NovelToon NovelToon

KAMULAH TAKDIRKU

BAB. 1 Sepenggal Cerita

BAB 1. Sepenggal Cerita

Ayang Adriyana, gadis berusia 23tahun yang hidup dengan kemewahan dan kasih sayang penuh dari orang tua tunggal. Tidak pernah kekurangan apapun di dalam hidupnya, bahkan bibi ART pun begitu memanjakannya.

Memberi kasih sayang tulus serta merawat Ayang dengan baik sejak Ayang masih bayi, tidak pernah menuntut hal lebih dari majikan yang sudah memperkerjakan nya sejak lama.

Ibu Ayang sendiri meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan Ayang, mendekap sang putri dengan erat, kemudian mengecup kepalanya seolah tahu bahwa dia akan pergi untuk selama-lamanya.

Menitipkan Ayang pada suami tercinta dan juga para bibi untuk mereka jaga, serta meminta untuk memberikan kasih sayang sepenuhnya pada Ayang.

Namun, sayangnya itu tejadi sekitar beberapa tahun yang lalu dimana keuangan keluarga Ayang masih stabil. Dan orang tua tunggal yang Ayang punya ada di samping Ayang.

Kejadian tragis yang menimpa Ayang sungguh membuat Ayang kehilangan semuanya, kasih sayang serta kemewahan semuanya lenyap seketika.

Tidak meninggalkan apapun untuk Ayang benahi, bahkan selembar uang pun tidak bisa Ayang dapatkan. Hanya sepeda motor tua lah yang tersisa.

Perusahaan yang berjalan dalam bisnis ekspor impor itu mengalami penurunan harga, dan membuat perusahan sang Ayah WIJIN GRUP bangkrut seketika.

Ayah Ayang yang bernama Wijin Santoso harus di larikan ke Rumah sakit karena mengalami serangan jantung.

Dan langsung meninggal dunia setelah mendapat penanganan dari dokter, Ayang waktu itu baru berusia 20 tahun, hanya mampu menangis meraung-raung di atas tanah merah yang masih begitu basah.

Memikirkan hal-hal buruk yang bisa saja terjadi padanya, ketika sang Ayah tercinta pergi untuk selamanya.

Dan benar saja ketika Ayang kembali ke rumah mewahnya, semua ART sudah berdiri dengan rapih menunggu ke datangan Ayang.

Dan orang yang menjadi pengacara serta kepercayaan tuan Wijin pun sudah menunggu Ayang di dalam Rumah, kemudian berjalan menghampiri Ayang memberikan pelukan hangat serta tersenyum seolah menyalurkan kekuatan untuk Ayang.

Membawa gadis tersebut untuk duduk, dan menjelaskan semua permasalahan yang menimpa keluarga nya.

"Jadi om hutang ayah berapa ke Bank, dan lagi karyawan kantor ayah bagaimana nasibnya?" Tanya Ayang dengan seksama, tidak bisa di pungkiri dia begitu khawatir akan hal itu.

"Tenang lah nak, semuanya sudah om urus. Hutang yang jumlahnya triliunan pun sudah lunas pada pihak bank. Dan para karyawan, mereka semua sudah mendapat kan pesangon yang layak."

"Aku lega dengernya om, dan iya untuk para bibi bagaimana" Lanjut Ayang menoleh pada ART yang berdiri di belakang nya sambil menunduk kan kepala.

Meskipun dalam hati, Ayang merasakan kesedihan apabila dia di tinggal di rumah sebesar ini seorang diri, namun jawaban dari pengacara Keluarga nya kembali membuat Ayang menangis tersedu-sedu.

"Mereka sudah om bayar semua, dan akan pulang hari ini dan lagi Ayang rumah ini sudah di sita oleh pihak Bank. Karena tuan Wijin dulu menjaminkan rumah ini untuk pihak Bank yang lain."

Ayang tersenyum dalam tangisnya melihat rumah besar yang ia tempati selama 20 tahun harus ia tinggalkan, hanya berbekal sepeda motor tua yang kini menjadi tumpangannya tidak ada uang atau apapun yang tersisa.

