Sweetest Pain

Sweetest Pain

Bab 1. Permulaan

Suasana rumah yang berantakan dan juga dua orang manusia berbeda jenis kelamin, saling menatap dengan pandangan berbeda. Satu menatap dengan wajah tak percaya, yang satu menatap dengan raut wajah terluka.

"Kita bercerai saja, Kak," ucap Yasmin dengan pelan.

Dennis yang tengah terduduk setelah pertengkarannya dengan Yasmin tadi lantas berdiri. Menatap tak percaya sang istri yang tengah berdiri dengan air mata mengalir deras.

"Nggak! A-aku–" ucap Dennis tergagap.

Dennis langsung berjalan dan menggenggam lengan Yasmin erat. Terlalu syok mendengar kalimat yang terlarang diucapkan oleh sepasang suami-istri.

"Kenapa? Bukannya ini mau kamu? Aku istri yang nggak berguna, 'kan? Kamu selingkuh karena muak sama aku, bukan? Baik, aku kabulkan. Ceraikan aku, Kak," ucap Yasmin bersamaan dengan air mata yang berlinang.

Yasmin secara perlahan melepaskan genggaman tangan Dennis di lengannya, kemudian berbalik memasuki kamar mereka dan menangis. Dennis hanya diam di tempatnya sambil menjambak rambutnya frustrasi.

Dia memang ingin berpisah dari Yasmin, tapi bukan seperti ini caranya. Bukan dengan Yasmin mengetahui perihal perselingkuhan yang dia jalani bersama wanita pujaannya. Dennis ingin menceraikan istrinya dengan benar tanpa adanya luka dan juga sakit hati.

Dennis sudah tidak mencintai Yasmin, itu benar. Di hatinya saat ini sudah ada wanita lain yang menempatinya. Seseorang yang baginya sangat sempurna, seseorang yang mampu menghilangkan bayangan Yasmin di hatinya.

Yasmin sendiri menangis di dalam kamar. Suara tangisannya terdengar pilu. Dengan pelan dia membuka laci meja rias dan mengambil diary miliknya, menarik sebuah foto USG yang terselip dan memeluknya erat.

"Maafin aku yang nggak bisa jaga kamu hiks," ucapnya lirih.

***

Dennis terbangun dari posisi tidurnya yang menelungkup di dinding meja bar dapur. Dia bangun dan menuju kamarnya dan Yasmin. Dia hanya berdiri di depan pintu tanpa berniat membukanya. Dia takut jika Yasmin akan menggila seperti semalam dan Dennis tak ingin menyakiti hati wanita itu lagi.

Ceklek

Pintu kamar terbuka. Dennis terkejut melihat istrinya yang telah rapi dengan pakaiannya dan menatap Dennis datar.

"Yas, aku–" ucap Dennis terhenti saat suara Yasmin terdengar.

"Ayo kita beritahu orang tua kamu tentang perceraian kita. Aku ... menyerah, Kak," ucap Yasmin lirih dan singkat.

Yasmin menunduk, menyembunyikan ekspresi wajahnya agar Dennis tak melihat jika dirinya menahan tangis. Dia tak mau terlihat lemah di depan Dennis. Yasmin adalah wanita kuat dan dia pantang untuk menunjukkan sisi lemahnya.

"Ini lebih baik, 'kan? Kamu nggak perlu sembunyikan apa pun dan aku ..." "... akan bebas."

Yasmin mendongak dan menunjukkan senyum terbaik yang bisa dia berikan pada calon mantan suaminya. Dennis hanya terpaku melihat bagaimana Yasmin tetap tenang dan mengumbar senyum di saat harusnya wanita itu hancur.

"Ayo kita temui orang tua Kakak." Yasmin langsung pergi begitu saja tanpa berniat menunggu jawaban Dennis sama sekali.

Setelah Yasmin menunggu selama tiga puluh menit, mereka pergi menuju rumah orang tua Dennis. Orang tua Yasmin tinggal di Kalimantan karena ayahnya yang bekerja sebagai pejabat kepolisian dan sering pindah tugas. Jadi, mereka hanya akan memberitahu melalui telepon. Begitu pula kakaknya yang tengah bertugas sebagai TNI yang ditugaskan di ujung timur Papua. Hanya Haikal, adiknya yang akan diberitahu perihal perceraian mereka.

