Sign Of Zodiac: Gemini

Sign Of Zodiac: Gemini

Pertaruhan

Suara mesin roulette, sebaran kartu remi dalam deck-deck, serta denting flute glass menjadi latar pertunjukan malam itu. Seorang perempuan cantik bertubuh ramping memutar gelas winenya yang menguarkan aroma anggur segar. Kedua matanya yang seperti kucing menatap tajam meja poker di hadapannya. Senyum simpul menghiasi wajahnya yang penuh kelicikan. Ia tidak boleh membiarkan siapa pun membaca isi pikirannya.

“Call,” ucap seorang pria yang duduk di sebelah gadis itu.

Sang gadis masih tersenyum tipis, lantas mengintip lembaran kartunya di atas meja. Sebuah angka tiga berwarna merah muncul disertai lambang wajik.

“Raise,” kata gadis itu tenang seraya mendorong setumpuk chip poker berwarna merah.

Beberapa orang di meja tersebut melirik gadis itu sambil menyembunyikan ekspresi mereka. Sang gadis tidak berkata apa-apa lagi dan hanya menatap gelas anggurnya yang sudah separuh kosong.

“Fold,” ujar pria yang duduk di sisi lainnya.

Satu putaran permainan poker itu pun kini hanya menyisakan sang gadis dan seorang pria berkumis tipis yang duduk di sebelahnya.

“Baiklah, silakan buka kartu Anda,” ujar seorang pria lain bertubuh jangkung yang berdiri di belakang meja mereka.

Gadis itu membuka kartunya. Tiga kartu berangka tiga dan dua kartu berangka delapan. Gadis itu melirik satu-satunya musuh yang masih bertahan. Pria di sebelahnya memiliki lima kartu dengan angka berurutan, lima sampai sembilan, tetapi dengan gambar yang berbeda-beda. Dengkusan pendek terdengar dari sang gadis.

“Nona Chiara, Full House, Tuan Benedict, Straight,” ucap sang Bandar membagi chip yang ada di atas meja dengan perbandingan 7:3 untuk Chiara.

Pria yang duduk di sebelah gadis itu membanting kartunya dengan kesal sambil menghela napas.

“Dasar perempuan licik,” geramnya melirik Chiara.

Gadis itu hanya tersenyum santai sambil mengumpulkan semua chip yang sudah didapatnya hari itu.

“Keberuntungan menyertai orang-orang yang menarik, Ben,” ucapnya lembut.

Orang-orang di meja judi itu turut menatap Chiara dengan sikap memusuhi. Meski begitu mereka tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Chiara, dan hanya berharap gadis itu segera pergi dari meja mereka.

Chiara sepertinya menangkap getaran memusuhi yang diarahkan kepadanya. Setelah selesai mengemas seluruh chipnya, Chiara pun bangkit berdiri dari sofa merah tempatnya duduk sejak satu jam yang lalu.

“Baiklah tuan-tuan. Sepertinya sudah waktunya bagi saya untuk pergi. Terima kasih atas permainannya hari ini,” ucap Chiara menenteng kotak kayu yang berisi seluruh chip pokernya. “Dan sampai jumpa besok, Ben,” tambahnya kepada pria berkumis tipis.

Chiara menyentuhkan jemarinya ke pundak Ben lantas mengecup pipinya sekilah. Ben berdecih kesal dan menolak untuk menjawab kata-kata Chiara. Akan tetapi Chiara tidak peduli. Dia ada di sana bukan untuk mencari teman. Ia sudah cukup puas bersenang-senang hari itu. Waktunya untuk kembali.

Tidak ada yang tidak mengenal Chiara di kasino tersebut. Chiara adalah seorang pemain judi paling disegani di (nama suku). Kemenangannya sudah tidak terhitung jumlahnya, dan meskipun ia membuat banyak orang bangkrut di kasino itu, tetapi tidak ada yang bisa menyentuhnya. Gadis itu terlalu licik seperti ular. Tidak ada yang tahu identitas Chiara sebenarnya.  Orang-orang hanya mengenal Chiara sebagai gadis muda dengan rambut abu-abu yang glamor. Andai orang tahu siapa dirinya yang sebenarnya, mungkin dengan mudah orang-orang itu membunuhnya. Itu tidak boleh terjadi tentu saja.

Chiara akhirnya berhasil keluar dari (nama kasino) setelah menukar sejumlah uang dari chip yang didapatnya hari itu. Ia tidak bisa pergi begitu saja melalui jalan raya. Seseorang bisa mengikutinya. Chiara menyelinap di antara kesibukan jalanan para penduduk (nama suku) menuju kerumunan. Sebuah toko barang antik terlihat di sisi jalan. Chara segera masuk ke dalam sana tanpa menarik perhatian. Etalase-etalase yang memamerkan barang-barang kuno menyambut Chiara. Ia melewatinya begitu saja dan segera melesat menuju salah satu ruangan bertirai hijau.

