5. Undangan Makan Malam

.... Ayah mengundangku untuk makan malam? Ada angin apa tiba-tiba dia mengundangku makan malam bersama keluarga utama setelah selama ini dia mengusirku dan membuatku tinggal di gudang reyot?

Aku merasakan firasat buruk.

Ping!

Hmm? Suara apa barusan?

Ada suara seperti pesan aplikasi komunikasi di smartphone tapi aku yakin bukan dari smartphone yang kubuat dari balok kayu menggunakan Authority of Author semalam mengingat aku meninggalkannya di bawah bantal pada kamarku.

Jadi, suara apa itu barusan?

.... Apa jangan-jangan itu suara sesuatu dari status atau skillku? Patut dicoba.

Buka daftar skill.

 

Skill : Cleaning (3), Cooking (4)

Extra Skill : Translation (1)

Unique Skill : Authority of Author (1)

 

Oh, skill Cleaning-ku naik level. Berarti suara barusan seperti notifikasi naik level, ya?

Rasanya agak aneh karena suaranya datang mendadak tanpa peringatan dan mungkin hanya terdengar olehku saja, jadi ini bisa membuatku terkejut di waktu-waktu tertentu.

"Fain, ada apa? Kenapa melamun?" Gisele di sebelahku bertanya.

"Tidak apa-apa. Skill Cleaning-ku baru saja naik menjadi level 3."

"Oh, bagus! Dengan begini kamu bisa lebih efektif dalam melaksanakan tugasmu!" Gisele melebarkan bibirnya membentuk sebuah senyum riang. "Apa kita harus merayakannya malam ini?"

Aku tertawa sejenak menanggapi perkataan Gisele. "Itu terlalu berlebihan jika kita merayakannya setiap kali level skillku naik."

"Lagipula, malam ini aku ada jadwal." kataku melanjutkan. "Ayah—tidak, tuan Gustav mengundangku untuk makan malam nanti."

Tangan Gisele yang tengah mengusap kaca jendela menggunakan kain usang berhenti bergerak sebelum memandang lantai dengan tatapan kosong dan ekspresi muram. "Ah, benar juga. Sebentar lagi, ya."

Hmm? Mengapa wajahnya mendadak berubah dari senyuman riang menjadi gelap seperti itu? Lalu, apa maksudnya 'sebentar lagi'?

"Kak Gisele? Ada apa?" Aku seketika bertanya merasa penasaran setelah melihat reaksi tersebut.

Gisele menggeleng pelan lalu menoleh ke arahku bersama senyuman manisnya seperti biasa, "Tidak, bukan apa-apa. Tak perlu kau pikirkan."

Dia lalu kembali mengusap kaca jendela.

Tidak tidak, jelas sekali sedang ada apa-apa. Kau pikir kamu bisa membohongiku? Dengan perubahan ekspresimu yang mendadak barusan?

Pasti ada sesuatu di balik wajah tersebut walau hanya sesaat. Aku yakin ada batu di balik udang.

Aku sekali lagi bertanya, namun pertanyaanku tidak digubris olehnya dan Gisele langsung mengalihkan topik tanpa sempat aku kembali bertanya.

Kami bekerja bersama sampai sore seperti biasanya tetapi kali ini, dia nampak menghindariku—tidak, mungkin lebih tepatnya menghindari topik pertanyaanku tadi.

Pada sore hari ketika pekerjaan hari ini telah usai aku hendak bertanya sekali lagi tapi ....

"Terima kasih atas selama ini, tuan Alfain Ardenheim." Gisele mencubit roknya sedikit dan membungkuk dengan anggun kepadaku. "Aku menikmati hari-hari bersamamu."

.... Huh?

"Kak Gisele—"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Gisele melangkah pergi meninggalkanku dengan langkah pelan namun terkesan terburu-buru.

Huh? Ada apa? Kenapa dia pergi begitu saja? Tidak seperti biasanya.

Aku memanggil namanya sekali lagi mencoba untuk meraih lengan atau bagian tubuhnya agar menghentikan langkah, tetapi dia tidak bereaksi. Menoleh ke belakang pun tidak.

Dia ... mengabaikanku? Apa aku melakukan suatu kesalahan?

