Bab 3. Kecelakaan
Seorang Dokter paruh baya terlihat tergesa-gesa keluar dari Ruangan pribadinya, kemudian di susul oleh suster yang tadi memanggilnya. Kemudian menoleh sekilas pada kedua lelaki yang tengah berdiri tersebut, dan kemudian melayangkan tatapan sinis nya. Tidak ada habis-habis nya heran pikir Dokter tersebut.
Berjalan masuk ke ruang UGD kemudian menutup kembali tirai yang ia buka.
Kedua lelaki tersebut hanya saling pandang kemudian mendesah pasrah, memilih duduk di kursi panjang ruang tunggu.
Keluar dari ruang UGD kemudian melepas kacamata yang ia pakai, sesekali memijit ujung hidungnya. Dan kemudian memasang kembali kacamata yang ia lepas.
Menatap penuh kekesalan pada ke dua lelaki yang tengah terduduk seraya menundukkan wajahnya.
" Apa kalian ini tidak bosan hah? " Tanyanya dengan berteriak.
" Apa kalian pikir nyawa seseorang itu ada cadangannya selayaknya kucing? " Sambungnya dengan semakin geram.
" DAVIN!!! ARMAN!!! "
Kedua lelaki tersebut terperanjat kaget, kemudian berdiri saling bertabrakan.
" Mata lu dimana? "
" Mata lu yang dimana beg** ?? "
" Lu "
" Lu "
" Astaga, sudah!! " Teriaknya cukup keras kemudian menarik telinga kedua lelaki tersebut.
" AW om sakit. " Ucap Davin memegangi tangan Dokter tersebut.
" Sakit Yah. " Sambung Arman kemudian.
Menghela nafasnya cukup panjang, kemudian menekan jari nya pada telinga kedua lelaki tersebut, Davin dan juga Arman. " Kalian ini sudah tua, apa tidak bisa sehari saja jangan buat ulah!! " .
" Ini salah Arman om, dia yang nyetir bukan aku. " Beritahu Davin, sungguh lelaki itu tidak mau di salahkan dalam masalah kali ini.
" Bukan Yah, bukan aku Davin yang salah dia pukul-pukul kepala aku. " Bela Arman kemudian, dia adalah lelaki waras tidak seperti adik nya yang kurang itu.
" Ngapain lu salahin gue, lu yang salah beg** !! " Kesal Davin, kemudian meraih tangan Arman.
" Kalo lu gak pukul kepala gue, ni masalah gak bakal kejadian. Tu kecelakaan gak bakal kejadian juga. " Bela Arman, disini diri nya tidak lah bersalah semua bermula karena Davin biang keroknya.
" Sudah, DIAM !!! "
" Lama-lama om bisa gila terus-terusan mengurusi masalah kalian " Ini bukannya lah yang pertama, tapi sudah berkali-kali.
" Om Hendra yang salah tuh Arman, dia yang bikin ulah bukan aku. " Lagi-lagi Davin membela dirinya, bisa gawat jika Mom nya tau apa yang dia lakukan, bukan hanya ceramah yang dia dapatkan. Bisa saja, dia paksa kawin setelah nya, sebab sudah banyak sekali masalah yang dia buat.
" Yah tap-- "
" Diam, kalian itu sama sinting nya. sama-sama gila om gak habis pikir sama Kak Febby apa gak capek ngurusin kalian ini hah? " Ucapnya kemudian memijat ujung hidungnya. "Jangan kemana pun sampai pasien sadar, tidak boleh memberikan tanggung jawab kalian pada suster!! " Ancamnya kemudian.
" Tapi om-- "
Belum Davin melanjutkan ucapnya Dokter sekaligus Om nya itu sudah lebih dulu memberikan tatapan tajam, membuat Davin ciut seketika.
Dari kejauhan terlihat seorang wanita tidak terlalu tua dan juga sudah tidak muda berjalan begitu cepat, mendorong apapun yang menghalangi jalannya.
Berkacak pinggang kemudian menggelengkan kepalanya, menatap ke dua lelaki yang tengah terduduk sambil menunduk.
" Kalian berdua, bangun!!! " Perintah nya tanpa ingin di bantah.
Dengan sigap mereka berdua kemudian berdiri, saling menyenggol satu sama lain.
" Apa tidak bisa, sekali saja. Jangan buat darah tinggi Mommy naik hah? " Ucapnya dengan wajah marah.
" Maaf Mommy. "
" Maaf tante. "
"Siapa yang suruh kamu panggil saya tante?" Tanya nya dengan menatap tajam.
" Iya Mommy maaf. " Ralat Nya dengan cepat.
" Mommy gak habis pikir, yang satu nya CEO dan satu nya lagi DIREKTUR tapi selalu saja membuat onar. " Ucap Mom Febby sembari memijat pelipisnya, " Dimana korbannya, Mommy mau lihat!! " sambungnya.
Dengan cepat mereka menunjuk ruang UGD. Febby, Ibu dari Davin kemudian berjalan menuju ruang UGD tersebut. Menyibak tirai penghalang kemudian berjalan perlahan menuju ranjang pasien.
Sedangkan kedua lelaki yang di tinggalkan oleh Febby kembali saling menyalahkan satu sama lain, bahkan mereka saling adu mulut karena merasa kesal.
Memilih untuk duduk saling berjauhan, dan melipat tangannya di dada melirik sekilas kemudian membuang muka.
Sudah seperti pasangan kekasih yang sedang marah karena salah faham, dan so jual mahal seperti tidak saling membutuhkan satu sama lain.
Ya ampun cantik sekali, gumam Febby setelah melihat korban yang di tabrak oleh kedua putranya.
" Suster apa ada luka yang serius? " Tanya Febby pada Suster yang tengah berjaga.
