Peluit dikala senja

Peluit dikala senja

Terdampar

Pada suatu pagi nampak lima orang muda mudi tengah asik bercengkrama dengan alam. Sedari kemarin mereka menginap pada salah satu penginapan di sekitar pantai. Mereka berasal dari kota, kedatangan mereka sekedar bersenang senang setelah kelulusan. Berbekalkan keberanian, akhirnya kelima muda mudi itu memutuskan merayakan hari kelulusan setelah tiga tahun duduk di bangku Sma. Tanpa sepengetahuan kedua orang tua, mereka menempuh perjalanan dari kota hingga ke plosok desa. Sengaja mereka datang jauh sebab mendengar cerita di sosial media kalau pantai di pulau jawa begiti indah dan memikat. Dengan antusiasme tinggi mereka datang sembari membawa teman dan pacar masing masing. Mereka nampak asik bermain air di kala mentari baru menampakkan wajahnya. Suara riuh ombak dan angin berhembus mesra di iringi canda tawa mereka. "Benar kata kamu pantai di sini sangat indah...." Salah seorang gadis berbaju kining menelentangkan tangan sembari menikmati hembusan angin. Perlahan ombak menyentih kakinya "Aaaaaaa....akhirnya gie lulus juga" Teriak sekencang mungkin sebab baru saja terlepas dari belenggu soal soal ujian nasional.

Tiba tiba saja sebuah tangan melingkar pada pinggang ramping gadis itu, nampak seorang pemuda tengah memeluknya erat "Sesuai janji kamu sayang setelah kelulusan ini kamu akan memberikan apa yang aku mau...." Desir nafas menyapu leher janjang si gadia muda. Bisikan bisikan lembut membuatnya terbenam dalam keindahan dunia.

"Hey.....sabar dulu" Si gadis menghentikan tangan pemuda tersebut ketika hendak bermain sedikit.

Pemuda tadi lantas membisikkan sesuatu hingga si gadis terlihat tersipu malu "Apaan sih...." melepas pelukan sang kekasih lalu berlarian kecil. Pemuda tadi lantas mengejar sang pacar hingga suara air terpijak terdengar riuh menyapa.

Dari kejauhan tiga orang tengah duduk terpaku sembari melihat mentari terbit "Enak banget mereka bisa mesra mesraan begitu" Ujar salah satu dari mereka.

"Makanya kan kemarin aku sudah bilang bawa pacarnya"

"Mau gimana lagi dia kan masih sekolah, mana bisa ikut sama kita" Seorang pemuda terlihat putus asa saat mengingat kekasihnya tidak bisa ikut serta.

Teman laki laki memukul pundaknya "Makanya kalau punya cewek itu yang semumuran, biar bisa kaya kita ya beb?" Melempar pandang pada seorang gadis muda di sebelahnya.

"Rese lo mentang mentang pada bawa ceweknya masing masing gue di jadiin obat nyamuk, sialan" Bangkit lalu menuju tepi pantai. Tak lama setelah itu mereka mengikuti si pemuda tadi.

Hingga suatu ketika tanpa mereka sadari ada ombak besar menuju ke arah mereka, dari jauh sudah terlihat gelombang besar datang dengan sangat cepat, sampai mereka belum sempat menyelamatkan diri.

Berberapa jam mereka mengapung di laut lepas, sampai pada akhirnya tmereka tidak saarkan diri. Sebelumnya mereka sudah di peringati oleh warga sekitar bahwa hari ini bertepatan selasa Kliwon, para wisatawan di larang memasuki area pantai. Warag sekiar percaya setiap hari selasa kliwon roh halus sering kali muncul dan mencari korban. Meski sudah di peringati tapi mereka masih nekat pergi ke pantai tersebut.

Ombak menyeret mereka hingga ke suatu tempat terpencil. Anehnya mereka berlima masih hidup meski tergulung ombak besar lautan. Tempat itu nampak sepi tidak ada orang lain di dalam pulau tersebut, kecuali mereka. Suara peluit samar samar terdengar, perlahan satu dari mereka bersadar dengan melihat sekeliling, keempat temannya masih tegeletak belum sadarkan diri. Ia pun berusaha membangunkan salah satu dari mereka, yang tidak lain adalah kekasihnya.