Ayang mengendarai motornya menuju alamat yang sering ia kunjungi, Rumah yang tidak begitu mewah bahkan jauh dari kata besar berdiri kokoh di depan Ayang.

Setidaknya ketika Ayahnya tidak meninggalkan apapun untuk nya, Ayang masih punya rumah yang ia beli sekitar satu tahun yang lalu, dan lagi Ayang masih punya tabungan yang cukup untuk hidup dia selama satu tahun ke depan.

Air mata Ayang lolos begitu saja apabila mengingat kejadian pahit yang menimpanya dulu, harus benar-benar berusaha kuat dan tegar hidup di tengah kota kejam seperti Jakarta.

Meskipun pamannya yang berada di Pangandaran, meminta Ayang untuk ikut dan tinggal bersama nya. Namun Ayang menolak karena Ayang masih punya tanggung jawab, pada Cafe yang ia dirikan ketika Ayang masih bersekolah dulu.

" Mba Ayang maaf !" Ucap salah satu karyawan mengetuk pintu ruangan Ayang.

Ayang menghapus air matanya, kemudian menatap pada Karyawan yang bernama Sri tersebut. " Ada apa mba Sri? "

" Di depan ada yang mau ketemu katanya penting !"

" Siapa memangnya? kayaknya aku gak ada janji sama siapa-siapa hari ini. "

" Saya juga gak tahu, lebih baik mbak temui saja dulu "

Ayang berdiri kemudian melangkah keluar dari ruangannya, terlihat seorang pria dengan pakaian rapih duduk memunggungi Ayang.

" Selamat Siang ada yang bisa saya bantu? " Sapa Ayang sopan kemudian duduk di depan pria tersebut.

Seorang pria dengan perawakan yang begitu atletis, tersenyum ramah pada Ayang kemudian menjulurkan tangannya " Davin Alexander " Ucapnya.

" Ayang Adriyana " Jawab Ayang menerima uluran tangan tersebut " Ada yang bisa saya bantu tuan? "

" Apa nona pemilik Cafe ini? " tanya Davin mengamati seisi Cafe.

Ayang tampak berkerut kemudian mengangguk, ketika mata Davin bertemu dengan mata hitam milik Ayang.

" Ah bagus sekali, aku datang ke sini untuk membeli Cafe anda Nona! " Ucap Davin yang membuat Ayang tampak terkejut.

" Saya tidak pernah berniat menjual Cafe ini, dari mana anda mendapat info seperti itu? " Heran Ayang memberikan tatapan menyelidik pada Davin.

Davin terkekeh, kemudian menyodorkan selembar cek kosong pada Ayang. " Nona anda isi saja berapa yang anda inginkan, saya akan menandatangani nya. " Ucapnya.

Ayang semakin bingung dengan perlakuan pria yang berada di depannya, kemudian menarik cek kosong tersebut.

Davin yang melihat nampak menyungging kan senyum tipis pada Ayang, dan bergumam pelan tanpa bisa di dengar oleh Ayang.

Ayang mengangkat cek tersebut kemudian merobek nya menjadi dua bagian, meremasnya dan kemudian melemparkan ke samping.

Davin tersenyum sinis pada Ayang, kemudian menggulung lengan kemejanya.

" Maaf tuan Davin yang terhormat, saya tidak berniat untuk menjual Cafe ini. Jika sudah tidak ada keperluan lain silahkan anda keluar, dan lagi pintunya ada di sebelah sana! " Tegas Ayang seraya berdiri kemudian menunjuk pintu keluar Cafe.

"Ehem baik Nona, asal nona tahu semua ruko yang berada di dekat Cafe sudah saya beli semua, dan akan saya bangun sebuah hotel mewah. Jika nona berubah pikiran silahkan datang ke Kantor saya." Beritahu Davin kemudian memberikan sebuah kartu.

Ayang tidak menanggapi ucapan Davin, dan memilih untuk membuang muka.

Dengan santai nya Davin berdiri kemudian melangkah meninggalkan Cafe milik Ayang.

