“Kara, kemana saja seharian? Ayahmu mencari kemana-mana. Malam ini kita diundang untuk makan malam bersama keluarga pemilik rumah lelang.” Omelan ibunya menyambut kedatangan Chiara di rumah keluarganya yang sederhana.
Pintu depannya sudah tua dan bersuara setiap kali dibuka atau ditutup. Lantai kayunya sudah sedikit berjamur dengan dinding-dinding lembab yang selalu basah setiap kali musim hujan datang. Ayahnya bilang rumah itu dulunya adalah mansion yang megah yang selalu digunakan oleh leluhur keluarga mereka, entah sejak kapan. Namun tempat ini sekarang bahkan tidak layak disebut rumah apa lagi mansion. Taman depan dan belakang sudah menjadi jalanan kumuh yang dipadati orang berlalu lalang. Beberapa bangunan rumah sudah dihancurkan dan kini telah berganti pemilik. Hanya tersisa satu bangunan berlantai dua yang terlampau sempit untuk ditinggali lima anggota keluarga.
Seingat Chiara, sejak kakeknya masih hidup, keluarga mereka sudah tidak lagi memiliki pelayan. Bahkan mungkin jauh sebelum itu, pelayan sudah tidak dipekerjakan lagi di keluarga mereka. Saudara-saudara ayahnya dinikahkan dengan keluarga lain dan yang mewarisi rumah ini sekarang adalah keluarga Chiara yang sekarang. Entah apa yang terjadi di masa depan ketika ketiga adik laki-laki Chiara sudah tumbuh besar. Mereka mungkin akan berebut untuk mendapatkan rumah usang ini. Sebagai perempuan, Chiara jelas sudah tidak punya kesempatan untuk sekedar memikirkannya. Takdirnya adalah untuk dijual ke pria keluarga lain sebagai istri atau mungkin gundik.
Memikirkannya saja sudah membuat Chiara bergidik. Karena itulah sejak ia berusia sepuluh tahun, Chiara sudah berpikir untuk menghasilkan uang sendiri. Ayahnya adalah seorang penjudi jalanan. Saking banyaknya hutang keluarganya, kini sang ayah sudah menjadi orang yang di black list oleh semua kasino di Valas. Beliau akhirnya hanya bisa berjudi kecil-kecilan dengan para penipu miskin di pasar. Dan tetap saja selalu membawa pulang hutang yang semakin lama semakin menumpuk. Beruntung keluarga Rein yang sudah berhubungan dekat dengan kakek Chiara, masih bersedia mempekerjakan ayahnya sebagai curator di pelelangan. Meski hidupnya kacau, tapi sang ayah memiliki mata yang bagus dalam menilai karya seni. Keturunan keluarga – kalau kata ayah Rein.
“Kenapa tidak menjawab ibumu, Kara? Sebagai anak pertama dan satu-satunya putri keluarga ini, sikapmu benar-benar tidak beretika. Bagaimana bisa seorang anak perempuan selalu berkeliaran dari pagi buta dan kembali ke rumah setelah lewat tengah hari?” omel ibu Chiara yang mengikuti gadis itu naik ke lantai dua, ke dalam kamarnya yang berbau jamur dan kayu basah.
“Kenapa ibu hanya selalu mengurusi hidupku? Daripada memarahiku yang sama sekali tidak pernah membuat masalah, lebih baik ibu memperhatikan ayah yang selalu pulang membawa surat hutang. Atau Kale yang bahkan sudah tidak pulang selama dua hari karena sibuk menggauli gadis-gadis pelacur di pasar. Khan dan Kai juga masih butuh perhatian ibu. Tapi kenapa ibu selalu menggangguku yang bahkan tidak melakukan apa-apa?” sergah Chiara meledak marah.
Mata ibunya berkilat-kilat penuh amarah. Chiara tahu bahwa pertengkaran besar akan segera terjadi. Dua orang marah hanya akan menimbulkan kekacauan. Sudah saatnya dia berhenti. Sebaiknya Chiara mengalah dan menghindari drama yang menyebalkan itu.
“Baiklah, aku minta maaf Ibu. Seharian tadi aku bersama Rein. Dia memintaku membantunya merapikan toko dan mendekor etalase baru. Ibu bisa bertanya padanya saat makan malam nanti. Rein juga sudah memberitahuku tentang acara tersebut,” jawab Chiara sembari memalingkan wajahnya dari sang ibu. Ia kemudian merogoh kantong bajunya dan mengeluarkan beberapa keping uang perak untuk diserahkan pada ibunya.
