Berulang kali Dodo mengetuk pulpen miliknya di meja kerja kantornya. Hal yang dua bulan ini mengusik pikirannya. Harusnya ia hanya memikirkan kasus yang tengah ditangani. Hal yang sebenarnya dia sendiri belum yakin, tapi hatinya gelisah karena curiga.
Apa Kak Windy selingkuh?
Kata itu terus menjadi pertanyaan di kepalanya yang super jenius. Namun, semakin Dodo berpikir hanya satu jawaban yang mengarah kepada sikap Windy selama ini. Windy membenci Gaga karena perilaku Gaga selama pernikahan mereka.
"Apa gue yang terlalu curiga?"
Dodo bergumam sambil melihat lurus berkas-berkas kasus yang harus dia tangani. Dengan pelan Dodo menggelengkan kepala, mengusir pemikiran negatifnya kepada mantan kakak iparnya tersebut dan melanjutkan pekerjaannya. Semua berkas ini harus dia selesaikan secepatnya karena sidang akan dilakukan minggu depan.
"Fokus Dodo! Bukan saatnya lo mikirin urusan rumah tangga abang lo yang gagal. Sekarang lo punya pekerjaan yang harus diselesaikan secepatnya. Semangat!"
Dodo kembali fokus membaca tiap berkas yang harus diselesaikan setidaknya sampai jam makan siang. Lalu setelahnya ada pertemuan dengan client sebuah kasus yang cukup penting. Dodo harus giat bekerja karena dia membutuhkan uang untuk pengobatan ibunya dan juga Gaga yang mengalami depresi setelah bercerai dari Windy.
Sekarang Gaga sering diam dan terkadang membanting barang tanpa alasan pasti. Pernah satu kali Dodo melihat Gaga merusak mainan milik Ariella menggunakan pisau dapur. Oleh karena itu, sekarang Dodo tinggal di rumah Gaga agar kakaknya tak melakukan hal-hal di luar kendali dan juga menyusahkan orang lain terlebih dirinya. Inilah yang membuat konsentrasinya buyar dan terbagi.
Dodo melirik ponselnya yang berdering tak jauh dari kumpulan berkas-berkas yang berserakan. Dengan kesal Dodo mengambil ponsel itu dan menerima panggilan.
"Ya, Ma, ada apa?" Dodo terus membaca setiap kata dari berkas itu tanpa menatap layar ponsel sama sekali. Terdengar suara teriakan dan juga suara tangis sang ibu, membuat Dodo mengalihkan pandangannya pada ponsel.
"Ada apa, Ma? Kenapa Mama menangis?" Dodo melepas kacamata bacanya dan berdiri seketika. Suara tangis dan air mata ibunya adalah hal yang mampu membuat Dodo luluh dan menjadi pria yang berbeda.
"Gaga ... dia ... dia naik ke tower listrik tegangan tinggi. Dia mengancam akan bunuh diri jika tidak bertemu Ariella. Tolong kakakmu, Do ... hiks," ucap ibunya panik.
Seketika ponsel itu jatuh ke lantai. Dengan gerakan cepat Dodo menyambar kunci mobil miliknya dan melaju membelah jalanan kota menuju rumahnya. Tak dihiraukan suara protes pengendara lain karena kakaknya jauh lebih penting. Kejiwaannya tengah terganggu akibat perceraiannya yang begitu tiba-tiba.
Setelah cukup lama menyetir, Dodo melihat kumpulan orang yang berkerumun. Melihat sekilas apa yang ditunjuk oleh para warga dan seketika Dodo menerjang lautan manusia tersebut untuk memanggil Gaga.
"Bang, ayo turun!" Dodo berteriak dengan sekuat tenaga. Matanya menyipit karena sinar matahari yang menyilaukan membuat penglihatannya sedikit sulit.
Suara Dodo bak ditelan bumi, nyatanya Gaga tak mendengar dan hanya diam di atas tiang listrik itu. Menatap kumpulan manusia yang seperti semut baginya. Dengan nekat Dodo menaiki tiang listrik itu, mengabaikan keselamatannya sendiri.
"Bang, ayo turun! Di sini bahaya! Lo bisa mati kena setrum!" Dodo berteriak dengan tangannya yang berusaha menggapai tangan Gaga. Namun, percuma karena pria itu terus menghalangi Dodo dan makin naik menuju menara tiang.
"Gue nggak akan turun sebelum lo bawa Ariella ke sini! Gue cuma mau anak gue!" Dodo menghindari lemparan ranting kayu yang entah Gaga dapatkan dari mana.