Ayang terduduk di lantai dengan lemas, belum masalah yang lain selesai masalah baru justru malah menghampiri nya.

BAB. 2 BIMBANG

BAB 2. Bimbang

" Mba Ayang apa mau jual Cafe ini? " Tanya Karyawan Ayang yang lainnya.

" Aku gak tahu Tini, Cafe ini sumber penghasilanku. Aku bisa bertahan hidup karena Cafe ini. Hanya Cafe ini lah yang bisa aku andalkan saat ini. " Jawab Ayang dengan wajah lesu.

Sri karyawan senior di Cafe Ayang membawakan secangkir teh, kemudian memberikan nya pada Ayang dan menyuruh nya untuk meminum teh tersebut.

Setelah mengucapkan kata terimakasih, kemudian Ayang meminum teh tersebut.

"Dan lagi, kalo aku jual Cafe ini bagaimana dengan kalian. bukannya selama ini Cafe ini lah sumber kehidupan kalian?"

"Mba Ayang tenang saja rezeki sudah ada yang mengatur, tidak usah sedih memikirkan nasib kami." Ujar Sri mencoba untuk menenangkan Ayang.

Ayang memejamkan matanya dengan erat, bulir bening yang keluar dari mata Ayang membuat dada Ayang semakin merasakan sesak.

"Lebih baik tutup saja Cafe nya, sudah tidak ada pengunjung bukan. Aku juga akan pulang." Pungkas Ayang kemudian.

Tini dan Sri hanya mengangguk patuh, mereka menatap iba pada majikannya. Dulu ketika keuangan Ayang masih stabil Ayang tidak pernah pelit untuk memberi bonus pada mereka, bahkan Ayang sering kali memberikan makanan gratis untuk mereka bawa pulang.

Sifat Ayang tidak pernah berubah dari tahun ke tahun, membuat mereka begitu betah bekerja berlama-lama dengan Ayang. Dan meskipun sekarang Ayang dalam masa kebangkrutan mereka berdua pun masih enggan untuk meninggalkan Ayang.

Motor tua yang menjadi temannya selama 3 tahun belakangan ini ia hidupkan mesinnya, kemudian dengan perlahan ia memundurkan motor tersebut.

Terlihat wanita paruh baya dari depan Ayang berlari dan melambai-lambaikan tangannya, seolah meminta pada Ayang untuk jangan pergi dulu.

Melepaskan helm yang Ayang gunakan, kemudian mematikan mesin motor tersebut " Ada apa Bu Siti? " Tanya Ayang setelah wanita paruh baya itu sampai, kemudian meraih setang motor menundukkan pandangannya untuk mengatur nafas nya yang masih naik turun.

Setelah di rasa lebih baik bu Siti mengangkat kepalanya kemudian mulai bercerita.

" Mba Ayang mau jual tidak? " Tanya bu Siti setelah menyelesaikan ceritanya.

Ayang tampak menghembuskan nafas panjang, kemudian menoleh melihat ke arah ruko yang tampak begitu sepi. " Aku bingung Bu, Cafe ini sumber rezeki aku dan 2 karyawan aku, yah meski beberapa hari terakhir sudah mulai sepi pengunjung. " Ungkap nya sendu.

" Sama mba Ayang, warung kelontongan ibu juga sumber rezeki ibu satu-satunya. Kalo di jual terus ibu pulang kampung nanti di kampung mau ngapain udah gak punya apa-apa soalnya di kampung juga. "

" Aku malah jadi bingung sendiri bu, Cafe ini aku dirikan dari dulu. Dari uang tabungan ku sendiri. " Ungkap Ayang mengingat, dia dulu sering kali menyisihkan uang jajan nya.

" Sama kaya mba Ayang ibu juga begitu, ahh jadi males jualan mau ibu tutup aja lah terus pulang. "

Ayang mengangguk dan memberikan senyuman, kemudian kembali menyalakan mesin motor tua nya.

**

"Hei kamu itu kenapa?" Tanya seorang pria menepuk pundak Bos muda nya.

"Sialan, kaget gue." Jawabnya terlonjak kaget.