Sepanjang perjalanan mereka hanya saling diam, tak ada percakapan. Dennis benci kesunyian, tapi untuk melakukan percakapan adalah hal mustahil. Jadi, mereka hanya diam ditemani oleh suara deru mesin mobil dan juga lantunan musik dari radio.

Setelah sampai, mereka disambut oleh ibu Dennis yang terlihat masih bugar diusianya yang sudah 60 tahunan. Yasmin sebisa mungkin untuk tersenyum di hadapan kedua orang tua suaminya, untuk saat ini.

"Yasmin, Dennis! Kok berkunjung nggak kasih kabar dulu? Ayo masuk, Nak. Mama kangen banget sama kalian. Pa, ada anakmu dan istrinya."

Mereka duduk di ruang tamu yang terlihat artistik. Yasmin tak pernah bosan melihat ruang tamu milik mertuanya. Ibu Dennis adalah seorang design interior. Yasmin suka pada semua tata letak perabotan rumah ini yang terlihat sederhana. Ini adalah terakhir kali Yasmin melihatnya dan dia akan menikmatinya sebisa mungkin.

"Kalian kok nggak ngabarin dulu sebelum datang? Untung kami berdua masih ada di rumah. Ada apa? Kok muka kalian tegang begitu?" tanya ayah Dennis.

Yasmin hanya tersenyum tipis dan Dennis yang terlihat gugup. Dennis takut karena ayahnya adalah orang yang membenci perceraian. Ayahnya adalah seorang Pastor, seseorang yang dihormati. Tentu saja ayahnya membenci perceraian. Sulit bagi Dennis untuk memberitahu ayahnya soal rencana perceraian mereka.

"Nggak kok, Pa. Kami ke sini mau–" ucap Yasmin terhenti karena Dennis menyentuh tangannya.

"Kami memutuskan untuk bercerai, Pa!" Dennis memotong ucapan Yasmin dengan nada tegas.

Hal itu membuat kedua orang tua Dennis yang tadinya memancarkan aura bahagia tiba-tiba menghilang. Gurat bingung terlihat jelas dari wajah ibu Dennis dan gurat marah ayahnya yang kentara sekali.

Dennis takut—tentu saja, tapi ini tak bisa dihindari. Bisa saja Yasmin membongkar penyebab perceraian mereka, walau Dennis tak yakin ia akan melakukannya. Yasmin benci saat masalahnya diketahui orang lain.

"Dennis, ada apa, Nak? Kenapa kalian mau bercerai? Yasmin ini nggak benar 'kan, Nak?" tanya ibu Dennis cepat. Yasmin hanya diam dan menundukkan kepala.

"Kami sudah berusaha, Ma. Maaf jika akhirnya kami memilih jalan ini. Aku dan Kak Jae berusaha mempertahankan rumah tangga kami, tapi akhirnya gagal. Maafin aku, Ma. Ini salahku sampai kami memutuskan bercerai."

Yasmin meneteskan air mata. Hal yang berusaha dia tahan akhirnya runtuh. Ia menangis seketika melihat kedua orang tua suaminya.

"Jika hanya masalah kecil kalian bisa selesaikan baik-baik. Papa nggak mengizinkan!" tegas pria berusia 68 tahun itu membuat Dennis terdiam.

"Pa, aku dan Yasmin sudah nggak bisa untuk bersama. Ada beberapa hal yang membuat kami nggak bisa meneruskan pernikahan ini." Dennis menatap ayahnya penuh keyakinan.

"Lalu kalian memilih untuk berpisah?" tanya ayah Dennis. Yasmin mengangguk disela tangisnya.

"Kalian tahu bukan perceraian adalah yang paling dibenci dalam Islam? Namun, kenapa kalian melakukannya?"

Ibu Dennis bertanya dengan wajah sedih. Tentu wanita itu sedih. Pernikahan putra bungsunya berakhir begitu saja, terlalu tiba-tiba. Ibu Dennis sangat menyayangi Yasmin sejak pertama kali mereka bertemu. Yasmin wanita yang lembut dan punya etika yang baik. Oleh karena itu, ibu Dennis merestui pernikahan putranya dan Yasmin yang seorang muslim dan memperbolehkannya memeluk agama Islam.

"Kami tahu, Ma. Lebih baik mengakhirinya sekarang sebelum kami saling menyakiti lebih jauh." Dennis dengan tegas menatap kedua orang tuanya. Tak menghiraukan Yasmin yang hanya menangis dalam diam sembari memegang bagian dadanya.

