Sign Of Zodiac: Taurus

Sign Of Zodiac: Taurus

Del Monte

Pemuda itu memoles gelas anggur dengan rajin. Sebentar lagi para pelanggan akan berdatangan. Bar itu akan segera disesaki oleh para Torero, petarung banteng, yang baru saja melakukan pertandingan melawan banteng. Belum lagi puluhan penonton yang juga akan berjubel membicarakan pertandingan yang menegangkan tersebut.

Sang pemuda menghela napas panjang sambil mengamati bar remang-remang tempatnya bekerja lima belas tahun terakhir. Ia memulai pekerjaannya di tempat itu sebagai petugas kebersihan. Mengepel lantai kayu dengan mop kotor hingga membersihkan muntahan pelanggan bukan lagi hal yang baru baginya. Kini, setelah lamanya perjalanan karirnya, ia berhasil menjadi bartender yang bertugas menyiapkan minuman di balik meja bar.

Kursi-kursi kayu dengan meja bulat sudah tertata dengan rapi. Angelo, anak gelandangan yang dipungutnya sebulan yang lalu sudah bekerja dengan baik sebagai petugas kebersihan tempat itu. Anak itu mungkin kelak akan menjadi seperti dirinya. Terjebak pekerjaan budak seumur hidup di bar milik keluarga Manolette,. Nasibnya mungkin akan lebih beruntung dari dirinya kalau anak itu tidak terjerumus dalam kecanduan obat.

Sayangnya hidup pemuda tersebut sudah kepalang hancur. Selain terpaksa bekerja tanpa bayaran yang layak, ia juga menjadi pecandu obat-obatan terlarang. Satu-satunya yang membuat pemuda itu bertahan adalah cintanya pada Beatrisa, putri pemilik Bar DelMonte tempatnya bekerja.

“Bianco, berikan aku minuman terbaikmu,” ujar Andres, rekannya sesame pekerja bar yang bertugas menjaga keamanan.

“Sebentar lagi orang-orang barbar itu datang. Aku tidak bisa bekerja dalam keadaan sadar. Orang-orang itu membuatku gila. Setidaknya aku harus sama gilanya untuk berhadapan dengan mereka,” lanjut Andres setengah teler.

Pemuda bernama Bianco itu mendengkus pendek. Bahkan tanpa minum alkohol pun Andres sudah kehilangan separuh kesadarannya. Entah obat apa yang sudah dikonsumsinya sejak pagi tadi. Hari sudah menjelang malam dan kesadaran Andres bahkan belum pulih sepenuhnya. Meski begitu Bianco tetap meracik minuman sederhana untuk rekan kerjanya itu. Ada baiknya membuat Andres semakin mabuk. Orang ini jauh lebih berbahaya saat sadar daripada teler.

Dengan cekatan Bianco menuang bahan-bahan minumannya. Dua setengah oz gin ditambah sedikit air jeruk nipis dan simple syrup. Bianco melewatkan buah blackberry segar dan hanya menambahkan es batu secukupnya. Tidak perlu membuang bahan-bahan berharga untuk orang yang minum tanpa membayar.

“Dimana Baltazar?” tanya Bianco sembari menyodorkan Gin Gilmeti buatannya.

“Dia sudah membawa botol wiskinya sendiri. Tapi aku ingin minum yang manis-manis hari ini. Hidupku sudah terlalu pahit untuk merasakan wiski,” jawab Andres sembari menyesap minumannya dalam satu tarikan napas.

Andres mengerang pelan, menikmati sisa-sisa rasa alkohol di mulutnya.

“Semoga hari ini tidak hujan. Darah berceceran dimana-mana terbawa hujan. Dan bau muntahan orang-orang itu menjadi lebih memuakkan kalau terkena air. Ngomong-ngomong bocah gelandangan yang kau bawa itu cukup berguna. Kulihat dia masih bisa bekerja walaupun Baltazar mencekokinya dengan kokain. Sepertinya anak itu memang sudah terlatih,” komentar Andres sembari menyodorkan gelas kosongnya pada Bianco, meminta untuk diisi kembali.

Bianco menerima gelas itu sambil merutuk dalam hati, membayangkan pembengkakan biaya bahan yang dihabiskan oleh manusia-manusia semacam Andres.

“Namanya Angelo. Dia baru berusia sepuluh tahun, jangan rusak masa depannya dengan kelakuan kalian yang seperti sampah. Aku sudah susah payah mencari pengganti petugas kebersihan sebelumnya yang mati overdosis gara-gara kalian,” sergah Bianco kembali meracik minuman yang sama dengan terpaksa.