" Tidak ada Nyonya, hanya lecet pada kening lalu telapak tangan yang lainnya tidak ada. " Jawab Suster tersebut dengan ramah.
" Tapi kenapa dia belum sadar? "
" Mungkin karena syok, jadi pasien belum sadar diri. "
" Tolong pindahkan dia ke ruang VVIP sus!! "
" Baik Nyonya. "
Febby kemudian melangkah keluar, menemui si pembuat onar. Kemudian duduk di antara kedua putranya.
Mendesah panjang kemudian menaikkan satu kakinya ke atas paha.
" Siapa korban, apa kalian mengenal? " Tanya Febby menatap lurus ke depan.
Arman dengan cepat menggeleng, berbeda dengan Davin yang terlihat gugup.
" Ada sesuatu atau apapun yang bisa Mommy lihat? " Sambung Mom Febby kemudian.
" Tas, iyah tas. Dav tas nya dimana? " Beritahu Arman, yang mengingat jika korban juga memiliki tas selain motor butut yang sudah tua itu.
Davin menatap malas pada Arman kemudian, memalingkan wajahnya seraya mengangkat sebelah bahu.
" Astaga!!! " Kesal Arman yang tidak habis pikir dengan respon Davin.
" Cepat cari!!! " Perintah Febby kemudian, sehingga membuat Arman langsung berdiri.
Dengan kesal dan penuh kebencian Arman melirik pada Davin. Pergi sembari menghentakkan kakinya dan terus memberikan umpatan pada Davin.
" Ini!!! " Arman memberikan tas tersebut pada Mom Febby, wajah nya masih terlihat begitu kesal.
Febby menerimanya kemudian membuka tas tersebut, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjadi petunjuk.
" Kalo di lihat-lihat ini tuh tas mahal, kenapa tuh cewek bawa motor butut? " Setelah di lihat dengan teliti, tas tersebut memang terlihat bagus. Bahkan pernah viral pada masa nya.
" Hah motor butut? " Kaget Febby kemudian mengambil selembar foto dan Kartu Tanda Penduduk milik si Korban.
" Namanya Ayang Adriana " Gumam Febby mengalihkan perhatian Arman.
" Coba Mom aku lihat!! " Pinta Arman merebut Kartu tersebut tapi dengan cepat Febby mengangkatnya ke atas.
" Diam, Mommy belum selesai. " Bentaknya dengan lirikan sinis.
Arman menarik tangannya kemudian menundukkan pandangannya, sedangkan Davin lelaki lajang itu sedang merasa gugup takut jika wanita itu menyimpan kartu namanya.
" Masih muda baru 23 tahun, punya usaha sendiri lagi. " Sambungnya, kemudian mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan lagi.
" Kartu nama!! " Gumam Febby "Punya Cafe namanya Cafe Angsa " Sambung nya kemudian meletakkan Kartu tersebut.
" Eh ada lagi!! " Kaget Mom Febby, kemudian mengangkat Kartu tersebut. Mom terlihat mengkerut kan kening setelah membaca isi kartu tersebut.
" Jelasin ke Mommy!!! " Perintah Mom Febby menarik paksa putranya, Arman yang sedang menunduk lantas terlonjak kaget kemudian menatap pada Davin.
" Tadi Mommy tanya kenapa kamu diam, kamu kenal sama korban? "
Davin dengan cepat menggeleng, " Aku gak kenal Mom sumpah!!! " Laki-laki itu merasa gemetar, sebab baru bebera jam yang lalu dia bertemu dengan perempuan itu.
" Terus ini apa, gak mungkin dia punya kartu nama kamu kalo gak saling kenal? "
" Aku emang gak kenal Mom!! "
" Tunggu Dav jangan bilang kalo tu cewek yang gak mau jual Cafe nya? " Tebak Arman yang mendapat pelototan dari Davin.
Febby menoleh pada Arman dengan tatapan menyelidik, kemudian kembali menoleh pada Davin.
" Kenapa kamu mau beli Cafe dia, jawab Vin Mommy tanya?? "
" Davin kesel Mom. " Davin langsung menjawab begitu saja, sebab dia tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi.
" Jangan bilang karena Alex? " Tebak Febby yang membuat wajah Davin tampak pucat dan Arman hanya melongo tidak percaya, " Apa kamu bingung kenapa Mommy bisa tahu, kekasih busuk kamu aja Mommy tahu!!! " Sambung Mom Febby, seraya melirik pada Arman.
Arman mengerjap gugup mendengar ucapan sang Mommy, bagaimana Mommy nya ini bisa tahu semua hal padahal dia tidak bercerita.
" Lihat ke belakang kamu!!! " Perintah Mom Febby yang langsung di ikuti oleh Arman dan juga Davin.
Arman tampak mengkerut kan kening nya melihat wanita yang ia sayang berjalan bergandengan dengan seorang pria.
" Mau kemana kamu? " Cegah Febby melihat Arman akan beranjak.
" Aku mau temuin dia Mom!!! " Jawab Arman dengan nada penuh amarah mencoba melepas tangan Febby.
Sedangkan Davin dia hanya memperhatikan kelakuan Mommy dan saudara nya yang belum faham apa yang terjadi.
" Jangan gila, kamu diam disini biar Mommy yang urus!! "
"Tapi Mom--"
" Mommy bilang jangan ya jangan!! " Tegas Mom Febby, yang terdengar begitu galak.
Arman kembali duduk dengan kesal kemudian menatap marah pada wanita yang ia puja, bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa selama ini dia di khianati oleh kekasihnya. Dan bodohnya justru malah Mommy nya lah yang lebih tahu terlebih dulu. Dari pada dirinya, Cinta membuat nya semakin bodoh..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
ayu (LABURA)
sejauh ini masi suka
2021-01-18
0