Mereka sudah masuk jauh ke dalam, menjelajahi pulau terpencil itu, di mana tidak nampak ada satu orangpun. Tiba tiba saja mereka menckum bau sesuatu "Eh....kalian nyium bau bunga mawar nggak sih?" Tanya Erika sembari mengendus aroma mawar yang begitu pekat. Semakin lama aroma wangi khas bunga berduri itu semakin semerbak.
"Mungkin sekitar sini ada bunganya kali" Sambung Surya dengan melihat kiri kanan.
"Mana ada di pulau mati kaya gini ada tumbuhan bunga mawar, yang ada ranting kering tuh" Sambung Rendi. Tatapan mereka melihat hampir seluruh penjuru, sampai atas bawan, depan belakang, kiri dan kanan.
Fani menghentikan langkah kaki sejenak ketika merasa ada hawa mistis menyentuh tangannya.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya Surya.
Terdiam sesaat seperti ada sesuatu yang dia tau "Kenapa perasaanku jadi nggak enak gini ya, lebih baik kita balik ke tempat tadi aja yuk" Pinta Fani. Ia merasa semakin masuk lebih dalam hawa mistis semakin terasa mencekam, bulu roma berdiri sejak memasuki pulau tersebut.
Merangkul sang kekasih "Sudahlah sayang jangan percaya hal goib mana ada setan jaman sekarang, mending kita....." Membisikkan sesuatu hingga membuat Fani tersenyum malu.
"Kita lanjut jalan yuk siapa tau di dalam sana nanti kita bisa temuin gua buat kita neduh, langit mulai gelap nih kita nggak ada bawa senter sama sekali" Rendi mengajak mereka melanjutkan perjalanan. Dengan penuh kewaspadaan mereka kembali berjalan perlahan.
Aroma bunga mawar menyeruak hampir setiap langkah mereka. Aneh memeng tapi ini nyata, di sekitar mereka nampak tidak ada sebatang pohon mawar, lalu aroma berasal dari mana? Entahlah yang jelas kejanggalan mulai terasa. Menjelang senja membuat pendangan mereka sedikit kabur, karena mereka tidak punya penerangan sama sekali.
"Sayang aku takut..." Lirih Fani sembari terus menggandeng lengan Surya. Sejauh mata memandang terdapat banyak pepohonan rindang yang usianya mungkin sudah puluhan tahun labih, beberapa di antaranya nampak telah mati tanpa sehelai daunpun. Tinggal batang kayunya saja masih berdiri kokoh, menambah hawa mistis di sekitar tempat tersebut. Suara peluit perlahan semakin terdengar menjauh.
"Aaaaaaa.....hantu" Aji berteriak keras ketika ada sesuatu menyentuh kakinya. Ia melompat lompat seperti seekor kelinci. Setelah di lihat lebih jelas ternyata hanya akar pohon.
Erika yeng berada di belakangnya langsung tersentak ketakutan "Apaan sih Ji kaya akar pohon saja Lo takut, cowok kok lemah. Nggak punya nyali bilang dong jangan sok sokan jadi pemandu"
Menggaruk kepala sembari meringis "Hehe....gue bukan takut tapi cuma kaget aja"
"Ngagetin cewek gue aja lo Ji, kasihan nih dia sampe ketakutan" Sambung Surya sambil terus merangkul sang pacar. Badan Fani teras panas dingin, sedari tadi dia sudah merasa ada unsur magic di sekitarnya. Meski tidak terlihat tapi perasaan Fani peka, di tambah lagi cerita dari para warga sekitar yang melarang mereka memasuki pantai pada hari selasa kliwon. Konon katanya setiap hari selasa kliwon para roh sekitar pantai berkrliaran. Warga bilang jika ada sesosok wanita cantik berpakaian kebaya butih kerap muncul di area pantai. Ada pula warga bilang jika mendengar suara suara aneh jangan sesekali mendekat itu pertanda kedatangan sesosok wanita tersebut.
"Sorry deh gue nggak maksud begitu. Lagian Cewek Lo ngapain takut sama setan mending takut tuh sama lo" Celetuk Aji dengan nada bercanda. Aji terbilang suka cengengesan di banding keempat temannya. Namun, siapa sangka di balik kecerobohan mereka banyak mengusik para makhluk halus.
Reflek Fani meraih sebilah batang kayu lalu melemparnya pada Aji "Rese lo Ji yang namanya takut ya takut aja, nanti kalau di temui hantu beneran baru tau rasa deh lo"
Dengan sombong Aji menepuk dada seraya berkata "Setan di sini nggak ngaruh sama gue, palingan mereka yang takut ketemu gue." Suara cekikikan Aji membuat penghuni semakin terusik, sesok bayangan hitam tiba tiba sekelebat mata melintas di depan mereka. Seperti gumpalan awan hitam tapi berbentuk oval lalu bergerak begitu cepat.
"Woy....apaan tuh?" Tidak hanya satu dua orang saja yang melihat kelebatan hitam itu, tapi semua orang melihat.