"Bang, turun, ya? Gue akan bawa Ariella buat lo. Jadi, sekarang lo turun, ya? Kasihan Mama udah nangis lihat lo begini." Dodo mengulurkan tangannya dengan senyum menenangkan.
Gaga terlihat ragu, lalu setelah dibujuk, tanpa pikir panjang ia langsung mengulurkan tangannya.
"Janji bawa Ariella, oke?" Dodo sedikit naik dan menggenggam tangan sang kakak dengan mudah lalu menariknya turun.
Setelah turun, Dodo menghela napas lega dan menatap tajam Gaga.
"Lo gila!? Lo mau bikin gue sama Mama jantungan sama sikap lo yang seperti ini?"
Gaga hanya diam tak bereaksi. Kerumunan orang-orang sudah pergi setelah Gaga turun. Ada yang merasa lega dan ada yang merasa kesal karena waktu mereka terganggu akibat mengkhawatirkan Gaga yang ternyata hanya mencari perhatian.
"Gue pernah lihat Kak Windy sama cowok di hotel." Gaga menoleh saat mendengar suara Dodo yang terdengar pelan, nyaris tak terdengar akibat suara bising kendaraan.
Gaga terdiam cukup lama dan tersenyum. "Mungkin itu client-nya." Gaga berusaha untuk mengusir pemikiran negatif, walau sebenarnya dia telah memikirkan berbagai pemikiran negatif tentang Windy.
Dodo mendengkus kesal. "Mana ada client yang pegangan tangan mesra dan masuk ke dalam hotel? Lo mikir, Bang! Gue bilang ini karena ini bisa jadi senjata lo untuk mengambil hak asuh Ariella," ujar Dodo penuh emosi. Dia sangat kesal karena masalah kakaknya sudah membuat kehidupannya ikut kacau. Semua pekerjaannya terbengkalai hanya untuk membantu Gaga.
"Jadi, aku bisa mendapatkan hak asuh Ariella jika aku bisa membuktikan perselingkuhan Windy?" tanya Gaga antusias. Dodo mengangguk pasti.
"Aku mau menemui Windy. Aku akan ambil Ariella." tekadnya. Gaga berdiri dan menatap adiknya penuh percaya diri.
***
Yasmin menatap beberapa pegawai restoran dengan wajah sedih. Yah, bagaimanapun selama setahun Yasmin sudah bersama mereka membangun usaha restoran ini agar lebih maju. Sekarang restoran ini akan menjadi milik Dennis—mantan suaminya.
Yasmin tersenyum saat melihat Sera, salah satu pegawai yang baru masuk menatapnya dengan wajah sedih.
"Kamu kenapa sih, Ser? Takut nggak di gaji sama Kak Dennis?" Yasmin sedikit membuat gurauan yang ternyata tak di respons baik oleh mereka. Hanya keheningan yang terjadi dan Yasmin merasa seperti orang bodoh.
"Mbak Yasmin nggak punya selera humor sama sekali." Yasmin mendengkus mendengar ucapan Karel yang ternyata memang benar adanya. Haikal dulu juga mengatainya tak memiliki selera humor.
"Oke, mbak minta maaf kalau mbak ada salah, ya? Sekarang restoran udah atas nama Kak Dennis dan semoga kalian betah di sini. Mas Kevin tolong dibantu Kak Dennis soal manajemen restoran. Tugas Mas Kevin bukan cuma sebagai chef, tapi sebagai manajer restoran. Aku percaya sama Mas Kevin." Yasmin tersenyum menatap pria yang lima tahun lebih tua darinya.
Kevin menatap Yasmin dengan bibir mencebik. "Kenapa sih restoran ini jadi milik dia? Sejak awal yang mengurus restoran ini kamu, dia sih cuma duduk diam menerima hasil."
Yasmin menatap sekeliling pegawai restoran dan berusaha memberikan penjelasan.
"Modal restoran dari dia, Mas. Tempat usaha juga punya dia. Aku cuma merintis saja, bukan aku pemiliknya," ucap Yasmin lembut.
"'Tetap saja kamu yang–" ucap Kevin terhenti saat melihat ekspresi wajah Yasmin yang terlihat risih.
"Maaf, aku melewati batasan. Yah, itu urusanmu dan dia, bukan urusan kami." jawab Kevin pelan.
Yasmin menghela napas panjang. "Maafin aku, ya, semuanya. Kalian jangan malas-malas kerjanya, mentang-mentang aku udah nggak di sini. Kebersihan nomor satu dan layani pelanggan dengan sepenuh hati, oke?" Yasmin mengulas senyum penuh semangat kepada seluruh pegawai.
