2. Penyelamat

Riuh acara yang dimeriahkan oleh kendaraan diesel versi terbaru itu membuat situasi semakin ramai, menarik insan-insan yang sekadar lewat. Alhasil semua mata hanya terfokus ke satu titik, membiarkan tempat lain seakan-akan tertelan Bentala. Termasuk tempat kumuh yang kini Suluh berusaha keluar, terbebas dari neraka sosial yang sudah dialami selama bertahun-tahun.

"Kau tak sadar bahwa kehadiranmu di dunia membawa bencana," tukas ketua itu dengan wesket cokelat yang sudah acak adut, tidak terawat dan tampak kotor. "Alat busukmu itu telah meracuni Prana!"

Suluh berusaha berdiri walau kedua kaki buatan itu sedikit terkilir, dia membalas, "Tak ada bedanya denganmu, Rehan."

"Hah," sahut laki-laki itu terkekeh, semakin mendekat ke arah Suluh yang terseok-seok untuk mundur. "Benar, berkat mesin-mesin bututmu ada manusia sepertiku."

Rehan memberikan sepakan keras ke arah Suluh yang ditangkis dengan kedua tangan besinya. Meski begitu, anak itu tak mampu menahannya, terdorong sedikit semakin memperburuk kondisi alat tersebut. Rehan tersenyum sinis, tahu bahwa ada yang salah dari tangan Suluh. Dia yang belum puas, segera saja menginjak-injak secara terus menerus ke arah Suluh.

Sementara anak malang itu tak bisa melakukan banyak hal kecuali meringkuk di balik kedua tangan yang dalam kondisi bertahan. Mundur pun tak memungkinkan dikarenakan dia sudah berada di sudut lorong, terjerembab di antara sampah-sampah serta tanah yang berlumpur. Secara perlahan tangan itu tak dapat digerakkan, mulai peyot dan asap keluar dari selah-selah kerusakan.

Melihat itu, Rehan semakin membeludak. Kebencian yang tak ternilai memberikan kepuasan bila dia berhasil merusak mesin yang berada di tubuh Suluh. Seluruh kemampuan dikerahkan, Prana membantu memperkuat serangan Rehan semakin cepat sampai-sampai membuat metal itu seperti akan musnah. Suara keras hentakan yang disebabkan benda itu masih kalah bising dengan yang berada di luar, lama-lama Suluh tak dapat

menahan. Anak itu mulai lelah dan memilih menyerah menerima semua serangan.

"Itu mereka, Pak!" Teriakannya menggema, serentak mengalihkan semua perhatian insan-insan di sana.

Siluet itu tampak pendek, memakai dress selutut yang disusul oleh beberapa orang dewasa segera saja mendekat. Rehan sontak panik, anak buahnya kocar-kacir layaknya tikus yang berusaha kabur untuk bersembunyi. Pemuda berambut pirang itu tak banyak berpikir langsung berlari meninggalkan Suluh, tak mempedulikan bawahannya yang sudah ada yang tertangkap. Salah satu dari mereka mendekati Suluh sementara lainnya ada yang menyusul ke arah perginya Rehan.

"Nak, apa kau terluka?" Pria itu sadar bahwa Suluh adalah anak disabilitas, dia lalu menoleh, melambaikan tangan seolah-olah memerintahkan kawannya mendekat. "Septian, kemarilah!"

"Ada apa?" Dia secara cekatan menghampiri.

"Dia membutuhkanmu untuk memperbaiki kedua tangannya," tutur laki-laki berkumis tebal itu yang di dadanya terdapat nama Andrian. "Apa kau membawa alatmu?"

"Ah sialan, aku meninggalkannya di markas," kata Septian menepuk dahinya keras-keras.

"Ayolah, disaat-saat seperti ini kau malah tak membawanya!" Andrian beralih ke arah Suluh yang berusaha untuk berdiri. "Nak, aku akan mencarikan ahli mekanik untukmu, untuk sementara kita keluar dulu dari sini."

Dibantu meniti keluar dari tempat kumuh, Suluh disambut oleh puluhan mata memandang yang sebelumnya menikmati pameran. Berkumpulnya wira-wira kota menimbulkan kecurigaan warga setempat bila saja ada suatu masalah. Siluet yang memakai dress itu tersibak di hadapan Suluh. Seorang gadis muda, tampak seumuran dari umur Suluh. Rambutnya dikuncir kuda berwarna cokelat hampir berubah merah ketika terkena sinar mentari, tiba-tiba mendekati Suluh dengan air muka yang terlihat cemas.

"Tunggu!" Cegat perempuan itu sukses membuat para wira bertanya-tanya. "Biarkan aku memeriksanya."

"Apa kau mekanik?" sahut Septian cepat mempermasalahkan identitas anak itu.

"Kenapa? Apa Anda meragukan keahlianku hanya karena aku masih kecil?" kesal gadis itu lantas beralih kepada Suluh. "Aku, Sekar, bahkan lebih bisa diandalkan daripada kalian, tahu?"

"Kalau begitu, kau duduklah di sini, Nak," kata Andrian membantu Suluh duduk. "Septian, bawakan alatmu, cepat!"

"Tak usah, Pak!" ujar perempuan bernama Sekar bersimpuh di hadapan Suluh. "Rumahku ada di depan sana, aku ada semua alat yang dibutuhkan."

Kini tatapan mereka bertemu. Iris hijau miliknya sangat mempesona, lentik matanya meliuk indah, nyaris Suluh tak dapat berpaling darinya. Satu-satunya hal yang membuat laki-laki itu tersadar adalah pertanyaan yang terlontar dari Sekar. "Siapa namamu?"

"Su-Suluh," bisik Suluh terbata-bata menunduk.

"Bolehkah aku melihat tanganmu?" pinta Sekar yang dibalas anggukan kecil dari Suluh.

Besi itu terlihat suram, Sekar terlihat sibuk meneliti. Dia mondar-mandir di sebelah Suluh, seolah-olah tahu apa yang harus dilakukan untuk menambal kerusakan. Tak lama kemudian di balik keramaian, muncul laki-laki buntal berpakaian modis. Jas hitam, topi kotak, dan sebuah kacamata emas yang terdapat rantai menimbulkan aura intelektual yang disebarkan.

"Sekar!" Suara yang penuh kekhawatiran itu sedikit serak, lantas memeluk anak semata wayangnya. "Apa terjadi sesuatu?"

"Tuan," tutur Andrian bersiap-siap menjelaskan situasi. "Putrimu telah melaporkan tindak kekerasan. Berkat dia, kami dapat menyelamatkan anak ini."

"Bagaimana keadaannya, anakku?" tanya pria itu membiarkan Sekar menjelaskan secara rinci, gadis itu pun berbisik-bisik.

Sementara Suluh terdiam di sana, masih menahan rasa sakit di perutnya yang tak kunjung mereda. Air mata mulai merembes tatkala memperhatikan kedua tangannya yang sangat kacau. Pasalnya alat-alat bantu itu adalah hasil kerja keras ayahnya yang dirusak begitu saja. Tak hanya itu, pakaian putih bersih hasil jahitan ibunya kini tampak lembab dan kecokelatan karena dilumuri kotoran dengan bau tak sedap.

"Nak," suara lembut itu terdengar dari mulut pria gempal yang tiba-tiba berdiri di sebelah Suluh. "Saya Arnadi, ahli mekanikal yang baru saja meluncurkan kendaraan diesel baru di sana."

Suluh tak merespons, masih menunduk. Pria bernama Arnadi itu lalu berseru, "Saya ada alat-alat yang dapat memperbaiki kerusakan tanganmu. Kau tak usah khawatir akan hal lain."

Suluh sesekali menoleh kepadanya, merasa bahwa dia telah merepotkan, "Tapi, Tuan, a-aku ...."

Tiba-tiba, tangan yang hampir tak bisa dirasakan itu terasa ditarik. Benar, Sekar secara tak terduga mendekap tangan rongsokan Suluh, disertai senyuman manis yang menghapuskan semua duka seketika. "Kau tak bisa menolak!"

Anak-anak tersebut melenggang pergi ke dalam keramaian, menerobos masuk ke dalam rumah bertingkat yang tampak besar dan menawan. Namun, bukannya melewati pintu depan, Sekar memutar ke belakang yang mengarahkan mereka ke dalam ruangan luas. Tempat itu terdapat beraneka macam alat-alat mekanika serta benda-benda lain yang tak dikenali Suluh.

"Ikuti aku," kata Sekar melangkah lambat ke tengah-tengah yang telah tersedia sofa berwarna merah. "Duduklah, aku akan ambilkan kau minum."

Suluh berusaha menolak akan tetapi Sekar sudah sirna entah kemana. Suluh tak lekas menuruti kemauan perempuan itu, dia terlalu tertarik dengan mesin-mesin yang tergeletak di mana-mana. Semakin dia menilik sesuatu, dia tersadarkan oleh lantai dua yang tampak berisi lemari-lemari buku. Suatu perpustakaan dengan interior kayu yang elegan.

"Selamat datang, anak muda," suara yang terdengar dalam nan menggema itu sontak membuat Suluh langsung berbalik. Arnadi tersenyum kemudian mendekat, "Maafkan saya bila itu mengejutkanmu."

"Kau pasti anak istimewa itu," kata Arnadi yang kini berada tepat di depan Suluh. "Seperti yang mereka beritakan."

Dia tiba-tiba secara lemah lembut menggenggam kedua tangan anak itu, "Suluh, sudah lama saya menantikan pertemuan ini."

"Kau membawa keajaiban yang belum pernah ada sebelumnya."

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

mampit juga kecerita ku ya.

2023-04-09

0

bagus banget semangat terus kak

2023-03-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!