Rendi mendorong tubuh Aji "Tuh mulut bisa di jaga nggak sih, kita ini lagi terdampar kalau ngomong di jaga napa Ji bisa kan?"
"Maaf deh maaf gue nggak sengaja. Maaf ya tan setan gue tadi cuma bercanda kok" ucap Aji sambil mengatupkan kedua tangan melihat atas. Sesekali ia cengengesan sendiri sesukanya sendiri, tanpa tau jika dunia bukan milik manusia saja, banyak makhluk lagi juga tinggal di dalamnya, hanya saja ada beberapa makhluk yang tidak kasat mata.
Fani tau kedatangan mereka banyak mengusik roh halus penguhuni pulau, sontak saja Fani menenggelamkan wajah di pelukan Surya.
Melihat suasana semakin tidak kondusif membuat mereka harus mencari tempat berteduh sementara "Bro mending kita cari tempat teduh deh malam semakin larut kasihan cewek cewek pasti capek" Ucap Aji.
Mereka sutuju untuk mencari tempat teduh. Tak lama kemudian terdengar lagi suara peluit dengan nyaring "Suara berasal dari sebalah sana..." Aji selaku pemandu paling depan lalu berbelok arah. Terlihat ada jalan setapak yang nampak sering di jamah, membuat mereka saling melempar pandang "Kita ikuti jalan ini"
Mereka mengikuti jalan sampai suatu ketika terlihat ada sebuah gubuk berdiri tegak. Sesampainya di sana suara peluit tadi langsung menghilang "Sayang...." Ketiga temannya sudah berdiri depan pintu kayu yang usang di makan usia. Namun, Fani meraih tangan Surya.
"Kamu tenang saja sayang ada aku di sini" Ucap Surya.
Tak lama kemudian Aji membuka pintu, suara derit pintu seakan membuat buku kudu berdiri. Ketika mereka masuk ke dalam gubuk terlihat ruangan gelap gulita, salah satu dari mereka mengeluarkan pemantik. Kebetulan Rendi membawa pemantik sehabis merokok pagi tadi.
"Coba deh cari siapa tau ada kayu yang bisa kita buat penerangan" Ujar Aji.
Rendi dan Surya mulai mencari hingga mereka menemukai sebuah lencana di dekat pintu. Mereka lalu menyalakan lencana tersebut.
(Kok aneh banget sih di luar nampak usang tapi di dalamnya terasa hangat seperti di huni oleh seseorang. Lagi pula di dalam masih terlihat bersih, meski lantai beralaskan tahan. Di ujung ruangan ada sebuah tikar kecil dan juga bantal terbuat dari daun pandan kering yang di rakit memanjang seperti layaknya sebuah bantal.
"Nak kita tidur pake ini...." tanpa permisi Aji mengambil tikar dan bantal itu.
Mereka berlima lalu duduk di atasnya. Erika terlihat mengusap tangan merasa kedinginan, begitu pula dengan Fani.
Rendi dan Surya memeluk pacar mereka sampai membuat Aji gigit jari "Sialan lo pada gue di jadiin obat nyamuk"
Surya melempar sepatu yang tadi ia kenakan "Berisik lo cumi"
Zrasssss....
Terdengar suara seseorang menyapu "Beb apaan tuh?" Erika menatap Rendi.
"Tenang paling suara ombak" Meski ada rasa takut tapi Mereka berusaha berpikir positif.
Sejak masuk ke dalam rumah Fani banyak diam dan tatapan terlihat kosong, keberaniannya seolah runtuh begitu saja. Ketika melihat Erika tiba tiba saja Fani melihat ada sosok bayangan hitam besar berdiri di belakang Fani. Ia pun menundukkan kepala (Astaga makhluk apa itu?) Meski ia tau sosok hitam bukanlah bayangan melainkan makhluk halus.
"Wah, malam malam gini enaknya main jalangkung pasti seru" Celetuk Aji.
"Wah boleh juga tuh" Sambung Rendi.
"Apaan sih nggak lucu tau" Erika mencubit lengan sang pacar.
"Aduh, duh, sakit beb. Lagian cuma bercanda kali" mencoel dagu gadis cantik di sampingnya.
Zrasssss....
Lagi lagi suara itu terdengar dari dalam. Aji melihat teman temannya ketakutan membuat jiwa sok beraninya langsung bangkit "Nggak usah takut ada gue, biar gue hadapin tuh setan. Kecil kalau cuma ngadepin setan" Menjentikkan jari lalu berjalan ke arah pintu. Dengan ragu ragu ia mulai menyentuh gagang pintu tersebut.
"Loh kan nggak ada, apa gue bilang juga apa, setan itu nggak ada di dunia ini" Sombongnya sembari hendak berbalik.
"Aaaaaaa......" Aji terkejut ketika Rendi berdiri di belakangnya dengan menyorot wajah menggunakan pemantik "Woy....gila lo untung gue nggak jantungan"
Rendi tertawa terbahak bahak "Katanya berani gitu aja kaget"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments