MY REVENGE
Seorang gadis kecil dengan piama imut di tubuhnya mengintip kearah ruang tamu, dimana suara berisik terdengar tak habis habisnya sejak setengah jam yang lalu.
Gadis kecil itu memeluk boneka teddy bearnya erat erat, berusaha untuk tidak menangis meski air matanya tetap saja jatuh membasahi pipinya yang kemerahan.
Dalam hati gadis kecil itu bertanya tanya mengapa Ayahnya itu berteriak teriak kepada Ibunya dan mengapa Ibunya terus saja menangis? Apa yang sebenarnya terjadi antara dua orang dewasa itu?
Isak tangis mulai keluar dari bibir kecilnya, gadis kecil itu terduduk lantaran tak kuat melihat Ayahnya memukuli Ibunya, suara tangisannya yang cukup kencang itu terdengar oleh dua orang dewasa itu, sang Ibu menatapnya dengan senyuman yang dipaksakan menyuruh gadis kecil itu untuk masuk ke kamar dan tidur berbanding terbalik dengan sang Ayah yang terlihat tidak perduli.
Gadis kecil itu bangkit dan melangkah pelan mendekati Ibunya sesaat Ayahnya pergi tanpa kata, meninggalkan sang Ibu terduduk dengan luka lebam di pipinya.
"I-Ibu.." gadis itu menjatuhkan bonekannya dan berlari memeluk Ibunya, ia memang masih kecil tapi ia tahu bahwa apa yang terjadi tadi adalah hal yang buruk dan sialnya Ibunya lah yang menjadi korban. Gadis kecil itu tahu bahwa Ibunya disiksa tapi yang tidak diketahuinya adalah alasan mengapa Ibunya diperlakukan seperti itu.
"Ibu, s-sakit?" Gadis kecil itu mengusap lebam dipipi Ibunya, melihat Ibunya meringis membuat gerakan tangan gadis itu terhenti, matanya kembali meneteskan air mata.
"Ibu baik baik saja, Hannah lebih baik sekarang tidur, besok Hannah harus berangkat sekolah."
***
Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun terlewati, tidak pernah seharipun keadaan keluarganya membaik atau kembali kekeadaan dulu, jangankan sehari, sedetikpun rasanya mustahil.
Hannah rindu keluarganya yang dulu, yang bahagia meski kekurangan, yang terasa damai meski tidak tahu esok bisa makan atau tidak. Semenjak keluarganya mulai memiliki harta bukannya bahagia keluarganya justru hancur.
Ayahnya memang sudah tidak lagi memukuli Ibunya hanya saja Ayahnya justru menyiksa Ibunya dengan cara lain, membawa selingkuhannya ke rumah, bermesraan di depan Ibunya dan memperlakukan Ibunya seperti pembantu.
Hannah benci melihat Ibunya disakiti seperti itu, Hannah ingin cepat cepat lulus sekolah dan mencari pekerjaan, jika ia telah mendapat pekerjaan maka ia akan membawa Ibunya pergi menjauh dari Ayahnya itu, cukup hidup berdua saja tanpa ada Ayahnya.
Namun rencana hanya tinggal rencana, ketika Hannah pulang membawa surat kelulusan dengan hasil yang memuaskan, bukannya senyum bangga yang ia dapatkan dari Ibunya.
Hannah justru mendapati Ibunya terbaring diranjang sudah tak bernyawa, tubuhnya sudah dingin setelah menenggak obat tidur dalam jumlah yang sangat banyak.
Rencana Hannah untuk membahagiakan Ibunya hancur sudah, ia tidak sempat membuat Ibunya kembali merasakan kebahagiaan sebelum Ibunya itu meninggal.
Hannah menangis, menjerit sekuat kuatnya karna ditinggal mati oleh satu satunya orang yang selalu ada disisinya selama ini. Hannah sempat berharap bahwa kematian Ibunya akan menyadarkan Ayahnya, mengetuk pintu hati Ayahnya itu namun lagi lagi semuanya tidak terjadi.
Ayah Hannah sama sekali tidak perduli, Ayahnya justru sibuk dengan selingkuhannya itu-Martha.
Hannah benci dengan Martha, kenapa wanita itu tidak mengerti akan penderitaannya, kenapa wanita itu merebut Ayahnya, kenapa wanita itu bukannya merasa bersalah justru merasa semakin diatas angin atas kematian Ibu Hannah?
Hannah tidak sanggup jika harus tinggal satu rumah dengan selingkuhan Ayah tirinya itu, meski setelah Ibunya meninggal Ayahnya itu akhirnya menikahi Martha, menjadikan Martha sebagai istri sah nya.
Hannah pergi dari rumah dan ingin menjadi wanita yang mandiri, ia tidak butuh bantuan Ayahnya. Hannah bisa mengurus dirinya sendiri dengan baik.
Namun lagi lagi Hannah justru dihadapkan dengan kenyataan pahit, pilihannya untuk meninggalkan Ayahnya dengan wanita busuk itu adalah pilihan yang terus saja disesalinya setelah ia mendapat kabar bahwa Ayahnya meninggal dunia.
Hannah tahu dengan pasti bahwa Ayahnya meninggal itu atas campur tangan Martha. Ayahnya sebelumnya baik baik saja dan tiba tiba dinyatakan meninggal? Belum lagi semua harta yang Ayahnya tinggalkan jatuh ketangan Martha, benar benar tidak bisa Hannah terima.
Hannah tidak percaya dengan wanita busuk itu, meskipun Martha menangis nangis di depan kuburan Ayahnya, Hannah tahu Martha hanya berpura pura karna banyak pasang mata yang melihatnya, Martha hanya ingin terlihat sebagai istri yang baik.
Dan benar saja, tidak sampai dua hari Hannah mendapati Martha sudah memiliki laki laki lain, Hannah melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Martha berciuman dengan seorang laki laki disebuah cafe.
Dan laki laki itu adalah Demitrius Constantine, salah satu mitra kerja Ayah Hannah saat Ayahnya itu masih hidup. Martha benar benar wanita jalang, Martha mengincar laki laki kaya raya dan sepertinya dia berhasil menjerat Demitrius.
Hannah tidak akan membiarkan Martha bahagia, Hannah tidak akan membiarkan Martha berhasil menjerat Demitrius, Hannah bersumpah bahwa ia lah yang akan menjerat Demitrius tidak perduli bahwa kabarnya Demitrius dan Martha sudah akan bertunangan.
Bahkan jika Martha sudah menikah dengan Demitrius pun Hannah tidak akan mundur, Hannah akan merebut segalanya yang Martha miliki seperti bagaimana Martha merebut segalanya darinya.
***
"Kau putrinya Jeffry Zilvano bukan? Rasanya aku seperti pernah melihat mu."
Hannah tersenyum palsu, menatap Direktur utama perusahaan tempatnya bekerja dengan perasaan malu yang dibuat buat. Hannah jelas sudah merencanakan ini sebelumnya, ia sengaja bekerja menjadi office girl di perusahaan milik keluarga Constantine ini dan Hannah juga sudah merencanakan untuk bertemu dengan Ayah dari Demitrius Constantine yaitu Hans Constantine.
"Kau bekerja sebagai office girl? Bagaimana ini bisa terjadi? Apa Ibu tiri mu membiarkan mu bekerja seperti ini?"
Hannah mendongak menatap wajah Hans yang mulai keriput itu, Hannah menatap Hans dengan pandangan mata berkaca kaca, seolah olah ia tengah menahan air matanya agar tidak tumpah. Dan lagi lagi itu hanya akting, Hannah sudah lama barlatih memanipulasi orang untuk tujuannya ini, ia bahkan berlatih pada temannya yang sudah memanipulasi banyak orang.
Hans berdecak ketika melihat kondisi menyedihkan Hannah, "Dari awal aku juga sudah tidak menyetujui hubungan Demitri dengan Ibu tiri mu itu, aku tahu Ibu tiri mu itu bukan lah orang yang baik. Dia tidak pantas untuk putra ku."
Hans mendesah, meminta Hannah untuk menaruh sapu yang di pegangnya itu, "Kau ikut aku, kita akan bukti kan pada Demitri."
***
"Sampai kapan kau akan sibuk dengan tugas tugas mu itu, aku sudah jauh jauh kemari bukan hanya untuk melihat mu bekerja." Martha cemberut, ia hendak naik ke pangkuan Demitri namun terhenti di karenakan pintu ruangan Demitri yang tiba tiba saja terbuka.
Martha nyaris memaki orang yang mengganggu saat saat kesenangannya itu namun makian yang sudah Martha siap lontarkan itu kembali tertelan ketika melihat siapa yang datang. Direktur utama, Hans Constantine.
