.... Ayah mengundangku untuk makan malam? Ada angin apa tiba-tiba dia mengundangku makan malam bersama keluarga utama setelah selama ini dia mengusirku dan membuatku tinggal di gudang reyot?
Aku merasakan firasat buruk.
Ping!
Hmm? Suara apa barusan?
Ada suara seperti pesan aplikasi komunikasi di smartphone tapi aku yakin bukan dari smartphone yang kubuat dari balok kayu menggunakan Authority of Author semalam mengingat aku meninggalkannya di bawah bantal pada kamarku.
Jadi, suara apa itu barusan?
.... Apa jangan-jangan itu suara sesuatu dari status atau skillku? Patut dicoba.
Buka daftar skill.
Skill : Cleaning (3), Cooking (4)
Extra Skill : Translation (1)
Unique Skill : Authority of Author (1)
Oh, skill Cleaning-ku naik level. Berarti suara barusan seperti notifikasi naik level, ya?
Rasanya agak aneh karena suaranya datang mendadak tanpa peringatan dan mungkin hanya terdengar olehku saja, jadi ini bisa membuatku terkejut di waktu-waktu tertentu.
"Fain, ada apa? Kenapa melamun?" Gisele di sebelahku bertanya.
"Tidak apa-apa. Skill Cleaning-ku baru saja naik menjadi level 3."
"Oh, bagus! Dengan begini kamu bisa lebih efektif dalam melaksanakan tugasmu!" Gisele melebarkan bibirnya membentuk sebuah senyum riang. "Apa kita harus merayakannya malam ini?"
Aku tertawa sejenak menanggapi perkataan Gisele. "Itu terlalu berlebihan jika kita merayakannya setiap kali level skillku naik."
"Lagipula, malam ini aku ada jadwal." kataku melanjutkan. "Ayah—tidak, tuan Gustav mengundangku untuk makan malam nanti."
Tangan Gisele yang tengah mengusap kaca jendela menggunakan kain usang berhenti bergerak sebelum memandang lantai dengan tatapan kosong dan ekspresi muram. "Ah, benar juga. Sebentar lagi, ya."
Hmm? Mengapa wajahnya mendadak berubah dari senyuman riang menjadi gelap seperti itu? Lalu, apa maksudnya 'sebentar lagi'?
"Kak Gisele? Ada apa?" Aku seketika bertanya merasa penasaran setelah melihat reaksi tersebut.
Gisele menggeleng pelan lalu menoleh ke arahku bersama senyuman manisnya seperti biasa, "Tidak, bukan apa-apa. Tak perlu kau pikirkan."
Dia lalu kembali mengusap kaca jendela.
Tidak tidak, jelas sekali sedang ada apa-apa. Kau pikir kamu bisa membohongiku? Dengan perubahan ekspresimu yang mendadak barusan?
Pasti ada sesuatu di balik wajah tersebut walau hanya sesaat. Aku yakin ada batu di balik udang.
Aku sekali lagi bertanya, namun pertanyaanku tidak digubris olehnya dan Gisele langsung mengalihkan topik tanpa sempat aku kembali bertanya.
Kami bekerja bersama sampai sore seperti biasanya tetapi kali ini, dia nampak menghindariku—tidak, mungkin lebih tepatnya menghindari topik pertanyaanku tadi.
Pada sore hari ketika pekerjaan hari ini telah usai aku hendak bertanya sekali lagi tapi ....
"Terima kasih atas selama ini, tuan Alfain Ardenheim." Gisele mencubit roknya sedikit dan membungkuk dengan anggun kepadaku. "Aku menikmati hari-hari bersamamu."
.... Huh?
"Kak Gisele—"
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Gisele melangkah pergi meninggalkanku dengan langkah pelan namun terkesan terburu-buru.
Huh? Ada apa? Kenapa dia pergi begitu saja? Tidak seperti biasanya.
Aku memanggil namanya sekali lagi mencoba untuk meraih lengan atau bagian tubuhnya agar menghentikan langkah, tetapi dia tidak bereaksi. Menoleh ke belakang pun tidak.
Dia ... mengabaikanku? Apa aku melakukan suatu kesalahan?
Tidak, aku tak ingat melakukan kesalahan terhadap Gisele sampai ke titik di mana dia bersikap seperti ini.
Apa yang terjadi? Apa yang telah kulakukan?
.... Undangan makan malam? Kalau diingat lagi siang tadi ekspresinya menjadi kelam selama sesaat setelah aku menyebutkan ayah mengundangku untuk makan malam.
Apa itu ada kaitannya dengan sikap Gisele sekarang?
Barusan juga dia memanggilku 'tuan'. Mungkinkah ini artinya aku akan diangkat menjadi bagian dari keluarga utama Ardenheim?
Kemungkinan tersebut memang ada tapi nampaknya sangatlah kecil.
Tidak mungkin 'kan seorang anak haram hasil dari kepala keluarga dan seorang pelayan rendahan diangkat menjadi keluarga utama? Apalagi keluarga bangsawan sekelas Viscount berpangkat II.
