Bab 3. Keputusan Windy

Dodo membuka pintu dengan paksa saat mendengar jeritan kakak ipar dan suara tangis keponakannya yang menggema. Terlihat jika Gaga dan Windy yang tengah berhadapan dengan posisi Windy yang babak belur dan Gaga yang menjambak rambutnya kesal.

Netra Dodo beralih pada pojok rumah, di mana keponakannya ketakutan sambil menutup kedua telinganya. Dengan cepat Dodo berlari dan memeluk anak berusia 6 tahun itu lalu membawanya ke kamar.

"Ariella ... ini Om Dodo. Tenang ya, jangan nangis. Ariella anak pinter, 'kan?"

Dodo memeluk anak kecil yang terlihat ketakutan itu. Pasti anak ini trauma melihat kedua orang tuanya bertengkar. Mungkin sudah, karena ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar. Namun, ini adalah yang terparah dibanding sebelumnya. Melihat jika rumah itu sudah hancur bak terkena tsunami. Semua barang hancur lebur.

Ariella yang telah di dalam pelukan Dodo berkata dengan air mata mengalir.

"Om, Papa sama Mama mau celai? Celai itu apa?"

Dodo terkejut mendengar ucapan lirih keponakannya. Perkataan anak kecil yang terdengar sangat polos dan juga air mata yang mengalir membuat Dodo terenyuh sekaligus geram. Dalam hati Dodo mengutuk kakak dan kakak iparnya yang telah membuat sang keponakan trauma.

"Ariella dengar dari siapa?" tanya Dodo lembut.

Dodo sedikit menghapus air mata Ariella dan merapikan anak rambut gadis cilik itu. Sedikit tersenyum walau ekspresi wajahnya masih cukup tegang. Namun, ia berusaha menutupinya agar Ariella tak sedih.

"Mama hiks ... bilang itu kuat banget. Telus Papa banting mainan aku. TV-nya jadi pecah hiks ... hiks," ucap Ariella dengan tangis menggema.

Dodo menoleh sekilas saat mendengar suara pintu kamar keponakannya terbuka. Gaga berdiri dengan wajah yang terlihat lesu dan langsung menutup pintu kembali. Dodo beralih pada Ariella dan tersenyum menenangkan.

"Ariella dengar Om Dodo, ya. Jangan pernah nangis dan percaya ucapan Papa sama Mama. Mereka cuma lagi berantem kayak Ariella sama Yusuf yang rebutan boneka ini." Dodo mengambil asal mainan milik Ariella dan menunjukkannya. Ariella tampak sedikit percaya ucapan Dodo dan mengucek matanya.

"Benelan Om? Om nggak bohong sama aku, 'kan?" tanya Ariella polos.

Dodo sedikit menggigit bibirnya dan tersenyum canggung.

"Bener kok, om nggak bohong. Sekarang Ariella tidur karena besok om mau ajak Ariella pergi jalan-jalan, ya? Mau, 'kan?"

Dodo mengangkat tangannya dan keponakannya yang terlihat ceria kembali. Terbukti dengan anak itu yang meloncat kegirangan karena diajak jalan-jalan.

"Tidur, yuk? Mau om bacakan dongeng?"

Anak itu mengangguk kuat lalu dengan cepat menarik selimut miliknya dan memposisikan diri untuk tidur. Dodo dengan cepat mengambil sebuah buku dongeng milik Ariella dan membacakan dongeng untuknya.

"Pada suatu hari hiduplah seorang putri duyung cantik bernama Ariel. Sang putri sangat pandai bernyanyi. Dia juga anak sang raja laut, Triton."

Dodo melirik keponakannya yang mulai menutup matanya karena rasa kantuk yang tak terkalahkan. Dodo melanjutkan dongengnya.

"Suatu hari sang putri bertemu pangeran tampan yang terdampar karena badai laut dalam keadaan pingsan. Ternyata Ariel jatuh cinta pada pangeran dan menyelamatkan nyawa sang pangeran."

Dodo terus melanjutkan dongengnya.

"Putri Ariel lalu bertemu dengan seorang penyihir yang bisa mengubah sirip putri menjadi sepasang kaki yang indah. Namun, sang penyihir mengambil suara Ariel yang sangat merdu. Si penyihir berkata jika pangeran menyatakan cinta pada Ariel dalam waktu tiga hari, Ariel akan mendapatkan sepasang kaki itu untuk selamanya. Namun, jika tidak sang putri akan berubah menjadi buih."

Dodo mengelus rambut Ariella agar anak itu tak terganggu. Sesekali anak berusia 6 tahun itu menguap karena rasa kantuk.

"Sang penyihir ternyata sangat licik. Dia berubah menjadi wanita cantik dan memakai suara Ariel untuk menipu pangeran. Lalu dia berbohong dan berkata bahwa dialah yang menyalamatkan pangeran. Namun, dengan bantuan teman-teman Ariel, dia bisa mendapatkan kembali suaranya, juga mengalahkan penyihir jahat. Suaranya pun juga kembali seperti sedia kala. Setelah itu, sang raja memberikan sepasang kaki asli untuk Ariel.

"Setelah itu Ariel dan pangeran menikah dan hidup bahagia selamanya." Dodo melirik Ariella yang sudah tertidur. Dengan pelan dia berdiri dan membenarkan selimut Ariella.

Dodo menutup pintu kamar dan melihat Gaga yang duduk di sofa ruang tamu sambil menjambak rambutnya. Ia beralih ke kamar sebelah, kamar Gaga dan Windy, mengetuk pintunya pelan dan bersuara.

"Kak, bisa keluar sebentar?" tanya Dodo. Ia langsung menuju ruang tamu yang hanya beberapa meter dari kamar.

Dodo menghela napas kesal melihat kakak dan juga kakak iparnya yang lagi-lagi bertengkar. Dodo lelah melihat keadaan rumah tangga kakaknya yang dipenuhi oleh pertengkaran selama empat tahun ini.

Setelah Windy duduk di kursi ruang tamu, Dodo memulai pembicaraan.

"Kalian mau cerai?" tanya Dodo menahan kesal.

Dodo sedikit melonggarkan dasinya yang terasa mencekik leher. Demi Tuhan, Dodo baru pulang bekerja dan saat ingin berkunjung ke rumah kakaknya, dia disuguhkan dengan pertengkaran mereka.

Windy hanya mengangguk sebagai jawaban, sedangkan Gaga hanya mengusap wajahnya frustrasi. Dodo yang melihat keduanya hanya diam dalam kesunyian menghela napas kasar.

"Kalian sinting, tahu nggak!? Kalian nggak tahu apa efeknya di masa depan bagi Ariella? Tiap hari dia lihat papa sama mamanya bertengkar. Apa kalian nggak kasihan?!"

Dodo melepas kacamata miliknya dan memijat pangkal hidungnya lelah. Rasa lelah yang bercampur dengan kesal melihat sikap Gaga dan Windy membuat Dodo frustrasi. Tak pernah ada ketenangan dalam rumah tangga mereka bahkan sekedar untuk membuat Ariella tak sedih. Hanya mementingkan ego masing-masing.

"A-aku lelah, Do. Kakakmu makin semena-mena dan menyiksaku layaknya aku samsak tinjunya. Aku pengen pisah dari dia dan mengambil hak asuh Ariella," ucap Windy dengan bahu bergetar.

Suara isakan tangis terdengar, membuat Dodo merasa bersalah. Windy memang sudah menahan diri sejak empat tahun lalu. Berusaha untuk tegar demi Ariella pasti tidaklah mudah. Di tambah wanita itu bekerja sebagai freelance untuk membantu ekonomi keluarga mereka. Bahkan penghasilan mereka harus dibagi untuk orang tua Gaga dan juga Windy.

"Win, maafin aku. Kamu tahu kalo aku nggak bisa mengatur emosiku. Sejak awal kenal, kamu tahu kondisiku dan kamu terima aku apa adanya. Aku sayang sama kamu, Win. Aku mohon kita jangan cerai, ya?" bujuk Gaga lembut.

Gaga berbalik dan memegang bahu Windy erat. Namun, Windy hanya diam dengan bahu bergetar, takut pada Gaga.

"Aku nggak mengira kamu akan sekasar ini. K-kamu bikin aku takut, Ga. Aku nggak bisa bertahan sama kamu terus seumur hidup. Aku mau pisah," ucap Windy bergetar.

Windy menghempaskan tangan Gaga dan menjauh darinya. Cukup sudah, Windy muak dengan semua perkataan Gaga yang hanya di mulut saja. Dia pasti akan mengulanginya lagi dan lagi. Terus hingga Windy merasa kesabarannya telah habis. Sekarang Windy sudah diambang batas, dia ingin berpisah dengan Gaga dan tak ada yang bisa menghalanginya sekalipun itu Ariella.

"Kak, pikirkan sekali lagi. Kalian sudah punya Ariella. Dia butuh sosok orang tua yang lengkap. Aku tahu Bang Gaga memang salah. Namun,–" ucap Dodo terhenti. Dia menggigit bibir bawahnya kuat, seolah dia sulit mengatakannya.

"..., aku nggak mau Ariella berakhir menjadi anak korban perceraian. Dia ... pasti menjadi olokan temannya jika papa dan mamanya bercerai," lanjut Dodo.

Dodo sadar jika ucapannya hanya untuk membuat Windy tak menceraikan Gaga. Dodo tahu jika Windy lelah pada pernikahannya yang hanya diisi dengan tangis dan juga Gaga yang meremehkannya. Gaga yang selalu memukul dan juga menyalahkan Windy atas semua masalah yang diterimanya di kantor.

"Kamu nggak memikirkan aku, Do! Kamu nggak tahu seberapa sakitnya aku menahan siksaan Gaga dan juga mengurus Ariella agar dia tumbuh dengan baik."

Windy sedikit berteriak dengan segenap keberanian yang menurut Dodo hanya secuil. Dodo dapat merasakan nada ketakutan darinya. Air mata mengalir deras dari pipi Windy yang memerah bekas tamparan Gaga.

"Aku harap kamu mengerti, Do. Aku sudah sampai pada batasku. Sudah cukup aku bertahan dengan kakakmu yang egois dan temperamental," ucap Windy pelan.

Windy berdiri dan masuk kamar tanpa menoleh. Membiarkan Gaga yang terlihat frustrasi dan Dodo yang hanya bisa pasrah pada keputusan Windy.

Bersambung

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

lanjut thor

2023-03-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!