KAMULAH TAKDIRKU

KAMULAH TAKDIRKU

BAB. 1 Sepenggal Cerita

BAB 1. Sepenggal Cerita

Ayang Adriyana, gadis berusia 23tahun yang hidup dengan kemewahan dan kasih sayang penuh dari orang tua tunggal. Tidak pernah kekurangan apapun di dalam hidupnya, bahkan bibi ART pun begitu memanjakannya.

Memberi kasih sayang tulus serta merawat Ayang dengan baik sejak Ayang masih bayi, tidak pernah menuntut hal lebih dari majikan yang sudah memperkerjakan nya sejak lama.

Ibu Ayang sendiri meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan Ayang, mendekap sang putri dengan erat, kemudian mengecup kepalanya seolah tahu bahwa dia akan pergi untuk selama-lamanya.

Menitipkan Ayang pada suami tercinta dan juga para bibi untuk mereka jaga, serta meminta untuk memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Ayang.

Namun, sayangnya itu tejadi sekitar beberapa tahun yang lalu dimana keuangan keluarga Ayang masih stabil. Dan orang tua tunggal yang Ayang punya ada di samping Ayang.

Kejadian tragis yang menimpa Ayang sungguh membuat Ayang kehilangan semuanya, kasih sayang serta kemewahan semuanya lenyap seketika.

Tidak meninggalkan apapun untuk Ayang benahi, bahkan selembar uang pun tidak bisa Ayang dapatkan. Hanya sepeda motor tua lah yang tersisa.

Perusahaan yang berjalan dalam bisnis ekspor impor itu mengalami penurunan harga, dan membuat perusahan sang Ayah WIJIN GRUP bangkrut seketika.

Ayah Ayang yang bernama Wijin Santoso harus di larikan ke Rumah sakit karena mengalami serangan jantung.

Dan langsung meninggal dunia setelah mendapat penanganan dari dokter, Ayang waktu itu baru berusia 20 tahun, hanya mampu menangis meraung-raung di atas tanah merah yang masih begitu basah.

Memikirkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi padanya, ketika sang Ayah tercinta pergi untuk selamanya.

Dan benar saja ketika Ayang kembali ke rumah mewahnya, semua ART sudah berdiri dengan rapih menunggu ke datangan Ayang.

Dan orang yang menjadi pengacara serta kepercayaan tuan Wijin pun sudah menunggu Ayang di dalam Rumah, kemudian berjalan menghampiri Ayang memberikan pelukan hangat serta tersenyum seolah menyalurkan kekuatan untuk Ayang.

Membawa gadis tersebut untuk duduk, dan menjelaskan semua permasalahan yang menimpa keluarga nya.

"Jadi om hutang ayah berapa ke Bank, dan lagi karyawan kantor ayah bagaimana nasibnya?" Tanya Ayang dengan seksama, tidak bisa di pungkiri dia begitu khawatir akan hal itu.

"Tenang lah nak, semuanya sudah om urus. Hutang yang jumlahnya triliunan pun sudah lunas pada pihak bank. Dan para karyawan, mereka semua sudah mendapat kan pesangon yang layak."

"Aku lega dengernya om, dan iya untuk para bibi bagaimana" Lanjut Ayang menoleh pada ART yang berdiri di belakang nya sambil menunduk kan kepala.

Meskipun dalam hati, Ayang merasakan kesedihan apabila dia di tinggal di rumah sebesar ini seorang diri, namun jawaban dari pengacara Keluarga nya kembali membuat Ayang menangis tersedu-sedu.

"Mereka sudah om bayar semua, dan akan pulang hari ini dan lagi Ayang rumah ini sudah di sita oleh pihak Bank. Karena tuan Wijin dulu menjaminkan rumah ini untuk pihak Bank yang lain."

Ayang tersenyum dalam tangisnya melihat rumah besar yang ia tempati selama 20 tahun harus ia tinggalkan, hanya berbekal sepeda motor tua yang kini menjadi tumpangannya tidak ada uang atau apapun yang tersisa.

Ayang mengendarai motornya menuju alamat yang sering ia kunjungi, Rumah yang tidak begitu mewah bahkan jauh dari kata besar berdiri kokoh di depan Ayang.