Jadi, kenapa?
Hmm? Apa ini?
Aku berjongkok dan memperhatikan lantai dari dekat, lalu seketika mataku terbuka lebar. "Air?"
Kenapa ada air di lantai kering tanpa hujan seperti ini? Terlebih lagi bentuk bercak airnya seperti tetesan ... air ....
Aku menengadahkan dagu dan menemukan terdapat pola bercak air serupa menuju suatu arah serta dalam jarak tertentu.
"Ah .... Ini air mata Gisele, ya?"
Aku bisa langsung menebak kemungkinan di balik undangan makan malam dan aku berharap tebakanku tanpa dasar kuat ini salah.
***
Pada malam harinya aku membasuh diri—tidak, daripada membasuh lebih tepatnya mengelap tubuh menggunakan kain dan air minimum.
Sesudah itu aku mengenakan pakaian terbaikku yang belum pernah kupakai, lalu mendatangi ruang makan utama di kediaman keluarga Ardenheim.
Mengapa aku bilang ruang makan utama? Itu karena terdapat satu ruang makan lagi yang dipakai untuk pelayan dan pekerja di rumah ini sebagai tempat makan.
Biar kuberitahu, isi rumah ini sangatlah luas sehingga dua atau tiga pelayan tidaklah cukup untuk membersihkan seluruhnya. Terdapat 6 pelayan termasuk aku dan Gisele yang bertugas membersihkan dan merapihkan seluruh kediaman ini, belum termasuk pekerja lain.
Itulah mengapa aku selalu kelelahan di akhir hari setelah semua pekerjaan selesai.
Dan malam ini, aku diundang oleh ayah untuk menghadiri makan malam bersama keluarga utama.
"Alfain Ardenheim datang menghadap." Aku berlutut setengah kaki begitu memasuki ruang makan yang telah diisi oleh beberapa orang.
Aku bisa melihat Leonard dan Seratina duduk bersebelahan di sisi meja, lalu seorang wanita muda berusia dua puluhan tahun bergaun putih serta gadis kecil berusia sekitar 12 tahun tengah duduk berseberangan dari pasangan ibu dan anak yang kukenal.
Lalu, seorang pria paruh baya berjanggut dan memancarkan aura tenang namun gagah duduk di penghujung meja makan panjang seorang diri.
"Kau datang juga rupanya, Alfain. Kami lelah menunggumu," ujar pria paruh baya tersebut sembari menyesap segelas anggur merah.
Aku membungkukkan kepala sejenak membalas perkataannya. "Maafkan aku, Ayahanda. Persiapanku ternyata lebih lama dari yang kukira."
"Hmph." Dia, Gustav mendengus menanggapiku. "Ya sudahlah, apa boleh buat. Kamu boleh duduk di sana."
Gustav menunjuk kursi di ujung meja panjang lain menggunakan dagunya dan aku mengangguk sejenak, lalu berdiri dan duduk di tempat yang telah disediakan untukku duduk.
Beberapa saat sesudah aku duduk para pelayan yang biasanya bekerja bersamaku mendekati dan mengantarkan hidangan menuju hadapanku. Mereka meletakkan semuanya dengan rapi dan elegan.
Makanan ini terlihat menggoda ... mereka sangat menggoda .... Tapi ....
Aku melirik kepada Gustav. "Apa aku sungguh boleh menyantapnya, Ayahanda?"
"Tentu saja. Aku yang mengundangmu kemari. Jangan sungkan." Gustav menjawab sambil mengangguk sebelum meminum anggur merah dari gelasnya lagi.
Kalau diperbolehkan maka aku tidak akan sungkan.
Aku mulai menyantap hidangan di hadapanku sesopan dan selegan mungkin meniru cara makan Leonard dan lainnya, lalu berusaha menjaga otot wajahku yang kini hendak meneteskan air mata saking gembiranya lidahku mengicip makanan ini.
Sesudah sesi makan malam berakhir dan aku juga menyelesaikan hidanganku, Gustav memanggil namaku dengan nada tegas. "Alfain."
Seluruh perhatian spontan tertuju kepadaku berkat nada tegas tersebut.
"Kamu tahu mengapa aku memanggilmu kemari?"
Intonasi serta tatapan tegas tersebut seketika membuat tubuhku kaku dan sulit diajak bekerja sama, tetapi aku, sebagai reinkarnasi pria berusia 25 tahun di dalam tubuh remaja 14 tahun, mampu menghadapi tekanan sepele seperti ini.
"Ya, Ayahanda." Aku mengangguk menjawab lalu tanpa jeda mengangkat suaraku sekali lagi. "Apakah ini tentang pengusiranku dari kediaman ini setelah aku berusia 15 tahun?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
miaw le૮₍ ˃᷄ . ˂᷅ ₎ა
lah.. ternyata ini toh
2023-06-02
0
クロスケフジン:キツネ
novel baru nih yp thod
2023-02-17
1