Yang membuat Martha semakin dongkol adalah Hannah, kenapa juga anak sialan itu bisa datang bersama dengan Hans.
Martha mulai antisipasi, apakah Hannah sudah mengatakan hal yang tidak tidak tentang dirinya kepada Hans? Martha tidak mau hubungannya dengan Demitri rusak, Martha tidak mau kehilangan calon suami seperti Demitri belum lagi Demitri adalah pewaris keluarga Constantine jelas sekali Martha tidak mau kehilangan.
"Apa apaan ini Martha, kau bermesraan disini dengan putra ku sementara kau membiarkan putri mu bekerja menjadi office girl di perusahaan calon suami mu sendiri?!" Hans mengamuk, sebenarnya ini hanya sekedar alasan saja bagi Hans untuk dapat memaki Martha, karna Hans benar benar tidak suka jika Martha yang akan menjadi menantunya.
Masih banyak wanita cantik diluar sana, kenapa harus Martha yang sudah menikah berkali kali dan selalu berakhir menjanda karna di tinggal mati sang suami.
Demitri yang sebelumnya sibuk dengan pekerjaannya mengalihkan pandangannya kearah Hannah, "Aku tidak pernah tahu kalau Martha memiliki putri."
Martha gelagapan, dengan cepat ia melangkah kearah Hannah berpura pura memeluk Hannah dengan penuh kasih sayang.
"Kamu dari mana saja Hannah, aku mencari mu kemana mana. Semenjak Ayah mu meninggal kau justru kabur dari rumah."
Hannah ingin sekali mendorong Martha dan memaki wanita itu namun ia hanya diam, ia akan mengikuti alur permainan Martha hingga akhirnya ia akan mengambil alih kemudi dan berbalik membuat Martha berada di posisinya.
"Benarkah dia kabur dari rumah, bukan kau yang mengusirnya dari sana?" Hans kembali angkat bicara, membuat Hannah harus menyembunyikan senyumannya karna ia merasa tidak perlu bersusah payah berakting di depan Martha, Ayah Demitri itu sudah melakukannya untuk nya.
"Pa.." Demitri angkat suara, ia melangkah mendekat dan merangkul pinggul Martha. "Jangan memojokkan Martha terus menerus."
Wajah Hans memerah, ia tampak tidak terima putranya membela Martha. "Kenapa juga kau harus menjalin hubungan dengan wanita yang tujuh belas tahun lebih tua dari mu Demitri?!"
Hannah mengernyit ketika melihat Martha mengusap usap matanya, bertingkah seolah kata kata Hans barusan menyakiti perasaannya sekali.
Jangan berakting, kau payah sekali berakting!
"Menjijikan." Hans pergi dari ruangan itu dan membanting pintu cukup keras, meninggalkan Hannah bersama dengan Martha dan Demitri.
Demitri menatap Hannah tajam, namun Hannah tidak takut sama sekali, tatapan tajam Demitri tidak akan bisa menembus pertahanannya yang sudah ia bangun bertahun tahun lamanya.
"Mulai besok kau jangan lagi datang ke perusahaan ini sebagai office girl, kau akan aku pekerjakan sebagai asisten kedua ku. Aku tidak mau nama Martha dan nama ku tercoreng karna kau bekerja sebagai office girl, hitung hitung supaya kau bisa menyesuaikan diri dengan diriku, sebentar lagi aku akan menjadi ayah mu." Demitri berucap dengan wajah datarnya, Hannah juga memandang Demitri dengan wajah tak kalah datarnya.
Ayah kau bilang? Dalam jangka waktu seminggu, akan ku buat kau bertekuk lutut di hadapan ku. Tunggu saja, Tuan Demitri Constantine.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
atmaranii
mnarik..aku sukkaaaa....tokoh cwe yg kuattt mntall n smart
2021-06-22
0
Momy Puput
visual dong thorrr😊😋
2020-11-12
0
🌹Milea 🖤
mantap lah thor tp klo boleh aq kasi saran jgn berhenti di tengah jlan yah thor bikin bnyak pra pmbca jd baper tp g, bsa bca smpe ending nya klo bsa di kelarin di sni aja ga, usah pndah kmna" krna kita jg bca nya ga, gratis semangat buat mu thor sehat dan sukses slalu maaf klo skiranya saran ku kurang berkenan di hatimu 🙏💪🤲🤗😘
2020-09-19
1