Tidak, aku tak ingat melakukan kesalahan terhadap Gisele sampai ke titik di mana dia bersikap seperti ini.

Apa yang terjadi? Apa yang telah kulakukan?

.... Undangan makan malam? Kalau diingat lagi siang tadi ekspresinya menjadi kelam selama sesaat setelah aku menyebutkan ayah mengundangku untuk makan malam.

Apa itu ada kaitannya dengan sikap Gisele sekarang?

Barusan juga dia memanggilku 'tuan'. Mungkinkah ini artinya aku akan diangkat menjadi bagian dari keluarga utama Ardenheim?

Kemungkinan tersebut memang ada tapi nampaknya sangatlah kecil.

Tidak mungkin 'kan seorang anak haram hasil dari kepala keluarga dan seorang pelayan rendahan diangkat menjadi keluarga utama? Apalagi keluarga bangsawan sekelas Viscount berpangkat II.

Jadi, kenapa?

Hmm? Apa ini?

Aku berjongkok dan memperhatikan lantai dari dekat, lalu seketika mataku terbuka lebar. "Air?"

Kenapa ada air di lantai kering tanpa hujan seperti ini? Terlebih lagi bentuk bercak airnya seperti tetesan ... air ....

Aku menengadahkan dagu dan menemukan terdapat pola bercak air serupa menuju suatu arah serta dalam jarak tertentu.

"Ah .... Ini air mata Gisele, ya?"

Aku bisa langsung menebak kemungkinan di balik undangan makan malam dan aku berharap tebakanku tanpa dasar kuat ini salah.

***

Pada malam harinya aku membasuh diri—tidak, daripada membasuh lebih tepatnya mengelap tubuh menggunakan kain dan air minimum.

Sesudah itu aku mengenakan pakaian terbaikku yang belum pernah kupakai, lalu mendatangi ruang makan utama di kediaman keluarga Ardenheim.

Mengapa aku bilang ruang makan utama? Itu karena terdapat satu ruang makan lagi yang dipakai untuk pelayan dan pekerja di rumah ini sebagai tempat makan.

Biar kuberitahu, isi rumah ini sangatlah luas sehingga dua atau tiga pelayan tidaklah cukup untuk membersihkan seluruhnya. Terdapat 6 pelayan termasuk aku dan Gisele yang bertugas membersihkan dan merapihkan seluruh kediaman ini, belum termasuk pekerja lain.

Itulah mengapa aku selalu kelelahan di akhir hari setelah semua pekerjaan selesai.

Dan malam ini, aku diundang oleh ayah untuk menghadiri makan malam bersama keluarga utama.

"Alfain Ardenheim datang menghadap." Aku berlutut setengah kaki begitu memasuki ruang makan yang telah diisi oleh beberapa orang.

Aku bisa melihat Leonard dan Seratina duduk bersebelahan di sisi meja, lalu seorang wanita muda berusia dua puluhan tahun bergaun putih serta gadis kecil berusia sekitar 12 tahun tengah duduk berseberangan dari pasangan ibu dan anak yang kukenal.

Lalu, seorang pria paruh baya berjanggut dan memancarkan aura tenang namun gagah duduk di penghujung meja makan panjang seorang diri.

"Kau datang juga rupanya, Alfain. Kami lelah menunggumu," ujar pria paruh baya tersebut sembari menyesap segelas anggur merah.

Aku membungkukkan kepala sejenak membalas perkataannya. "Maafkan aku, Ayahanda. Persiapanku ternyata lebih lama dari yang kukira."

"Hmph." Dia, Gustav mendengus menanggapiku. "Ya sudahlah, apa boleh buat. Kamu boleh duduk di sana."

Gustav menunjuk kursi di ujung meja panjang lain menggunakan dagunya dan aku mengangguk sejenak, lalu berdiri dan duduk di tempat yang telah disediakan untukku duduk.

Beberapa saat sesudah aku duduk para pelayan yang biasanya bekerja bersamaku mendekati dan mengantarkan hidangan menuju hadapanku. Mereka meletakkan semuanya dengan rapi dan elegan.

Makanan ini terlihat menggoda ... mereka sangat menggoda .... Tapi ....