"Untuk pertama kalinya seorang Davin Alexander melamun" Ucap nya dengan tertawa geli.

Davin mendelik dengan sebal, kemudian melempar sepatu yang ia pakai.

" Diam kau Arman Wildson, aku sedang tidak ingin bercanda. "

Arman tertawa dengan puas melihat wajah kesal dari saudara beda ibu itu, Arman adalah anak dari Bunda Veve adik ipar Mom Febby, dan Mom Febby adalah Ibu Davin. Ia hidup bersama dengan Mom Febby sebelum ada Davin lahir.

Bundanya yang meninggal setelah melahirkan nya, membuat Febby ibu dari Davin itu merasa iba dan kemudian membawa Arman untuk ia bawa pulang ke Rumahnya.

"Kamu ini kenapa apa masih kesal pada Alex karena kalah tender?" Tanya Arman mengambil sepatu Davin kemudian memberikannya.

"Diam kamu, lebih baik kita pulang saja aku sedang tidak fokus untuk bekerja." Ajak Davin kemudian menerima sepatu dan memakai nya kembali.

" Ah baik lah baik lah, Mom Febby juga sudah menelpon ku sejak tadi menyuruh kita untuk segera pulang. " Jawab Arman kemudian merangkul Pundak Davin.

Arman membawa mobil milik Davin dengan kecepatan sedang, sesekali dia melontarkan candaan pada Davin yang duduk dengan tenang di sampingnya.

" Lo ini kenapa dah, apa lu kesel sama tu cewek, karena gak mau jual Cafe nya? " Tanya Arman setelah mendengar cerita Davin.

" Gak tau, yang jelas gue ini kesel karena si Alex. Tu orang memang bener-bener orang yang licik harus nya gue yang dapet tuh tender bukan si licik Alex. "

" Lu ini. Sudah lah, biar kan saja sesuatu yang sudah tidak lu dapatkan di relakan saja. Cari yang lain saja." Jawab Arman menoleh sekilas pada Davin.

Davin mendelik sebal kemudian memukul kepala Arman dengan begitu keras.

" Lu mau bunuh gue hah, gak lihat gue lagi nyetir nih mobil?"

"Mati aja sono, males banget gue lihat wajah lu." Jawab Davin kemudian kembali memukul kepala Arman.

" Dav sumpah yah, ini gak lucu kita bisa kecelakaan asal lu tau. Gue lagi bawa mobil bang*** " Teriak Arman menghindari pukulan dari Davin.

" Bodo amat, mati dah mati. Sumpah demi apapun muka lu kenapa jadi nyebelin banget sih Man." Kesal Davin yang terus memukuli Arman.

Mobil yang di kendarai oleh Arman berbelok ke sana-kemari, sehingga membuat orang yang melihat nya mengumpat dengan kesal. Dan dari jalur yang berlawanan terlihat seseorang mengendarai sepeda motornya.

Arman yang melihatnya terus memencet klakson, tapi tidak di hirau kan oleh pengendara motor tersebut.

" Arman awas!! " Teriak Davin ketika motor itu semakin mendekat.

Arman membanting stir mobil ke kanan, kemudian menginjak rem dengan sangat kuat sedangkan pengendara motor tersebut oleng sampai menabrak pembatas jalan.

Davin dan Arman dengan cepat keluar dari dalam mobil, kemudian berlari menghampiri pengendara motor tersebut.

" Gue bilang juga apa Dav, Astaga mati kayak nya ni orang. " Frustasi Arman setelah melihat pengendara motor tersebut tergeletak, dia tidak sadarkan diri.