“Ini hasil kerjaku hari ini,” ujar Chiara sembari mengulurkan tak lebih dari sepuluh keping perak.
Itu jumlah yang tidak sedikit. Setidaknya dengan uang sebanyak itu, ibunya mungkin bisa membeli sepuluh gaun baru untuk mereka berdua. Atau memperbaiki atap rumah yang sudah bocor di mana-mana. Bahkan dua atau tiga perhiasan dengan batu permata juga bisa dibelanjakan dengan jumlah sebanyak itu.
Namun tentu saja ibunya tidak bisa melakukannya. Penhasilan Chiara dari rumah judi itu hanya akan digunakan untuk menutup hutang-hutang ayahnya. Chiara kesal, tentu saja. Namun tidak berusaha memprotes. Toh yang dia dapat dari kasino seharian tadi tiga kali lipat dari uang yang barusan dia serahkan kepada sang ibu.
Ekspresi wajah ibunya langsung melembut ketika menerima kepingan perak dari Chiara. Seulas senyum lega terkembang di bibirnya yang sudah keriput.
“Seharusnya kau mengatakannya pada ibu sejak awal. Ibu kan tidak perlu khawatir seharian. Lain kali bilang pada ibu sebelum kau berangkat. Ibu bisa menyiapkan camilan untuk Rein,” ujar ibunya setelah amarahnya mereda.
Chiara menarik napas panjang. “Makanan di rumah Rein bahkan jauh lebih berkualitas daripada masakan di sini,” gumamnya acuh.
Ibunya tampak terluka, tetapi tidak berusaha menyanggah. Kata-kata Chiara memang tidak salah.
“Kalau begitu beristirahatlah dulu, Kara. Ibu akan datang lagi kalau sudah waktunya kita pergi ke rumah pemilik pelelangan,” ucap ibunya lantas berbalik pergi.
Chiara tidak menjawab dan hanya sibuk mengganti gaun lusuhnya menjadi baju tidur yang nyaman.
Setelah ibunya pergi, Chiara pun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Kotak uangnya dia tinggalkan di ruang rahasia toko Rein. Tempat itu aman mengingat kekayaan Rein jauh lebih banyak berkali-kali lipat. Dan tidak ada yang tahu tentang ruang rahasia mereka berdua. Bahkan ayah Rein pun tidak pernah menyambangi ruangan putranya. Beliau hanya akan datang ke toko ketika hendak mengambil atau membawa barang-barang baru untuk dilelang.
Chiara mendesah lelah. Kedua adiknya yang masih kecil – satu di antaranya adalah adik tiri yang lahir dari seorang pelacur yang ditiduri ayahnya – kini tengah bermain dengan riuh di sebelah kamarnya. Mereka berteriak-teriak seolah tidak ada orang lain di rumah itu. Sesekali suara barang-barang yang dilempar mengenai dinding kamar Chiara. Keributan itu membuat Chiara tidak bisa tidur atau beristirahat dengan tenang. Padahal dia lelah sekali setelah melakukan penyamaran dan menghadapi para penipu di kasino. Meski tidak dipungkiri bahwa dia juga seorang penipu.
Bagaimana bisa hidupnya bisa sekacau ini? Ia tidak pernah minta dilahirkan di keluarga yang begini berantakan. Seolah masalah itu belum cukup, Chiara juga ditakdirkan untuk menjadi seorang perempuan yang dipandang rendah dalam komunitasnya. Karir awalnya sebagai seorang penjudi sama sekali tidak mudah. Banyak orang yang berusaha menghancurkannya, menipunya bahkan memperkosanya. Namun berkat kelihaiannya mempermainkan pikiran orang lain, ditambah dukungan dari Rein, sahabatnya sejak kecil, Chiara berhasil berada di posisinya yang sekarang.
Dia mungkin berasal dari keluarga miskin yang berantakan. Akan tetapi, di dunia perjudian, dia adalah Ratunya. Semua orang tahu bagaimana kiprah Chiara selama delapan tahun terakhir. Tidak ada permainan yang tidak dia menangkan. Entah sejak kapan kepuasan bermain di kasino telah membuat Chiara begitu kecanduan. Kepuasan saat menjatuhkan lawan-lawannya dan membawa pulang keberuntungan adalah hal yang tidak bisa dia dapatkan dari tempat lain. Meski pun pada akhirnya, dia harus mengkhianati nuraninya sendiri dan menjadi orang yang sama seperti ayahnya yang sangat dia benci.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments