Hannah menaruh sarapan yang sudah di siapkan nya tepat di meja kerja Demitri, Hannah tidak membuatkan Demitri makanan Hannah hanya memesannya dan menyediakan nya, Hannah tidak mau ambil resiko di maki maki oleh Demitri karena masakan Hannah tak sesuai seleranya.
Hannah kembali ke kursinya, duduk diam sembari menunggu Demitri datang. Sesekali Hannah bercermin melalui kaca layar ponselnya. “Semoga saja penampilan ku ini tidak terlihat memaksakan.”
Hannah bangkit berdiri ketika melihat Demitri keluar dari lift, sudut bibir Hannah sedikit terangkat ketika ia melihat Demitri yang sekilas melirik ke arah belahan dadanya. Sepertinya tidak salah Reyna memilihkan baju ini untuknya kemarin.
“Kemarin aku menyuruh mu membeli pakaian bukan tidur panjang, kenapa kau tidak kembali ke kantor?” Demitri melipat tangannya di depan dada, meneliti penampilan Hannah dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Bukannya aku meminta mu untuk berpakaian yang pantas sebagai seorang asisten kemarin, lalu kenapa kau justru berpakaian seperti ******* hari ini?” Demitri berdecak, masuk ke dalam ruangannya meninggalkan Hannah yang sudah gemas ingin menjambak jambak rambut Demitri hingga benar benar botak.
Baru saja Hannah ingin kembali duduk, Demitri membuka pintu ruangannya “Jangan siapkan makan siang untuk ku nanti, aku akan pergi makan siang dengan Ibu mu. Kau mau ikut?”
Hannah menggeleng, namun detik berikutnya ia mengangguk. Hannah awalnya ingin menolak namun kemudian Hannah teringat bahwa ia tidak boleh kecolongan, Hannah harus terus menempel pada Demitri.
“Jadi kau mau ikut atau tidak?”
“Ya, ikut.”
***
Rafael tersenyum manis hingga lesung pipinya terlihat, ia menjabat tangan Hannah dengan ramah.
“Maaf ya kau harus duduk bersama ku meski tugas ku hanya menyiapkan makanan untuk Pak Demitrius.”
Rafael menggelengkan kepalanya tidak setuju, “Aku justru berterima kasih. Aku selalu saja keteteran setiap kali harus melakukan tugas tugas ku dan juga menyiapkan makanan untuk Tuan Demitrius, dengan adanya kau disini kau meringankan beban ku.”
Hannah berterima kasih, dan duduk di kursinya. Tidak berniat mengganggu Rafael yang mulai sibuk menghubungi klien yang katanya akan mengadakan pertemuan dengan Demitri setelah makan siang.
***
“Ku rasa Demitri bukan tipikal laki laki bodoh yang akan jatuh ke dalam jebakan seperti itu.” Clara Aurora—Salah satu teman Martha sesama perusak rumah tangga orang demi harta itu angkat suara, mengomentari tentang apa yang rencananya akan Martha lakukan hari ini.
“Tidak ada salahnya mencoba kan?” Martha tetap bersikeras pada keputusannya, hari ini ia harus bisa jika bukan sekarang kapan lagi.
“Terserah kau saja, aku mengatakan ini agar kau tidak terlalu banyak berharap. Demitri itu bukan laki laki bodoh seperti para mantan korban mu sebelumnya.” Clara menengguk wine nya dengan anggun lalu bangkit berdiri, “Aku harus pergi, aku tidak bisa terus mendengarkan mu mengoceh tapi kau sendiri tidak menggubris pendapat ku, lagi pula hari ini aku harus bertemu dengan Demian.”
“Demian? You mean that Demian, your sugar daddy?”
Clara mengangguk mengiyakan pertanyaan Martha. “Dia bilang hari ini istrinya pergi ke luar negri bersama teman temannya jadi dia ingin aku menemani malamnya agar dia tidak kesepian, selagi imbalan yang ku dapatkan tidak mengecewakan kenapa tidak?”
Martha hanya mengangguk, meski ia sedikit agak iri dengan Carla. Karena Carla tidak pernah mengejar ngejar laki laki dan uang, seolah olah laki laki dan uang lah yang mengejar ngejar nya. Dan satu hal lagi, Carla jauh lebih muda dari dirinya, jika ingatan Martha tidak salah usia Carla hanya terpaut sekitar 3-4 tahun dari Hannah, anak tirinya.
Sepeninggal Clara, Martha juga pergi berniat untuk bersiap siap karena hari ini ia ada janji makan siang bersama dengan Demitri.
Martha sengaja mengatakan pada Demitri agar makan di apartemennya dengan alasan agar ia yang memasak.
Demitri kedengarannya antusias, Martha merasa Demitri sangat mencintainya tapi kenapa Demitri tidak mau menyentuhnya? Persetan dengan moto hidup Demitri yang aneh itu, Martha hanya ingin segera memiliki Demitrius seutuhnya dan menendang Hannah jauh jauh dari hidupnya.
Martha bersumpah jika ia sudah hidup bahagia menikah dengan Demitri, Martha tidak akan berselingkuh ataupun mencari laki laki mapan yang lain, Demitri adalah yang terakhir dan Martha ingin memiliki anak dengan Demitri. Bisa dibilang selain harta, Martha telah benar benar menaruh hati pada calon suaminya itu.
***
Martha kesal bukan main ketika melihat Demitri datang tidak sendirian, Demitri justru datang dengan Hannah. Menyebalkan sekali.