Davin memukul kepala Arman dengan keras, lelaki itu semakin bertambah kesal. Arman ini bodoh atau bagaimana? " Dia pingsan bodoh bukan mati. "

" Sakit beg**, Tapi ini orang kaya nafas Dav !! Kalau mati gimana nih, bisa mati kita sama Mom Febby !! "

" Buka dulu helm nya, biar tahu ni orang mati apa kagak !! "

Arman mengangguk, kemudian berjongkok dan perlahan membuka helm tersebut. " Astaga, Cewek Dav gil** !! "

" Cewek? Bawa motor butut, yang benar saja Man, gila. "

"Motor butut juga masih bisa di pake Dav, ni cewek cakep Dav. Sumpah deh !! "

" Masih bisa ngomong cakep, tu cewek masih idup kagak? "

" Masih nafas Dav, ahh syukur lah hidup gue aman kagak bakalan mati ma Mom Febby. Dav, lihat beneran cakep kan? "

" Astaga, bagaimana bisa? "

BAB 3. KECELAKAAN

Bab 3. Kecelakaan

Seorang Dokter paruh baya terlihat tergesa-gesa keluar dari Ruangan pribadinya, kemudian di susul oleh suster yang tadi memanggilnya. Kemudian menoleh sekilas pada kedua lelaki yang tengah berdiri tersebut, dan kemudian melayangkan tatapan sinis nya. Tidak ada habis-habis nya heran pikir Dokter tersebut.

Berjalan masuk ke ruang UGD kemudian menutup kembali tirai yang ia buka.

Kedua lelaki tersebut hanya saling pandang kemudian mendesah pasrah, memilih duduk di kursi panjang ruang tunggu.

Keluar dari ruang UGD kemudian melepas kacamata yang ia pakai, sesekali memijit ujung hidungnya. Dan kemudian memasang kembali kacamata yang ia lepas.

Menatap penuh kekesalan pada ke dua lelaki yang tengah terduduk seraya menundukkan wajahnya.

" Apa kalian ini tidak bosan hah? " Tanyanya dengan berteriak.

" Apa kalian pikir nyawa seseorang itu ada cadangannya selayaknya kucing? " Sambungnya dengan semakin geram.

" DAVIN!!! ARMAN!!! "

Kedua lelaki tersebut terperanjat kaget, kemudian berdiri saling bertabrakan.

" Mata lu dimana? "

" Mata lu yang dimana beg** ?? "

" Lu "

" Lu "

" Astaga, sudah!! " Teriaknya cukup keras kemudian menarik telinga kedua lelaki tersebut.

" AW om sakit. " Ucap Davin memegangi tangan Dokter tersebut.

" Sakit Yah. " Sambung Arman kemudian.

Menghela nafasnya cukup panjang, kemudian menekan jari nya pada telinga kedua lelaki tersebut, Davin dan juga Arman. " Kalian ini sudah tua, apa tidak bisa sehari saja jangan buat ulah!! " .

" Ini salah Arman om, dia yang nyetir bukan aku. " Beritahu Davin, sungguh lelaki itu tidak mau di salahkan dalam masalah kali ini.

" Bukan Yah, bukan aku Davin yang salah dia pukul-pukul kepala aku. " Bela Arman kemudian, dia adalah lelaki waras tidak seperti adik nya yang kurang itu.

" Ngapain lu salahin gue, lu yang salah beg** !! " Kesal Davin, kemudian meraih tangan Arman.

" Kalo lu gak pukul kepala gue, ni masalah gak bakal kejadian. Tu kecelakaan gak bakal kejadian juga. " Bela Arman, disini diri nya tidak lah bersalah semua bermula karena Davin biang keroknya.

" Sudah, DIAM !!! "

" Lama-lama om bisa gila terus-terusan mengurusi masalah kalian " Ini bukannya lah yang pertama, tapi sudah berkali-kali.

" Om Hendra yang salah tuh Arman, dia yang bikin ulah bukan aku. " Lagi-lagi Davin membela dirinya, bisa gawat jika Mom nya tau apa yang dia lakukan, bukan hanya ceramah yang dia dapatkan. Bisa saja, dia paksa kawin setelah nya, sebab sudah banyak sekali masalah yang dia buat.

" Yah tap-- "

" Diam, kalian itu sama sinting nya. sama-sama gila om gak habis pikir sama Kak Febby apa gak capek ngurusin kalian ini hah? " Ucapnya kemudian memijat ujung hidungnya. "Jangan kemana pun sampai pasien sadar, tidak boleh memberikan tanggung jawab kalian pada suster!! " Ancamnya kemudian.