Setidaknya ketika Ayahnya tidak meninggalkan apapun untuk nya, Ayang masih punya rumah yang ia beli sekitar satu tahun yang lalu, dan lagi Ayang masih punya tabungan yang cukup untuk hidup dia selama satu tahun ke depan.

Air mata Ayang lolos begitu saja apabila mengingat kejadian pahit yang menimpanya dulu, harus benar-benar berusaha kuat dan tegar hidup di tengah kota kejam seperti Jakarta.

Meskipun pamannya yang berada di Pangandaran, meminta Ayang untuk ikut dan tinggal bersama nya. Namun Ayang menolak karena Ayang masih punya tanggung jawab, pada Cafe yang ia dirikan ketika Ayang masih bersekolah dulu.

" Mba Ayang maaf !" Ucap salah satu karyawan mengetuk pintu ruangan Ayang.

Ayang menghapus air matanya, kemudian menatap pada Karyawan yang bernama Sri tersebut. " Ada apa mba Sri? "

" Di depan ada yang mau ketemu katanya penting !"

" Siapa memangnya? kayaknya aku gak ada janji sama siapa-siapa hari ini. "

" Saya juga gak tahu, lebih baik mbak temui saja dulu "

Ayang berdiri kemudian melangkah keluar dari ruangannya, terlihat seorang pria dengan pakaian rapih duduk memunggungi Ayang.

" Selamat Siang ada yang bisa saya bantu? " Sapa Ayang sopan kemudian duduk di depan pria tersebut.

Seorang pria dengan perawakan yang begitu atletis, tersenyum ramah pada Ayang kemudian menjulurkan tangannya " Davin Alexander " Ucapnya.

" Ayang Adriyana " Jawab Ayang menerima uluran tangan tersebut " Ada yang bisa saya bantu tuan? "

" Apa nona pemilik Cafe ini? " tanya Davin mengamati seisi Cafe.

Ayang tampak berkerut kemudian mengangguk, ketika mata Davin bertemu dengan mata hitam milik Ayang.

" Ah bagus sekali, aku datang ke sini untuk membeli Cafe anda Nona! " Ucap Davin yang membuat Ayang tampak terkejut.

" Saya tidak pernah berniat menjual Cafe ini, dari mana anda mendapat info seperti itu? " Heran Ayang memberikan tatapan menyelidik pada Davin.

Davin terkekeh, kemudian menyodorkan selembar cek kosong pada Ayang. " Nona anda isi saja berapa yang anda inginkan, saya akan menandatangani nya. " Ucapnya.

Ayang semakin bingung dengan perlakuan pria yang berada di depannya, kemudian menarik cek kosong tersebut.

Davin yang melihat nampak menyungging kan senyum tipis pada Ayang, dan bergumam pelan tanpa bisa di dengar oleh Ayang.

Ayang mengangkat cek tersebut kemudian merobek nya menjadi dua bagian, meremasnya dan kemudian melemparkan ke samping.

Davin tersenyum sinis pada Ayang, kemudian menggulung lengan kemejanya.

" Maaf tuan Davin yang terhormat, saya tidak berniat untuk menjual Cafe ini. Jika sudah tidak ada keperluan lain silahkan anda keluar, dan lagi pintunya ada di sebelah sana! " Tegas Ayang seraya berdiri kemudian menunjuk pintu keluar Cafe.

"Ehem baik Nona, asal nona tahu semua ruko yang berada di dekat Cafe sudah saya beli semua, dan akan saya bangun sebuah hotel mewah. Jika nona berubah pikiran silahkan datang ke Kantor saya." Beritahu Davin kemudian memberikan sebuah kartu.

Ayang tidak menanggapi ucapan Davin, dan memilih untuk membuang muka.

Dengan santai nya Davin berdiri kemudian melangkah meninggalkan Cafe milik Ayang.

Ayang terduduk di lantai dengan lemas, belum masalah yang lain selesai masalah baru justru malah menghampiri nya.

Terpopuler

Comments

Fatimah Alfian

Fatimah Alfian

💙💙💙💙💙💙💙💙💙👍

2022-03-15

0

Li Na

Li Na

rate5

love

like

2020-06-15

1

_sshinta

_sshinta

Mampir di cerita aku juga ya kak "HELLO PRESDIR", Like dan vote juga hehe

Mari saling dukung :)

2020-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!