"Kami sudah memberitahu Mama dan Papa tentang perceraian kami. Kami pamit, Ma, Pa." Dennis berdiri setelah cukup berbicara dengan menahan emosi. Melirik Yasmin sekilas yang hanya diam sambil menyeka air matanya. Lalu Dennis berjalan mendahului Yasmin.

"Maafkan kekuranganku Ma, Pa," ucap Yasmin lirih.

Dennis mendengar ucapan Yasmin yang terdengar sayup dengan suara serak, berjalan mengikuti Dennis meninggalkan rumah kedua orang tuanya.

***

Di dalam mobil hanya terdengar suara radio yang melantunkan lagu luar negeri favorit mereka berdua. Dennis melirik Yasmin yang hanya diam menatap keluar jendela yang menampilkan deretan mobil dan juga pejalan kaki karena kebetulan hari ini akhir pekan.

"Apa wanita itu sangat cantik sampai kamu begitu tergila-gila padanya?" tanya Yasmin.

Yasmin menoleh dengan tatapan datar dan mata yang masih sembab bekas menangis semalaman dan tadi. Wajahnya terlihat sangat pucat dan tubuhnya yang Dennis baru menyadari jika wanita yang masih berstatus sebagai istrinya itu terlihat lebih kurus. Pipinya yang gembil terlihat lebih tirus dari sebelumnya. Apakah Dennis tak menyadari atau dia terlalu abai akan perubahan fisik istrinya tersebut?

"Ternyata dia sangat cantik, ya," tutur Yasmin karena Dennis tak menjawab.

Yasmin mengulas senyum getir bersamaan dengan air mata yang sedikit mengalir. Hal itu tentu membuat Dennis kaget hingga mengerem mendadak. Sepanjang pernikahan mereka, tak pernah Yasmin meneteskan air mata sebanyak ini dan tak pernah tersenyum sedih selama tiga tahun pernikahan mereka.

Dennis takkan pernah menyangka jika perselingkuhannya akan berdampak sebesar ini. Namun, Dennis tak ingin menyakiti Yasmin lebih dalam lagi dengan membohongi wanita ini. Cukup sampai di sini saja ia menyakiti hati istrinya.

"Ya, dia memang sangat cantik. Dia wanita yang lembut dan pengertian."

Dennis menjawab pertanyaan Yasmin tanpa melihat ekspresi Yasmin sama sekali. Tanpa mengetahui jika ucapannya hanya menambah luka yang lebih dalam bagi Yasmin.

"Aaa, begitu, ya? Kuharap kalian bisa bersama setelah perceraian kita," ucap Yasmin lirih.

Yasmin menutup pembicaraan mereka dan membuka kaca mobil, sedangkan Dennis melajukan mobil kembali.

Yasmin memejamkan matanya dan mengeluarkan tangannya untuk merasakan angin yang berhembus. Helaian rambutnya beterbangan oleh angin. Tak dihiraukannya suara teriakan pengemudi sepeda motor atau mobil yang memarahinya. Dennis hanya bisa diam dan tak berkomentar sama sekali.

Hanya butuh waktu lima belas menit untuk mereka sampai di rumah. Jalanan yang cukup sepi membuat perjalanan jauh lebih singkat. Yasmin langsung masuk ke dalam kamar, meninggalkan Dennis yang terdiam di ruang tamu yang masih berantakan setelah pertengkaran mereka semalam. Bahkan guci hiasan yang mereka beli dua tahun lalu telah hancur lebur akibat Yasmin membanting semuanya.

Dennis mendudukkan diri di sofa ruang tamu. Tangannya menutup wajah tampannya gelisah.

'Ini yang terbaik bagi kami,' batinnya.

'Aku cuma ingin seorang anak, Yas. Sesuatu yang selama tiga tahun ini aku nantikan, tapi tak pernah hadir dalam rumah tangga kita. Lalu kamu terlalu abai akan pernikahan kita selama ini dan aku menemukan orang lain yang menggantikan posisi kamu,' batin Dennis lirih.

Dennis menatap hampa pintu kamar mereka yang tertutup rapat. Tak ingin mengganggu Yasmin dan membuat wanita itu lebih sakit hati.

Bersambung

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

mampir thor

2023-03-16

0

Mrs.Q

Mrs.Q

oh berarti Denis mualaf ya, salah mengira

2023-03-09

0

Mrs.Q

Mrs.Q

jadi sebenarnya
bapak dan ibu Denis itu menikah beda agama?

2023-03-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!