Aku melirik kepada Gustav. "Apa aku sungguh boleh menyantapnya, Ayahanda?"

"Tentu saja. Aku yang mengundangmu kemari. Jangan sungkan." Gustav menjawab sambil mengangguk sebelum meminum anggur merah dari gelasnya lagi.

Kalau diperbolehkan maka aku tidak akan sungkan.

Aku mulai menyantap hidangan di hadapanku sesopan dan selegan mungkin meniru cara makan Leonard dan lainnya, lalu berusaha menjaga otot wajahku yang kini hendak meneteskan air mata saking gembiranya lidahku mengicip makanan ini.

Sesudah sesi makan malam berakhir dan aku juga menyelesaikan hidanganku, Gustav memanggil namaku dengan nada tegas. "Alfain."

Seluruh perhatian spontan tertuju kepadaku berkat nada tegas tersebut.

"Kamu tahu mengapa aku memanggilmu kemari?"

Intonasi serta tatapan tegas tersebut seketika membuat tubuhku kaku dan sulit diajak bekerja sama, tetapi aku, sebagai reinkarnasi pria berusia 25 tahun di dalam tubuh remaja 14 tahun, mampu menghadapi tekanan sepele seperti ini.

"Ya, Ayahanda." Aku mengangguk menjawab lalu tanpa jeda mengangkat suaraku sekali lagi. "Apakah ini tentang pengusiranku dari kediaman ini setelah aku berusia 15 tahun?"

