"Kamu mau bercerai? Apa yang kamu pikirkan, Windy?" tanya ibunya kaget.
Windy hanya diam dengan mata sembab. Pipi kirinya yang lebam dibiarkan begitu saja supaya ayahnya bisa melihat.
"Aku capek, Ma. Aku lelah dengan rumah tanggaku, lalu Gaga semakin nggak terkontrol. Dia menyiksaku, Ma, Pa," ucap Windy pelan.
Windy menumpahkan semua yang telah disimpannya selama empat tahun ini. Dia lelah terus membohongi orang tuanya dan juga semua orang tentang rumah tangganya. Hanya Dodo yang mengetahui perlakuan Gaga padanya dan adik iparnya itu tak berniat sama sekali membantunya. Setiap melihat Windy disiksa, Dodo hanya diam dan membawa Ariella pergi. Lalu setelah semuanya baik-baik saja, adik iparnya akan bertanya padanya dan memberikan kotak obat. Tanpa berniat membantu untuk mengobatinya ataupun sekadar meminta maaf atas perbuatan Gaga.
Windy membenci Dodo sebesar Windy membenci Gaga. Kakak dan adik sama-sama egois dan mementingkan diri mereka sendiri.
"Pipimu kenapa? Apa kamu dipukuli suamimu?" tanya ayahnya. Windy mengangguk tanpa bersuara. Itu cukup untuk sebuah jawaban dan Windy yakin ayahnya akan paham dan mengerti keputusan yang ia ambil. Setiap orang tua pasti menginginkan kebahagiaan anaknya, tak terkecuali ayahnya. Windy yakin akan hal itu.
"Papa mengerti, 'kan? Aku sudah lelah dengan semuanya, Pa. Aku mau lepas dari pernikahan ini dan bebas dari Gaga." Windy meremas ujung pakaiannya hingga kusut.
"Lalu kamu akan membiarkan Ariella menjadi korban perceraian kalian? Papa sudah peringatkan kamu sejak awal, pernikahan bukan hal yang mudah. Apalagi usia kalian terlalu muda saat itu untuk berumah tangga. Lihat sekarang, kamu tidak bahagia!"
Windy hanya memejamkan mata mendengar ucapan ayahnya. Ini memang salahnya yang terlalu terburu-buru untuk menikah. Berpikir pendek seolah pernikahan hanya berisi hal indah dan tak ada pertengkaran, apalagi tindak kekerasan. Windy terlalu naif dan dibutakan oleh cinta hingga tak bisa memikirkan hal seperti ini di masa depan.
Windy mendongak dan menatap sang ayah. "Terus Papa mau aku mempertahankan rumah tanggaku? Papa nggak lihat aku dipukuli oleh Gaga?" Windy sedikit berteriak namun tak cukup kuat karena mengingat itu orang tuanya. Ia masih memiliki sopan santun.
Ayahnya melipat tangan di dada lalu menggeleng. "Bukan, bukan itu maksud papa. Papa tidak membenarkan tindak kekerasan Gaga padamu karena itu adalah hal yang salah. Papa hanya memikirkan anak kalian. Namun, jika kamu sudah bulat dengan keputusan cerai, kami bisa apa selain mendukung?" tutur ayahnya menyerah.
Windy menatap kedua orang tuanya dengan mata berkaca-kaca. "Jadi, ... jadi, ... Papa dan Mama merestui jika aku menggugat cerai Gaga?" tanya Windy cepat. Windy menutup mulutnya karena terkejut saat melihat anggukkan pelan mereka. Dengan cepat Windy memeluk mereka erat.
"Pa ... Ma ... makasih udah kasih izin aku."
***
Windy mengulas senyum kemenangan saat mendengar putusan Hakim bahwa Gaga dan dirinya telah bercerai. Senyumnya makin mengembang saat Hakim memberinya hak asuh anak sepenuhnya dan Gaga dilarang menemui Ariella. Bahkan Gaga harus memberikan tunjangan cerai yang cukup besar untuk Windy.
Windy melirik Dodo yang hanya melihatnya dengan tatapan yang bisa dibilang tajam. Namun, itu bukan masalah bagi Windy karena memang sejak awal Windy berniat berpisah dari Gaga. Terlepas dari Windy memiliki pria idaman lain, toh sejak empat tahun lalu pernikahan mereka sudah dilanda masalah dan Gaga selalu memukulnya.
"Win, biarkan Ariella ikut aku. Aku ayahnya, jangan pisahkan kami." Windy menatap Gaga yang terlihat makin kurus dan tak terawat. Bulu-bulu halus di dagu dan bibir bagian atasnya sudah tumbuh cukup banyak. Wajahnya juga pucat pasi dengan kantung mata yang tebal. Sesaat Windy merasa iba pada Gaga, tetapi dengan cepat dia buang. Gaga adalah pria yang tak patut dikasihani dan pantas menderita.
"Kamu bodoh atau pura-pura bodoh? Hakim sudah bilang kalau aku yang mendapatkan hak asuh Ariella. Jadi, kamu nggak berhak sama sekali atas Ariella," ucap Windy ketus.