“Dan ini gelas terakhirmu malam ini. Cobalah bersahabat dengan wiski Baltazar kalau kau benar-benar ingin teler,” lanjutya galak.

Andres terkekeh pelan sembari menerima uluran cocktail Bianco. “Kau ini satu-satunya pekerja yang masih waras di tempat pembuangan ini. Tidak heran Nona Beatrisia memilihmu menjadi Manager. Apa kau puas dengan itu, Bianco? Padahal kau sama saja seperti kami,” gertak Andres sambil beranjak berdiri.

“Kembalikan gelas itu setelah selesai. Jangan mencoba menggunakannya untuk melempari pelangan. Pakai botol wiski saja,” seru Bianco pada rekannya yang sudah berjalan menjauh.

Andres hanya mengangkat gelas cocktailnya dengan satu tangan tanpa menjawab apa-apa. Bianco kembali menghela napas panjang. Sejak awal hidupnya memang sudah seperti kotoran. Itulah kenapa ia harus bergaul dengan orang-orang yang sejenis dengannya.

Bianco lahir dari rahim seorang pelacur. Ibunya bekerja di rumah bordil di gang yang sama dengan Bar tempatnya bekerja tersebut. Kawasan prostitusi dan distrik paling terkenal di Nuchas. Area tersebut juga dimiliki oleh keluarga Manolette, mafia kartel narkoba, sekaligus perdagangan manusia. Segala bisnis gelap di Nuchas dikuasai oleh keluarga tersebut. Dan Bianco adalah salah satu dari ratusan pekerja mereka.

Setelah ibunya meninggal karena penyakit paru-paru – ibunya memang perokok ganja yang sangat aktif – Bianco kecil dibawa oleh Gusto yang tak lain adalah manager terdahulu Bar DelMonte ini. Usianya masih tujuh tahun ketika ia akhirnya berakhir menjadi petugas kebersihan di tempat tersebut. Sejak saat itulah ia berkawan dengan makian, umpatan, obat-obatan terlarang hingga perkelahian yang beberapa kali nyaris menewaskannya.

Ia sudah nyaris menyerah untuk melanjutkan hidupnya ketika akhirnya takdir mempertemukan Bianco dengan Beatrisia. Saat itu usianya baru menginjak empat belas tahun, sementara putri pemilik bisnis tersebut lima tahun lebih tua darinya. Beatris yang tengah merayakan pesta ulang tahun di bar itu akhirnya mabuk hingga tak sadarkan diri. Pesta itu benar-benar kacau dan membuat semua orang harus mengurus teman-teman Beatris yang mulai merusak properti.

Gusto yang melihat Bianco masih tampak baik-baik saja, segera menyuruh pemuda tersebut membawa nona muda mereka ke kamar pribadinya di lantai dua. Bianco menurut dan membopong Beatris dengan tubuhnya sendiri. Saat itu dia masih begitu muda dan belum mengenal tentang tubuh perempuan. Hidupnya hanya berkisar dengan pekerjaan, minuman keras dan sesekali narkotika.

Maka saat melihat Beatris yang terkulai lemah dengan pakaian begitu terbuka, mau tidak mau tubuh remaja Bianco pun bereaksi. Ia tidak pernah menyentuh perempuan sebelum ini. Meski begitu, badan Bianco remaja sebenarnya sudah cukup bagus karena terlatih dengan pekerjaan berat. Ia berusaha keras menahan diri untuk tidak melakukan hal buruk pada nona mudanya tersebut dan buru-buru pergi setelah berhasil membaringkan Beatris di atas ranjang.

Akan tetapi, mendadak tangan Beatris menggapai jemarinya. Bianco menoleh dan mendapati nona mudanya itu tersenyum sambil menatapnya setengah sadar. Beatris lantas menggoda pemuda tersebut dengan kata-kata dan gestur tubuhnya. Bianco nyaris goyah, tapi ia menolak dengan halus segala hal yang mungkin akan ditawarkan nona mudanya tersebut. Beatris sedang dalam keadaan mabuk.

Sayangnya Beatris tetap bersikeras. Dan dengan segala usahanya itu, Bianco pun terlena Malam itu, tepat pada ulang tahun Beatris yang ke sembilan belas, ia telah merenggut satu-satunya hal yang masih terjaga dari Bianco: kesuciannya. Hingga setelah malam itu dan malam-malam selanjutnya, yang direnggut oleh Beatris tidak hanya keperjakaan Bianco, tapi juga hati pemuda itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!