

Terpopuler

Comments

Danda Saputra

Danda Saputra

nih ceritanya ngundang makan malem atau ngajak gelud sih

2023-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 1. Reinkarnasi? Seriusan?
2 2. Mengenal Diri
3 3. Skill
4 4. Authority of Author
5 5. Undangan Makan Malam
6 6. Negosiasi
7 7. Menulis Ulang
8 8. Kebenaran Dunia
9 9. Aku Berjanji
10 10. Keberangkatan
11 11. Kegaduhan Serikat
12 12. Aku Sungguh Jenius!
13 13. Kemampuan Authority of Author
14 14. Huh? Seriusan?
15 15. Naik Level
16 16. Tunggu Aku!
17 17. Penyangkalan
18 18. Seorang Alfain
19 19. Alasan Selama Ini
20 20. Dasar Bangsawan Licik!
21 21. Tempat untuk Kembali
22 22. Bermalam di Alam Liar
23 23. Kota Rosel
24 24. Panti Asuhan
25 25. Wajah Menakutkan
26 26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27 27. Aku akan Serius
28 28. Aku Heran
29 29. Pendusta Ulung
30 30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31 31. Babi Ngepet Muncul
32 32. Sungguh Sangat Disayangkan
33 33. Pernyataan Perang
34 34. Koin Emas
35 35. Orang Baik
36 36. Kunjungan Bangsawan
37 37. Bola
38 38. Kedatangan Ksatria
39 39. Tawaran Emas
40 40. Benih Emas
41 41. Berubah Haluan
42 42. Tiga Anugerah
43 43. Bendera yang Berkibar
44 44. Sampai Jumpa, Rosel
45 45. Menuju Matildam
46 46. Pertemuan Dengan Pedagang
47 47. Kabin Kayu Ajaib
48 48. Kota Matildam
49 49. Dia Juga?
50 50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51 51. Elias von Ruliand
52 52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53 53. Mengganti Kelas
54 54. Serangan Malam
55 55. Jeritan Dalam Kesunyian
56 56. Masalah Lain Matildam
57 57. Melahap Angin
58 58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59 59. Rumah Kematian
60 60. Tak Ada Lawan
61 61. Red Glutton Devil
62 62. Sentinel Peringkat Merah
63 63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64 64. Lelang Kecil
65 65. Kampung Halaman
66 66. Masalah Ponsel
67 67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68 68. Vampir
69 69. Kondisi Lilia
70 70. Harta Paling Berharga
71 71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72 72. Latihan Sparta
73 73. Manusia Berdosa
74 74. Cokelat
75 75. Menyusun Rencana
76 76. Kebun Cokelat
77 77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78 78. Negosiasi Cokelat
79 79. Situasi Panti
80 80. Serangan Penguasa Baru
81 81. Mengejar Dendam
82 82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83 83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84 84. Rencana Pemberontakan
85 85. Kehancuran Total Rudania
86 86. Keputusan Anak-Anak Panti
87 87. Menuju Ibukota
88 88. Ordo Ksatria
89 89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90 90. Raja Sableng
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Reinkarnasi? Seriusan?
2
2. Mengenal Diri
3
3. Skill
4
4. Authority of Author
5
5. Undangan Makan Malam
6
6. Negosiasi
7
7. Menulis Ulang
8
8. Kebenaran Dunia
9
9. Aku Berjanji
10
10. Keberangkatan
11
11. Kegaduhan Serikat
12
12. Aku Sungguh Jenius!
13
13. Kemampuan Authority of Author
14
14. Huh? Seriusan?
15
15. Naik Level
16
16. Tunggu Aku!
17
17. Penyangkalan
18
18. Seorang Alfain
19
19. Alasan Selama Ini
20
20. Dasar Bangsawan Licik!
21
21. Tempat untuk Kembali
22
22. Bermalam di Alam Liar
23
23. Kota Rosel
24
24. Panti Asuhan
25
25. Wajah Menakutkan
26
26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27
27. Aku akan Serius
28
28. Aku Heran
29
29. Pendusta Ulung
30
30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31
31. Babi Ngepet Muncul
32
32. Sungguh Sangat Disayangkan
33
33. Pernyataan Perang
34
34. Koin Emas
35
35. Orang Baik
36
36. Kunjungan Bangsawan
37
37. Bola
38
38. Kedatangan Ksatria
39
39. Tawaran Emas
40
40. Benih Emas
41
41. Berubah Haluan
42
42. Tiga Anugerah
43
43. Bendera yang Berkibar
44
44. Sampai Jumpa, Rosel
45
45. Menuju Matildam
46
46. Pertemuan Dengan Pedagang
47
47. Kabin Kayu Ajaib
48
48. Kota Matildam
49
49. Dia Juga?
50
50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51
51. Elias von Ruliand
52
52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53
53. Mengganti Kelas
54
54. Serangan Malam
55
55. Jeritan Dalam Kesunyian
56
56. Masalah Lain Matildam
57
57. Melahap Angin
58
58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59
59. Rumah Kematian
60
60. Tak Ada Lawan
61
61. Red Glutton Devil
62
62. Sentinel Peringkat Merah
63
63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64
64. Lelang Kecil
65
65. Kampung Halaman
66
66. Masalah Ponsel
67
67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68
68. Vampir
69
69. Kondisi Lilia
70
70. Harta Paling Berharga
71
71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72
72. Latihan Sparta
73
73. Manusia Berdosa
74
74. Cokelat
75
75. Menyusun Rencana
76
76. Kebun Cokelat
77
77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78
78. Negosiasi Cokelat
79
79. Situasi Panti
80
80. Serangan Penguasa Baru
81
81. Mengejar Dendam
82
82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83
83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84
84. Rencana Pemberontakan
85
85. Kehancuran Total Rudania
86
86. Keputusan Anak-Anak Panti
87
87. Menuju Ibukota
88
88. Ordo Ksatria
89
89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90
90. Raja Sableng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!