" Tapi om-- "

Belum Davin melanjutkan ucapnya Dokter sekaligus Om nya itu sudah lebih dulu memberikan tatapan tajam, membuat Davin ciut seketika.

Dari kejauhan terlihat seorang wanita tidak terlalu tua dan juga sudah tidak muda berjalan begitu cepat, mendorong apapun yang menghalangi jalannya.

Berkacak pinggang kemudian menggelengkan kepalanya, menatap ke dua lelaki yang tengah terduduk sambil menunduk.

" Kalian berdua, bangun!!! " Perintah nya tanpa ingin di bantah.

Dengan sigap mereka berdua kemudian berdiri, saling menyenggol satu sama lain.

" Apa tidak bisa, sekali saja. Jangan buat darah tinggi Mommy naik hah? " Ucapnya dengan wajah marah.

" Maaf Mommy. "

" Maaf tante. "

"Siapa yang suruh kamu panggil saya tante?" Tanya nya dengan menatap tajam.

" Iya Mommy maaf. " Ralat Nya dengan cepat.

" Mommy gak habis pikir, yang satu nya CEO dan satu nya lagi DIREKTUR tapi selalu saja membuat onar. " Ucap Mom Febby sembari memijat pelipisnya, " Dimana korbannya, Mommy mau lihat!! " sambungnya.

Dengan cepat mereka menunjuk ruang UGD. Febby, Ibu dari Davin kemudian berjalan menuju ruang UGD tersebut. Menyibak tirai penghalang kemudian berjalan perlahan menuju ranjang pasien.

Sedangkan kedua lelaki yang di tinggalkan oleh Febby kembali saling menyalahkan satu sama lain, bahkan mereka saling adu mulut karena merasa kesal.

Memilih untuk duduk saling berjauhan, dan melipat tangannya di dada melirik sekilas kemudian membuang muka.

Sudah seperti pasangan kekasih yang sedang marah karena salah faham, dan so jual mahal seperti tidak saling membutuhkan satu sama lain.

Ya ampun cantik sekali, gumam Febby setelah melihat korban yang di tabrak oleh kedua putranya.

" Suster apa ada luka yang serius? " Tanya Febby pada Suster yang tengah berjaga.

" Tidak ada Nyonya, hanya lecet pada kening lalu telapak tangan yang lainnya tidak ada. " Jawab Suster tersebut dengan ramah.

" Tapi kenapa dia belum sadar? "

" Mungkin karena syok, jadi pasien belum sadar diri. "

" Tolong pindahkan dia ke ruang VVIP sus!! "

" Baik Nyonya. "

Febby kemudian melangkah keluar, menemui si pembuat onar. Kemudian duduk di antara kedua putranya.

Mendesah panjang kemudian menaikkan satu kakinya ke atas paha.

" Siapa korban, apa kalian mengenal? " Tanya Febby menatap lurus ke depan.

Arman dengan cepat menggeleng, berbeda dengan Davin yang terlihat gugup.

" Ada sesuatu atau apapun yang bisa Mommy lihat? " Sambung Mom Febby kemudian.

" Tas, iyah tas. Dav tas nya dimana? " Beritahu Arman, yang mengingat jika korban juga memiliki tas selain motor butut yang sudah tua itu.

Davin menatap malas pada Arman kemudian, memalingkan wajahnya seraya mengangkat sebelah bahu.

" Astaga!!! " Kesal Arman yang tidak habis pikir dengan respon Davin.

" Cepat cari!!! " Perintah Febby kemudian, sehingga membuat Arman langsung berdiri.

Dengan kesal dan penuh kebencian Arman melirik pada Davin. Pergi sembari menghentakkan kakinya dan terus memberikan umpatan pada Davin.

" Ini!!! " Arman memberikan tas tersebut pada Mom Febby, wajah nya masih terlihat begitu kesal.

Febby menerimanya kemudian membuka tas tersebut, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk menjadi petunjuk.