Martha bahkan mendadak tidak nafsu makan karena melihat Hannah yang seolah olah terus saja menempel pada Demitri. Martha ingin protes pada Demitri tapi Martha takut Demitri justru akan menganggapnya sebagai Ibu tiri yang tidak bertanggung jawab, belum lagi Martha dan Hannah tinggal terpisah. Martha tidak mau ambil resiko.
“Sayang, tidak usah kembali ke kantor ya. Temani aku disini aku butuh kamu.” Martha mencoba untuk membujuk Demitri, lantaran Demitri berkata ia harus segera kembali. Sialan sekali.
“Aku tidak bisa lama lama sayang, aku harus menemui klien ku setelah ini.” Demitri menolak dengan halus. Ia mendekat dan mengecup kening Martha sekilas. “Akan ku usahakan datang malam ini.”
Wajah Martha memerah, baiklah.. Martha akan merelakan Demitri sekarang dan tidak akan melepaskan Demitri nanti malam, tunggu saja.
Hannah hanya diam menyaksikan kemesraan dua manusia itu, ia ingin sekali menendang Martha jauh jauh namun Hannah tidak bisa melakukan itu, belum waktunya.
Sementara Martha melepaskan kepergian Demitri dengan senyum kecut, lalu beralih menatap jus milik Demitri yang tidak tersentuh sedikitpun.
“Malam ini, akan ku tunggu kau malam ini, sayang.”
***
“Ada apa dengan mu kau kelihatan tidak sehat?” Demitri masih menjalankan mobilnya, sesekali melirik Hannah sekilas. Demitri dapat melihat Hannah kelihatan tidak nyaman, nafasnya juga seperti tersengal sengal.
“Aku baik baik saja”
Demitri hanya diam saja, kembali fokus menyetir. Meski sesekali ia masih melirik risih ke arah Hannah yang terus saja bergerak gerak tidak mau diam.
***
Hannah merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, Hanna mendadak merasa sangat sensitif, bahkan ketika berjalan menuju lift saja Hannah terus saja mendesah pelan. Entah kenapa bagian bawahnya terasa sangat sensitif dan juga hawa sekitarnya terasa agak panas.
Yang lebih gilanya lagi tiap kali Hannah melihat kearah Demitri, Hannah seolah ingin meloncat ke pelukan Demitri dan mencumbu laki laki itu, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?
Hannah duduk ditempatnya dengan tidak nyaman, beberapa kali Hannah mendapat pandangan aneh dari Rafael yang berada di sebelahnya.
“Kau tidak apa apakan?” Rafael bertanya dengan wajah khawatirnya, Hannah hanya memberi senyuman palsu.
“Tuan Demitri memanggil mu.”
Hannah mendesah, dengan perlahan bangkit dan berjalan memasuki ruangan Demitri. Hannah terus saja mengernyit tiap kali ia mengambil langkah.
“Kau tidak sehat?” Demitri yang duduk di kursi kebanggaannya itu menggerakkan jarinya mengarahkan Hannah untuk melangkah mendekat kearahnya.
Hannah melangkah mendekat tepat sekali disamping Demitri hingga Demitri memutar kursinya menghadap Hannah, Demitri bangkit berdiri dan memegang kening Hannah, memastikan bahwa calon anak tirinya itu baik baik saja.
Hannah tanpa sadar mendesah tatkala tangan Demitri menyentuh kulitnya, Hannah semakin kalang kabut, ia mendongak menatap wajah Demitri yang entah kenapa kelihatan sangat seksi dimatanya saat ini.
Tangan Hannah bergerak tanpa dapat dikontrol, Hannah mendorong Demitri jatuh terduduk ke kursinya dan dengan beraninya Hannah duduk dipangkuan Demitri.
“A-apa yang kau lakukan?” Demitri hendak mendorong Hannah namun Hannah dengan erat mengalungkan tangannya di leher Demitri, tidak berniat melepaskan sedikitpun.
“Kau mau menggoda ku, aku tidak akan termakan godaan mu. Cepat lepaskan!”
Bukannya turun Hannah justru tersenyum dan membisikan kalimat memalukan ketelinga Demitri, yang sontak membuat Demitri mengalihkan wajahnya.
Hannah tersenyum miring ketika Demitri termakan oleh umpan yang ia berikan, Demitri dengan tergesa gesa menempelkan bibir mereka.
Sialnya sesaat Demitri hampir melepas pakaian Hannah, pintu ruangan Demitri justru terbuka tiba tiba, Rafael masuk untuk mengingatkan Demitri soal pertemuan nya dengan klien.
Demitri dengan geramannya menjauhkan dirinya dari Hannah, memperbaiki pakaiannya yang berantakan dan menatap Hannah dengan pandangan dinginnya. “Rapihkan pakaian mu, Pulang lah, Rafael akan mengantarkan mu.”
Hannah mendesah tidak rela, meski begitu Hannah tetap bangkit dan merapihkan pakaiannya, sedikit malu terhadap Rafael yang memergokinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
NOVA HERLINA
+qqgngn0wggdmwdmj3wfmdwdmwqwqqqwmhqw
2020-06-05
0
Reny Amelia
ceritanya kek berlanjut gtu yaa???
nama Pemerannya gak ganti
2020-04-25
0
Alyssa Kevin
Hannah meminum minuman nya demistri ya? ada obat perangsang nya kayaknya
2020-04-20
1