"Kalo gitu aku pulang, ya? Semangat kerjanya!" Yasmin mengambil tas miliknya dan melambai pada semua pegawai dan pergi keluar restoran.
Saat Yasmin keluar, dia melihat Dennis yang tengah bersama seorang wanita yang tengah berdebat dengan dua orang pria yang penampilannya sangat kontras. Pria pertama memakai pakaian kantoran dan pria lainnya berpakaian awut-awutan dan seperti orang yang mengalami depresi.
Yasmin terkejut saat melihat ada seorang anak perempuan berusia 6 tahun yang meringkuk ketakutan dan diabaikan begitu saja oleh keempat orang dewasa di sana. Lebih tepatnya mereka sibuk melerai dua orang yg berdebat itu. Yasmin ragu untuk mendekat, tetapi melihat ekspresi anak itu membuatnya iba dan akhirnya memilih untuk mendekat.
"Aku nggak akan kasih Ariella sama lelaki brengsek kayak kamu!" Yasmin yang hampir dekat terkejut mendengar suara perempuan itu berteriak. Seketika dia berhenti hanya untuk sekedar mengetahui situasi yang terjadi.
"Lo yang brengsek, Win! Baru cerai dua bulan, lo udah bawa cowok lain. Dasar cewek murahan."
Yasmin melihat pria itu menghina wanita yang sejak tadi berdiri di samping Dennis serta anak kecil itu yg meringkuk tak jauh dari mereka.
"Itu bukan urusan kamu. Mau aku jalan sama siapa pun terserah! Kamu sudah bukan siapa-siapaku lagi." ucap wanita itu tersenyum congkak.
Pria yang berdebat itu menatapnya geram. "Kalo gitu kasih Ariella sama gue. Gue yang akan membesarkan dia. Gue nggak sudi anak gue diurus sama wanita tukang selingkuh kayak lo!" Yasmin mengerutkan dahinya karena bingung dan sedikit mencerna ucapan pria itu.
"Apa maksud kamu?" Wanita itu yang ternyata Windy bertanya dengan nada kesal.
Pria itu menatap dengan wajah marah.
"Nggak usah berlagak beg*, Win. Gue nggak bodoh buat mengerti kalo cowok ini selingkuhan lo. Gue lihat lo sama cowok di samping lo itu pegangan tangan mesra dan Dodo pernah melihat lo sama cowok itu di hotel. Benar 'kan, Do?" Pria itu menoleh pada pria di sampingnya dan dibalas dengan anggukkan kepala.
"Aku lihat Kak Windy setengah tahun lalu sama cowok itu di Fav* hotel. Awalnya aku pikir aku salah lihat, ternyata nggak." Windy terkejut, tapi dengan cepat dia mengatur ekspresi wajahnya untuk tenang.
"Memangnya kenapa? Kamu punya bukti kalo aku berselingkuh? Kamu punya foto saat aku masuk ke hotel dengan Dennis?" Windy tersenyum sinis melihat Gaga yang penuh amarah dan Dodo yang hanya diam.
Yasmin yang sejak tadi berdiri sekitar tiga meter jauhnya mulai mendekat dengan langkah lunglai. Matanya memburam akibat air mata yang menganak. Napasnya tercekat melihat dan mendengar lagi hal yang sudah susah payah coba ia lenyapkan. Melihat dengan mata kepalanya sendiri sosok wanita yang menjadi selingkuhan suaminya. Wanita yang sudah bersuami dan juga memiliki anak.
"Jadi, dia wanita itu, Kak?"
Dennis menoleh dan terkejut melihat Yasmin yang berdiri tak jauh darinya. Keadaan wanita itu terlihat kacau. Make up sederhana yang menempel di wajahnya luntur dan membuatnya seperti monster. Maskara yang meleleh mengesankan jika Yasmin seperti hantu.
"Jadi, kamu berselingkuh sama wanita bersuami?" Yasmin kembali mengulang pertanyaannya dengan gurat wajah terluka.
"Iya," ucap Dennis pelan.
Jawaban singkat Dennis seketika menghancurkan hati Yasmin yang sudah tak berbentuk. Pria yang berpakaian kantoran—Dodo—tersenyum penuh kemenangan.
Akhirnya yang kami butuhkan bisa kami dapatkan, batin Dodo.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
sabar Yasmin semoga dapat pengganti
2023-03-18
0
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Mak k⃟ K⃠Adam🥀⃞
mampir juga ya kak di aku
2023-02-28
0
Devii Arga
aku mampir lagi kak
semangat💪💪
2023-02-22
0