Terpopuler

Comments

miaw le૮₍ ˃‌᷄ . ˂‌᷅ ₎ა

miaw le૮₍ ˃‌᷄ . ˂‌᷅ ₎ა

lah.. ternyata ini toh

2023-06-02

0

クロスケフジン:キツネ

クロスケフジン:キツネ

novel baru nih yp thod

2023-02-17

1

lihat semua
Episodes
1 1. Reinkarnasi? Seriusan?
2 2. Mengenal Diri
3 3. Skill
4 4. Authority of Author
5 5. Undangan Makan Malam
6 6. Negosiasi
7 7. Menulis Ulang
8 8. Kebenaran Dunia
9 9. Aku Berjanji
10 10. Keberangkatan
11 11. Kegaduhan Serikat
12 12. Aku Sungguh Jenius!
13 13. Kemampuan Authority of Author
14 14. Huh? Seriusan?
15 15. Naik Level
16 16. Tunggu Aku!
17 17. Penyangkalan
18 18. Seorang Alfain
19 19. Alasan Selama Ini
20 20. Dasar Bangsawan Licik!
21 21. Tempat untuk Kembali
22 22. Bermalam di Alam Liar
23 23. Kota Rosel
24 24. Panti Asuhan
25 25. Wajah Menakutkan
26 26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27 27. Aku akan Serius
28 28. Aku Heran
29 29. Pendusta Ulung
30 30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31 31. Babi Ngepet Muncul
32 32. Sungguh Sangat Disayangkan
33 33. Pernyataan Perang
34 34. Koin Emas
35 35. Orang Baik
36 36. Kunjungan Bangsawan
37 37. Bola
38 38. Kedatangan Ksatria
39 39. Tawaran Emas
40 40. Benih Emas
41 41. Berubah Haluan
42 42. Tiga Anugerah
43 43. Bendera yang Berkibar
44 44. Sampai Jumpa, Rosel
45 45. Menuju Matildam
46 46. Pertemuan Dengan Pedagang
47 47. Kabin Kayu Ajaib
48 48. Kota Matildam
49 49. Dia Juga?
50 50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51 51. Elias von Ruliand
52 52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53 53. Mengganti Kelas
54 54. Serangan Malam
55 55. Jeritan Dalam Kesunyian
56 56. Masalah Lain Matildam
57 57. Melahap Angin
58 58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59 59. Rumah Kematian
60 60. Tak Ada Lawan
61 61. Red Glutton Devil
62 62. Sentinel Peringkat Merah
63 63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64 64. Lelang Kecil
65 65. Kampung Halaman
66 66. Masalah Ponsel
67 67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68 68. Vampir
69 69. Kondisi Lilia
70 70. Harta Paling Berharga
71 71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72 72. Latihan Sparta
73 73. Manusia Berdosa
74 74. Cokelat
75 75. Menyusun Rencana
76 76. Kebun Cokelat
77 77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78 78. Negosiasi Cokelat
79 79. Situasi Panti
80 80. Serangan Penguasa Baru
81 81. Mengejar Dendam
82 82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83 83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84 84. Rencana Pemberontakan
85 85. Kehancuran Total Rudania
86 86. Keputusan Anak-Anak Panti
87 87. Menuju Ibukota
88 88. Ordo Ksatria
89 89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90 90. Raja Sableng
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Reinkarnasi? Seriusan?
2
2. Mengenal Diri
3
3. Skill
4
4. Authority of Author
5
5. Undangan Makan Malam
6
6. Negosiasi
7
7. Menulis Ulang
8
8. Kebenaran Dunia
9
9. Aku Berjanji
10
10. Keberangkatan
11
11. Kegaduhan Serikat
12
12. Aku Sungguh Jenius!
13
13. Kemampuan Authority of Author
14
14. Huh? Seriusan?
15
15. Naik Level
16
16. Tunggu Aku!
17
17. Penyangkalan
18
18. Seorang Alfain
19
19. Alasan Selama Ini
20
20. Dasar Bangsawan Licik!
21
21. Tempat untuk Kembali
22
22. Bermalam di Alam Liar
23
23. Kota Rosel
24
24. Panti Asuhan
25
25. Wajah Menakutkan
26
26. Gemuruh Taring Es dan Petir
27
27. Aku akan Serius
28
28. Aku Heran
29
29. Pendusta Ulung
30
30. Ketua Serikat Cabang Rosel
31
31. Babi Ngepet Muncul
32
32. Sungguh Sangat Disayangkan
33
33. Pernyataan Perang
34
34. Koin Emas
35
35. Orang Baik
36
36. Kunjungan Bangsawan
37
37. Bola
38
38. Kedatangan Ksatria
39
39. Tawaran Emas
40
40. Benih Emas
41
41. Berubah Haluan
42
42. Tiga Anugerah
43
43. Bendera yang Berkibar
44
44. Sampai Jumpa, Rosel
45
45. Menuju Matildam
46
46. Pertemuan Dengan Pedagang
47
47. Kabin Kayu Ajaib
48
48. Kota Matildam
49
49. Dia Juga?
50
50. Pertemuan Dua Reinkarnator
51
51. Elias von Ruliand
52
52. Kebenaran di balik Senyum Bodoh
53
53. Mengganti Kelas
54
54. Serangan Malam
55
55. Jeritan Dalam Kesunyian
56
56. Masalah Lain Matildam
57
57. Melahap Angin
58
58. Aku Jadi Kaya Mendadak!
59
59. Rumah Kematian
60
60. Tak Ada Lawan
61
61. Red Glutton Devil
62
62. Sentinel Peringkat Merah
63
63. Apa Aku Semenakutkan itu?
64
64. Lelang Kecil
65
65. Kampung Halaman
66
66. Masalah Ponsel
67
67. Aku Harus Kabur .... Tapi, ke Mana?
68
68. Vampir
69
69. Kondisi Lilia
70
70. Harta Paling Berharga
71
71. Kuatkanlah Hatimu dan Berpenganganlah Kuat
72
72. Latihan Sparta
73
73. Manusia Berdosa
74
74. Cokelat
75
75. Menyusun Rencana
76
76. Kebun Cokelat
77
77. Pabrik Cokelat dan Kericuhan Makan Malam
78
78. Negosiasi Cokelat
79
79. Situasi Panti
80
80. Serangan Penguasa Baru
81
81. Mengejar Dendam
82
82. Kecupan Pembawa Ketenangan
83
83. Dunia Dengan dan Tanpa Waktu
84
84. Rencana Pemberontakan
85
85. Kehancuran Total Rudania
86
86. Keputusan Anak-Anak Panti
87
87. Menuju Ibukota
88
88. Ordo Ksatria
89
89. Aku Tidak Bisa Menghitung Semua Ini Seorang Diri!
90
90. Raja Sableng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!