Entah sejak kapan Windy berani mengucapkan kalimat ketus pada Gaga. Selama ini Windy terlalu takut melawan Gaga karena takut mendapat dosa melawan pada suami. Namun, sekarang Windy takkan takut lagi karena status mereka hanyalah mantan suami-istri. Windy takkan berdosa karena melawan Gaga.
Windy mendorong Gaga yang hendak menggapai Ariella di dalam pelukan ibunya.
"Pergi!" Windy menatap bengis Gaga yang terduduk dan menatap dengan sorot mata tajam. Amarah yang berusaha Gaga tahan selama persidangan telah tersulut dengan mudah karena perilaku Windy.
Gaga berdiri dan mengangkat tangannya ke udara, hendak memukul Windy. "Bangs*t lo!"
Bukannya takut, tapi Windy malah membusungkan dadanya, seolah menantang balik. Hal itu lantas membuat Gaga naik pitam karena selama ini Windy tak pernah melawan, dan hanya diam menerima perlakuan darinya.
"Dasar pengecut! Kamu beraninya cuma sama aku, 'kan? Kamu mau pukul aku di sini? Ayo sini, biar semua orang tahu kalo kamu itu cuma lelaki banci yang beraninya mukul perempuan!" Windy berteriak keras hingga dapat didengar oleh semua yang menghadiri sidang itu. Tak terkecuali orang tua Gaga yang sejak tadi hanya diam.
"Bang, udah! Ini pengadilan dan lo nggak bisa seenaknya di sini. Perbuatan lo ini bisa memberatkan dalam banding hak asuh Ariella."
Dodo menarik Gaga yang bersiap memukul Windy dan menatap sang kakak yang terlihat emosi. Dengan pelan Dodo menggelengkan kepala, tanda agar kakaknya berhenti.
"Oke, gue mengalah. Hanya saja, biarkan gue untuk memeluk Ariella sekali aja. Sudah sebulan gue nggak bisa lihat dia sama sekali. Itu menyiksa batin gue, Win. Tolong biarkan gue bersama anak gue satu hari ini aja," ucap Gaga memelas.
Gaga tak pernah menampakkan wajah sendu dan mengiba seperti itu. Namun, sekarang Gaga mau melakukan hal itu hanya demi bertemu dengan anaknya.
Windy membuang muka dan melipat tangannya di dada. "Nggak! Ariella nggak butuh ayah seperti kamu dan aku nggak sudi anakku dipegang oleh laki-laki temperamental seperti kamu." Windy berjalan pergi ke arah kedua orang tuanya dan tersenyum manis pada anaknya.
"Ariella ... ini papa, Nak."
Windy seketika berbalik dan mendapati Gaga tengah mengulurkan tangan, seperti hendak memeluk Ariella yang juga terlihat tersenyum melihat Gaga. Dengan cepat Windy menghalangi Gaga.
"Pergi!" Windy berteriak hingga urat-urat lehernya menonjol. Wajahnya memerah karena amarah dan tatapan mata penuh dendam. Orang-orang di sekitar ruang pengadilan mendekat sekadar hanya untuk melihat apa yang terjadi. Bisik-bisik orang yang membicarakan mereka tak Windy pedulikan. Gaga hanya terdiam melihat sikap Windy yang terlihat sangat berbeda.
"Gue mau ketemu anak gue," ucap Gaga tak peduli. Gaga sebisa mungkin menahan emosinya hanya demi bisa bertemu dan memeluk putri semata wayangnya.
"Dia nggak butuh papa seperti kamu! Dia cuma butuh aku, ibunya. Pergi, Ga!" Windy mendorong Gaga hingga pria itu jatuh tersungkur.
"Mama, jangan jahat sama Papa hiks ...."
Windy berbalik dan melihat Ariella yang turun dari gendongan neneknya dan berlari memeluk Gaga. Dengan wajah merah padam karena marah, Windy menarik Ariella agar menjauh dari Gaga.
"Ayo sini ikut mama, dia laki-laki jahat. Jangan pernah dekati dia, Ariella. Dia bukan papa kamu lagi." Windy menarik tangan Ariella kuat hingga anak itu kesakitan. Namun, tetap saja Ariella tak mau melepaskan tangan Gaga darinya.
"Mama, aku mau sama Papa. Mama aku kangen Papa, hiks ...." Ariella berusaha menggapai tangan Gaga, tapi dilerai oleh Windy.
"Udah mama bilang dia bukan papa kamu! Papa kamu sudah mati." Windy berkata sinis tanpa perasaan sama sekali. Dengan cepat Windy pergi membawa Ariella pergi, membiarkan Gaga yang terlihat pasrah serta Ariella yang terus memberontak di dalam gendongan Windy dan menangis keras.
"Papa, hiks ... Papa ... Mama, Aliella mau Papa ...."
Gaga hanya diam tanpa berusaha untuk mengejar Windy. Dia takut jika Windy makin marah dan membahayakan keselamatan Ariella, sedangkan Dodo hanya bisa melihat dan menatap Windy curiga.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
up
2023-03-16
0