"Surya bangun kita di mana sekarang....?" Menghuyung tubuh laki laki kekar sembari melihat sekeliling. Meski sebuah pulau kecil nampaknya begitu terawat seperti ada sosok penghuni lain di dalamnya. "Surya ayolah bangun aku takut" Kondisi hari semakin larut membuatnya ketakutan. Suara peluit terdengar semakin pelan dan menghilang.

"Siapa orang yang meniup Peluit dikala Senja seperti ini?" Melihat sekeliling nampak sepi membuatnya bergigik ngeri. Berulang kali menoleh kiri kanan seperti apa seseorang mengintai.

Zrasss....

Suara sebuah sapu terdengar sepintas, membuat gadis tersebut kembali menvhuyung sang kekasih dengan keras "Sayang bangun aku takut, ayolah bangun"

Tidak berselang lama Surya pun terbangun.

Uhuk, uhuk....

Sembari mengusap mata perlahan ia terbangun, di lihatnya wajah cantik sang kekasih.

"Surya bangun lihat kita ada di mana? Aku mendsnagr suara orang tengah menyapu" Wajah cantik gadis berusia kisaran sembilan belas tahun itu nampak pucat ketika mengeksperikan ketakutannya.

Surya lalu bangun. Melihat sekujur tubuh hampir dipenuh dengan pasir dan melihat tiga orang lainnya masih belum sadarkan diri "Kenapa kita bisa ada di tempat ini? Sayang bukankah tadi kita bermain air terus tiba tiba....." surya mengingat ada gelombang besar bagikan sunami menggulung mereka berlima.

"Seingatku begitu sayang, terus sekarang kita ada di mana..." Tanya Fani.

Surya bangit dan langsung melihat hamparan laut juga sekitarnya. Nampak tidak ada satu perahu melintas di kekitar sana, bahkan langit perlahan mulai menghitam "Tolong......" Suaranya seperti kembali terpantul oleh deru ombak. Sekali lagi Surya berteriak meminta bantuan, namun usahanya sia sia. Di pulau kecil itu tidak akan ada orang datang bahkan menyebut nama pulau itu saja tidak berani.

Fani memeluk Surya "Aku takut, aku mau pulang...." Fani memangis tersedu sedu sampai membangunkan ketiga temannya. Mereka nampak bingung melihat sekeliling yang nampak asing. "Kita di mana sekarang?" tanya Aji.

Rendi dan Erika saling menatap "Kita terdampar" Ucapnya serentak. Bukannya sedih justru mereka nampak senang. "Yes....kita terdampar" Dua orang pasangan sejoli itu memutar badan seolah senang dengan situasi sekarang.

Ketiga orang tadi melihat mereka penuh heran "Kalian ini kenapa sih bukannya sedih malah bersenang senang seperti itu? gila kali ya" Ketus Aji.

Dengan santai Rendi berkata "Udahlah kita nikatin aja, anggap saja kita sedang berpetualang di sini" sembari memeluk Erika selaku pacar Rendi.

Fani menghampiri mereka "Jangan gila kamu bagaimana kalau di sini banyak hantunya? Pokoknya aku mau pulang"

"Kalau gitu silahkan kamu pulang kalau bisa" Percuma saja mereka tidak akan bisa kembali sebelum ada yang menyelamatkan mereka. Bahkan mereka tidak punya alat untuk mengarungi lautan, jadi tidak mungkin mereka bisa pulang.

Fani terus menangis ketakuran sampai terdengar kembali suara peluit berulang ulang.

"Eh kalian dengar tidak? Suara peluit, artinya ada orang di sekitar sini. Ayo kita cari sumber suara peluit itu...." Ajak Aji sembari melangkah lebih dulu, di ikuti Erika dan juga Rendi.

Surya menghampiri sang kekasih "Ayo sayang kita ikuti mereka, kamu tidak perlu takut ada aku di sampingmu." Melingkarkan tangan di bahu Fani lalu mereka mengikuti ketiga orang di depan mereka.

"Bagaimana kalau itu bukan manusia?" Lirih Fani sembari melihat sekeliling yang sudah nempak gelap dan begitu banyak gua gua kecil sekitar mereka. Pepohonan nempak lebat juga di kelilingi semak belukar.

"Kamu tidak usah takut mana ada hantu berani sama aku, mereka iru kecil di kencingin langsung kabur terbitit birit" celetuk Surya.

Tanpa di sadari ada sosok tak kasat mata memperhatikan gerak gerik dan tingkah laku mereka. Sosok tak terlihat itu mulai terusik atas kedatangan mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!