Mukhalis: Pahlawan Bentala

Mukhalis: Pahlawan Bentala

1. Anak Istimewa

Suara-suara kicauan bersahutan, suasana tentram itu membuat alam seakan-akan berinteraksi satu sama lain. Silir semilir ikut serta memeriahkan, membuat dedaunan menari bersamaan. Sementara manusia yang berada di atas batu besar tak berkutik sama sekali, berkonsentrasi sembari duduk bersila.

Sesekali kupu-kupu mendarat tepat di atas rambut ikal berwarna hitam itu, belum bisa membuat anak muda berbusana serba putih dengan sabuk hitam bereaksi. Dia bermeditasi, tak lain tak bukan berusaha membuka sukma untuk diterima oleh Prana. Prana adalah kekuatan yang berasal dari alam, tidak, Prana adalah alam itu sendiri.

Manusia lebih memilih Prana untuk sarana berdamai dengan keadaan. Melibas tekanan dalam berkehidupan. Namun, di antara mereka tentu ada yang memanfaatkan Prana untuk hal kekerasan. Mendambakan keabadian yang secara tidak normal membuat mereka kehilangan akal sehat. Seperti itulah Prana berlaku, ada dampak yang akan diterima.

Lambat laun dia membuka kedua mata, terlihat iris hazel berkilau merefleksikan sinar baskara yang menembus kepekatan hutan. Hembusan napas dikeluarkan, kini sanubari terasa kecewa dan rasa khawatir meneror benak anak muda itu. Ketakutan bila dia tak disambut oleh Prana.

Anak itu turun dari batu besar, menoleh ke sana kemari seakan mencari sesuatu. Sebuah tas rotan yang berisikan tumbuhan dan obat-obatan herbal diambil dari sebelah bebatuan, berlalu ke suatu tempat. Suara kasar besi yang bertabrakan ikut meramaikan kesunyian selama dia berjalan, sebab kedua kaki buatan yang tersemat di tubuhnya sudah terlalu tua dan terbentuk dari bahan-bahan sisa.

Dia bernama Suluh, menderita sindrom yang terlahir tanpa kedua tangan dan kaki. Oleh sebab itu dia kesusahan menadah Prana, kesulitan berkultivasi. Namun, kehadiran Suluh di dunia membuka suatu abnormalitas yang sukar ditemui, terutama untuk kasus kalau dia masih bernapas sampai saat ini.

Berkat temuan alat bantu tersebut, dia dapat beraktivitas secara normal. Kini dia hendak kembali ke rumah dan memberitahukan kepada Bara, ayah Suluh, akan sebuah masalah yang tengah mengacaukan konsentrasi anak itu. Tangan robotik tersebut kini terasa sulit dioperasikan, seakan ada titik yang tak bisa dirasakan. Semua benda yang dikenakan Suluh adalah hasil racikan dari Pak Bara; terkenal mahir dalam mekanikal.

Dia melalui setapak yang menuntun ke suatu sawah luas, suara aliran sungai terdengar deras melintas di sebelahnya. Petani sibuk menanam tanaman, tak sekali-kali menoleh ketika Suluh lewat. Hal yang tak biasa ketika salah satu dari mereka memakai sebuah mesin yang memudahkan bercocok tanam. Benda itu dikendalikan oleh mekanisme uap, tabun-tabun keluar dari selah ventilasi yang terlihat kotor nan hitam.

Setelah melewati bukit kecil, panorama Kerajaan Niskala terlihat luar biasa dari sana. Ada bangunan-bangunan menjulang, balon udara mengapung di udara, serta istana yang tentunya menjadi pusat perhatian kelimun umum. Muka berseri Suluh tersungging senyuman, membiarkan sepoi-sepoi melambaikan rambutnya. Glamor kerajaan itu selalu bisa menyihir mata siapapun akan pesona keindahan yang ditawarkan.

Bila menilik lebih ke dalam, situasinya lebih ramai dari yang terkira. Jalanan diisi manusia berlalu lalang, komplet dengan kendaraan diesel melintas sangat berhati-hati tak menabrak orang. Di pelataran trotoar tersedia kursi panjang, tampak ada insan bercengkrama riang. Di sisi lain ada suara dentingan baja yang ditempa bersamaan, timah panas itu lambat laun membentuk sebuah pedang.

Di pusat pasar, kebutuhan pokok lengkap terjajakan di setiap sudut. Ada banyak yang mencuri perhatian konsumen diantaranya adalah penemuan canggih membantu pekerjaan manusia. Hingar bingar lingkungan itu sangat jauh bertolak belakang ketika Suluh berada di hutan. Dia mustahil melewati tempat tersebut bila tak ada urusan dengan langganan kue manis kesukaan adiknya.

Pemilik toko kecil di sebelah jembatan itu bertubuh gempal, wataknya ramah tamah selalu terlihat gembira. Semangat dalam berdagang tak pernah luntur dari suara cemprengnya, tak sesekali putus asa bila kenyataannya tiada satupun yang bertamu maupun bertegur sapa. Hanya Suluh, seseorang yang mendekati wanita berusia tiga puluhan itu tampak sibuk mengolah adonan.

"Banyak pembeli, Bu?" Suara datar Suluh itu tak sengaja mengejutkan pemilik toko, dia sontak menoleh.

"Ah, Nak Suluh," sambut wanita itu merapikan celemek dan menepuk-nepuk tangannya yang masih dipenuhi tepung. "Hanya sedikit, tapi tak apa daripada tidak sama sekali."

Suluh tersenyum tipis walaupun merasa miris, dia kemudian mencari-cari sesuatu. "Apa kue cokelat kukus masih ada?"

"Oh, kesukaan Nak Sabrina, ya?" Dia kemudian menunduk, kembali mencuat hanya untuk memastikan. "Beli satu kotak?"

"Eh, dua," tutur Suluh membuat Ibu Sahira secara cekatan meletakkan dua kotak itu bertindihan, Suluh kemudian menaruh tas hendak memasukkan kue-kue itu ke dalam. "Seribu empat ratus, Bu?"

Bu Sahira menaik-turunkan kepala. "Seperti biasa."

Suluh merogoh kantong kain yang terlihat kerempeng sudah robek di sana-sini, menarik tali hanya untuk terkesima melihat isi di dalamnya. Suluh mengeluarkan koin sisa itu yang jatuh tepat di telapak tangan, membuat wajahnya berubah masam seketika menyadari bahwa dia tak bisa membawa dua makanan yang sudah disiapkan.

Bu Sahira menyadari hal itu lantas bertanya, "Apakah ada masalah, Nak?"

Suluh malah terkekeh, berusaha tersenyum walau terpaksa. "Ah, bila dikira-kira, mungkin satu saja sudah cukup."

"Tak apa, ambil saja satu lagi," timpal ibu itu tahu bahwa uang Suluh kurang. "Ini bentuk terima kasihku kepada dikau yang suka kemari."

"Jangan, Bu!" Suluh menolak uluran tangan Bu Sahira yang membawa kotak kue, mengambil satu kemudian memberikan dua koin itu. "Kami takut bila tak bisa menghabiskan."

Tatkala dia menerima benda berbentuk lingkaran yang berwarna perak, Bu Sahira menyahut, "Baiklah bila itu yang kau minta, kembaliannya jadi tiga ratus."

Namun, Suluh bergegas melangkah pergi sambil membalas, "Itu buat Ibu saja!"

"Hey, Suluh! Macam mana pula kau kabur begitu saja!" Wanita itu tak bisa melakukan apapun untuk mengejarnya. Senyuman tipis di wajah keriput itu tampak bercampur antara bahagia dan kasihan, memperhatikan benda-benda yang menempel di tubuh Suluh. "Kau memang anak istimewa."

Suluh menerobos kemeriahan makhluk berakal yang entah sibuk berbuat apa, menembus selah-selah keributan. Yang dilihat di sana adalah kendaraan baru, sebuah inovasi yang senantiasa semakin memberikan kenyamanan. Suluh masih sempat mengintip di balik orang-orang berbadan menjulang, semakin terhimpit hingga dia harus keluar sebelum benar-benar kekurangan oksigen.

Suluh dapat bernapas lega akan tetapi setelah dia kembali melanjutkan melangkah, ada segerombolan remaja terlihat tak ramah. Air mukanya menggambarkan keangkuhan, memasang rasa tak suka ketika Suluh terpampang jelas di depannya. Anak itu tahu bahwa situasinya akan sangat buruk bila dia masih berada di sana, tergopoh-gopoh berusaha menghilang dari pandangan mereka.

Namun sayang sekali, lajur Suluh dihalang oleh seseorang berbadan besar; secara kasar menarik Suluh masuk ke dalam gang sempit yang penuh dengan sampah. Anak berusia empat belas tahun itu terjatuh, menumpahkan seluruh isi tasnya beserta kotak kue yang masih hangat. Suluh mencoba bangkit tapi hantaman kuat dari kaki pemuda buntal itu memaksa Suluh hampir memuntahkan sarapannya, menggelinding menahan rasa sakit yang teramat sangat.

Disela-sela keterpurukan itu, Suluh sempat menengok; wajah tak asing di balik siluet cahaya. Ketua dari sekumpulan itu mendekat, sepatu tak terawatnya secara sengaja menginjak makanan spesial untuk adik Suluh. Tak lama kemudian mukanya terlihat, rambut pirang bergelombang serta bekas luka di pipi kiri itu dikenali oleh anak yang sedang tergeletak di tanah.

"Kau masih berani memperlihatkan tubuh cacatmu itu di depanku, Suluh?"

......................

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

KK yunia mampir.

2023-04-09

1

Fadlan

Fadlan

Kerajaan Niskala. Ini klo ga salah nama kerajaan gaib di Bali, ya?

Btw, tulisannya sekilas mirip sperti Tagore. Keren!

2023-04-06

1

Manusia Biasa

Manusia Biasa

jadi inget ama anime fulmetal alchemist. Mcnya juga pake tangan robot

2023-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!