" Kalo di lihat-lihat ini tuh tas mahal, kenapa tuh cewek bawa motor butut? " Setelah di lihat dengan teliti, tas tersebut memang terlihat bagus. Bahkan pernah viral pada masa nya.

" Hah motor butut? " Kaget Febby kemudian mengambil selembar foto dan Kartu Tanda Penduduk milik si Korban.

" Namanya Ayang Adriana " Gumam Febby mengalihkan perhatian Arman.

" Coba Mom aku lihat!! " Pinta Arman merebut Kartu tersebut tapi dengan cepat Febby mengangkatnya ke atas.

" Diam, Mommy belum selesai. " Bentaknya dengan lirikan sinis.

Arman menarik tangannya kemudian menundukkan pandangannya, sedangkan Davin lelaki lajang itu sedang merasa gugup takut jika wanita itu menyimpan kartu namanya.

" Masih muda baru 23 tahun, punya usaha sendiri lagi. " Sambungnya, kemudian mencari sesuatu yang mungkin bisa ia temukan lagi.

" Kartu nama!! " Gumam Febby "Punya Cafe namanya Cafe Angsa " Sambung nya kemudian meletakkan Kartu tersebut.

" Eh ada lagi!! " Kaget Mom Febby, kemudian mengangkat Kartu tersebut. Mom terlihat mengkerut kan kening setelah membaca isi kartu tersebut.

" Jelasin ke Mommy!!! " Perintah Mom Febby menarik paksa putranya, Arman yang sedang menunduk lantas terlonjak kaget kemudian menatap pada Davin.

" Tadi Mommy tanya kenapa kamu diam, kamu kenal sama korban? "

Davin dengan cepat menggeleng, " Aku gak kenal Mom sumpah!!! " Laki-laki itu merasa gemetar, sebab baru bebera jam yang lalu dia bertemu dengan perempuan itu.

" Terus ini apa, gak mungkin dia punya kartu nama kamu kalo gak saling kenal? "

" Aku emang gak kenal Mom!! "

" Tunggu Dav jangan bilang kalo tu cewek yang gak mau jual Cafe nya? " Tebak Arman yang mendapat pelototan dari Davin.

Febby menoleh pada Arman dengan tatapan menyelidik, kemudian kembali menoleh pada Davin.

" Kenapa kamu mau beli Cafe dia, jawab Vin Mommy tanya?? "

" Davin kesel Mom. " Davin langsung menjawab begitu saja, sebab dia tidak tahu apa yang harus dia katakan lagi.

" Jangan bilang karena Alex? " Tebak Febby yang membuat wajah Davin tampak pucat dan Arman hanya melongo tidak percaya, " Apa kamu bingung kenapa Mommy bisa tahu, kekasih busuk kamu aja Mommy tahu!!! " Sambung Mom Febby, seraya melirik pada Arman.

Arman mengerjap gugup mendengar ucapan sang Mommy, bagaimana Mommy nya ini bisa tahu semua hal padahal dia tidak bercerita.

" Lihat ke belakang kamu!!! " Perintah Mom Febby yang langsung di ikuti oleh Arman dan juga Davin.

Arman tampak mengkerut kan kening nya melihat wanita yang ia sayang berjalan bergandengan dengan seorang pria.

" Mau kemana kamu? " Cegah Febby melihat Arman akan beranjak.

" Aku mau temuin dia Mom!!! " Jawab Arman dengan nada penuh amarah mencoba melepas tangan Febby.

Sedangkan Davin dia hanya memperhatikan kelakuan Mommy dan saudara nya yang belum faham apa yang terjadi.

" Jangan gila, kamu diam disini biar Mommy yang urus!! "

"Tapi Mom--"

" Mommy bilang jangan ya jangan!! " Tegas Mom Febby, yang terdengar begitu galak.

Arman kembali duduk dengan kesal kemudian menatap marah pada wanita yang ia puja, bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa selama ini dia di khianati oleh kekasihnya. Dan bodohnya justru malah Mommy nya lah yang lebih tahu terlebih dulu. Dari pada dirinya, Cinta membuat nya semakin bodoh..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!