Ruangan tersebut memiliki sebuah pintu rahasia yang disamarkan sebagai lemari koleksi barang antik yang sudah berdebu. Dengan fasih Chiara membuka pintu rahasia tersebut tanpa menimbulkan suara dan menyelinap ke dalamnya. Ruangan lain menyambut Chiara. Sebuah ruangan dengan parket kayu mengilap, dilengkapi perapian dan set sofa mewah berwarna putih tulang. Rak-rak buku berjajar rapi di dinding yang berhiaskan wallpaper bunga-bunga merah hitam.

Chiara buru-buru membawa dirinya ke depan cermin panjang yang ada di sudut ruangan. Kotak hartanya ia letakkan di atas toilet kayu tempatnya berdandan.

“Hhh … melelahkan. Tapi aku mendapat banyak uang hari ini. Benjamin … pria itu benar-benar mudah diprovokasi,” gumamnya riang.

Detik berikutnya Chiara melepas rambut abu-abunya yang ternyata adalah sebuah wig. Rambut aslinya yang berwarna hitam segera tergerai sepanjang bahu.

“Kau sudah pulang?” sebuah suara mendadak terdengar dari balik pintu rahasia tempat Chiara masuk tadi.

“Ah, halo, Rein. Maaf merepotkanmu lagi. Apa ada banyak yang mengikutiku hari ini?” tanya Chiara sembari membersihkan wajahnya dari make up tebal.

“Ada lima orang. Mereka mengancam akan menggeledah tokoku. Tapi stampel kerajaan melindungi tempat ini dari serangan apa pun. Barang-barang di tokoku jauh lebih berharga dari pertaruhan para penjudi itu. Bahkan di pelelangan, sebuah guci porselen seukuran telapak tangan saja bisa seharga seluruh chip di kasino (nama),” ucap pemuda berambut cepak itu sambil meringis.

Chiara mendengkus pelan. “Ada gunanya aku berteman dengan putra pemilik pelelangan terkenal,” sahutnya riang.

“Jadi sampai kapan kau mau bermain-main di tempat judi, Kara? Orang tuamu sangat khawatir padamu,” lanjut Rein sembari merebahkan tubuhnya di sofa panjang.

Chiara, atau yang punya nama asli Kara, menghela napas panjang. “Mereka seharusnya berterima kasih padaku. Berkat kemampuanku, aku bisa mengangkat kehidupan keluargaku dari lumpur kemiskinan,” desahnya.

Rein hanya mendengkus pelan sembari memalingkan wajahnya karena Chiara kini tengah melepas gaun mewahnya dan berganti menjadi pakaian yang lebih sederhana.

“Sejujurnya kau hanya suka bertaruh, kan. Kenapa membawa-bawa keluargamu. Mereka bahkan tidak pernah mengeluh bekerja di bawah ayahku. Gaji yang diterima ayahmu juga cukup untuk menghidupimu serta dua adikmu. Kau bicara seolah-olah ayahku memperbudak keluargamu,” ujar Rein menatap lampu Kristal indah yang menggantung di langit-langit ruangan itu.

“Kau tidak akan mengerti bagaimana hidup dengan ekonomi yang terbatas. Dua adikku sudah harus masuk akademi. Dan sekarang ayahku justru membawa anak dari entah wanita mana yang sudah dia tiduri. Tiga anak laki-laki di rumahku menyita seluruh perhatian mereka.

“Aku yang satu-satunya perempuan ini selalu diabaikan, bahkan terancam dijodohkan. Aku perlu cukup uang untuk diriku sendiri. Suatu saat mungkin aku harus hidup sendiri tanpa keluargaku,” keluh Chiara setengah meratap.

“Kau bisa menikah denganku saja kalau ingin hidup nyaman. Uangku banyak. Jadi kau tidak perlu berjudi untuk mencari uang,” tawar Rein sembari menatap Chiara lantas mengedipkan matanya dengan jahil.

Chiara balas menatap teman masa kecilnya itu dengan jijik. “Judi itu terlalu menyenangkan untuk ditinggalkan, Rein,” ucap Chiara akhirnya.

Tawa Rein segera meledak. Pemuda itu terpingkal-pingkal hingga berguling di sofa ruang rahasianya.

“Sudah kuduga kau itu cuma kecanduan. Berhentilah membuat scenario romantis untuk hobi berjudimu,” kata Rein di sela-sela gelak tawanya.

Chiara kehilangan kata-kata. Gadis itu hanya bisa menatap sahabatnya sambil berkacak pinggang kesal.

“Terserah kau saja. Aku mau pulang sekarang,” ujar Chiara yang kini penampilannya sudah berubah drastis.

Dari seorang gadis glamor berambut perak panjang dan begelombang dengan mata hijau tajam, menjadi gadis polos yang sederhana berambut hitam pendek yang berpakaian kusam dan mata hitam yang keruh.

“Datanglah saat makan malam nanti. Adik-adikmu juga akan datang katanya,” undang Rein kemudian.

Chiara hanya mengibaskan tangannya sambil lalu lantas beranjak pergi melalui pintu rahasia.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!