Melihat sosok wanita berkebaya putih tadi menghilang begitu saja, membuat Fani semakin ketakutan. Setelah masuk kadalam gubuk, ia langsung meringkuk dalam pelukan Surya. Baru sekali ini dia menyaksikan penampakan hantu paling jelas, menyerupai manusia. Akan tetapi, sayangnya mereka belum sempat melihat wajah hantu tersebut "Tadi itu apa? Siapa wanita berkebaya putih itu?" Seluruh badan Fani terasa gemetaran sampai keringat dingin membuih perlahan.
Mengeratkan pelukan dengan sesekali membayangkan sosok wanita diluar tadi "Entahlah sayang sekarang aku baru sadar ternyata setan itu benar adanya" Sebelum bertemy dengan makluk gaib itu sendiri maka seseorang tidak mudah mempercayainya, sebab mata belum membuktikan. Pada dasarnya di manapun tempat kita selalu berdampingan dengan makhluk gaib, bahkan Tuhan kita juga Gaib. Meski begitu kita bisa meyakini Tuhan itu ada, begitu pula dengan makhluk gaib.
"Aku tidak mau berlama lama disini, bawa aku pulang, aku takut" Lirih Fani sembari menggenggam erat ujung baju Surya.
"Kita harus tenang, besok kita cari cara supaya bisa keluar dari pulau ini, (Menyentuh wajah Fani) aku berjanji akan membawamu pulang secepatnya" Meski Surya sendiri begitu ketakutan sampai jantungnya berdetak kencang, namun dia tidak boleh terlihat ketakutan dihadapan Fani. Sebagai laki laki tentu saja rasa takut adalah kelemahan, meski rasa takut tidak memihak kepada siapapun.
Surya melihat teman temannya yang sudah tertidur pulas (Aku yakin hantu itu ada kaitannya dengan mitos yang beredar) Mengingat mereka sudah di larang oleh beberapa warga desa untuk tidak datang kepantai setiap hari Selasa Kliwon tapi salah mereka sendiri tak menghiraukan peringatan para warga. Akhirnya mereka terjebak daa pulau asing tersebut "Andai kita mau mendengarkan ucapan para warga pada waktu itu pasti kita tidak akan berada disini"
"Aku juga tidak menyangka peringatan mereka ada benarnya, sayang. Kukira mereka hanya menakut nakuti kita saja, tapi ternyata mereka berkata jujur. Lama lama kalau kita disini bisa bisa kita mati kelaparan dan juga ketakutan....." Menyembunyikan wajah, berusaha memejamkan mata sampai iatertidur di lengan Surya.
Surya masih berusaha mencerna penampakan sosok wanita berkebaya putih tadi, sampai tidak bisa tidur. Melihat Fani tertidur pukas brserta keempat temannya "Kenapa perasaanku semakin tidak enak saja...." Seketika ada Suara suara aneh di luar, yang membuatnya merinding "Suara apa itu?" Lirihnya sembari melihat pintu gubuk. Entah keberanian dari mana sehingga membuat Surya berjalan menuju arah pintu lalu mengintip dari celah kecil (Astaga siapa itu?) Batinnya. Sosok wanita berkrbaya putih dengan sanggul sedikit berantakan berdiri membelakangi Gubuk, aroma semerbak bunga mawar mulai tercium pekat "Bau mawar...." mencari sumber bau sampai mengendus endus bagaikan seekor anjing. Hingga tanpa di sengaja ia melihat ada seunrai bungai wamar dalam genggaman tangan si wanita.
"Penasaran juga seperti apa wajah wanita itu, siapa tau dia manusia" hendak membuka pintu namun tiba tiba si wanita berkebaya tadi menoleh hingga memperlihatkan wajahnya.
Sontak saja Surya berlari ketakutan. Sambil komat kamit membaca doa sebisanya untuk mengusir makhluk gaib. Rasa takut semakin membuatnya kesulitan tidur hingga Surya bersembunyi di balik bajunya sendiri.
Zras.....Zras....Zras.....
Suara sapu lidi terdengar semakin jelas "Tidak, jangan ganggu gue, pergi kamu." Lirih Surya.
Tak berapa lama suara aneh tadi mulai menghilang perlahan.
Keesokan hari kelima orang tadi terbangun "Lho kita di mana ini?" Aji merasa heran melihat sekitar nampak berbeda dari semalam. Seperti mereka sedang berada di tempat asing, jika dilihat lebih detail tempatnya mirip sebuah villa mewah jaman dulu. Firnitur kayu melakat di setiap dindingnya, nuansa clasik dan pencahayaan yang terang "Gue mimpi apa gimana sih...."Mengucek mata berulang kali memastikan apakah semua nyata atau sekedar mimpi. "Ternyata semua nyata...." Saking senang ia membangunkan keempat temannya yang sekarang masih tergeletak di atas kasur empuk. Dalam satu ruangan terdapat dua ranjang bergaya klasik jaman dulu tapi mewah. Ranjang terbuat dari kayu dan kasur empuk dari buah randu "Woy....bangun, kalian semua bangun coba deh kalian lihat kita sedang berada di mana"
Suara keras Aji mebangunkan semua teman temannya "Apaan sih Toge, jam segini sudah berhalusinasi aja...." Ketika mata terbuka tidak hanya Aji saja yang nampak terkejut, mereka pun nampak bingung. Bagaimana bisa mereka berada di tempat sebagus ini padahal jelas sebelumnya mereka berada di gubuk tua.
"Kok kita ada di sini?" Erika bangkit lalu melihat sekitar ruangan, nampak dari dalam ruangan sebuah kolam renang berada dibawah dan mereka tengah berada dilantai dua "Eh serius kita di mana sih? Coba deh Fa lo cubit gue" Menyodorkan tangan kepada Fani "Aw....gila ini nyata lho" Ekspresi wajah senang Erika terpancar jelas.
Fani beserta yang lain masih belum mencerna tentang semua hal secara tiba tiba tersebut, majic pun tidak akan mengubah gubuk tua menjadi sebuah istana megah dalam semalam.
"Nggak lucu ini pasti kita teejebak dalam dimensi lain" Tutur Fani.
Surya menepuk pundak sang pacar "Sudahlah jangan banyak pikir, minding kita nikmati saja dari pada harus hidup didalam hutam seeprti kemarin, mending di sini enak nyaman ada kipas anginnya pula" Menghempaskan badan di atas ranjang sampai badan terhuncang berulang kali.
"Tapi semua terasa aneh sayang, mana mungkin kita....."
"Alah lo itu bisa nggak sih dikit dikit jangan bawa mistis, siapa tau Tuhan memindahkan kira ketempat nyaman ini supaya kita hidup enak" Sambung surya memutus ucapan Fani.
Tok, tok, tok....
Mereks berlima saling melempar pandang "Lo aja yang buka gue ma ogah...." Ucap Rendi sembari duduk pada tepi ranjang tepat disamping Surya. Fani dan Erika juga tidak mau membuka pintu, dan terpaksa Aji membuka pintu kayu tersebut.
"Astaga....siapa kamu?" Aji terkejut meluhat sosok laki laki pucat tinggi besar sudah berdiri tepat di depan mata. Tatapan laki laki tadi nampak kosong dan bibirnya terlihat pucat pasih, seperti kurang darah. Badannya terlihat putih tapi tidak selayaknya putih pada umumnya.
Laki laki tanpa ekspesi tadi langsung menatap Aji dengan tatapan tajam "Sudah waktunya makan" ucapnya lalu pergi.
Mereka semua masih bingung siapa laki laki tadi "Dari pada kita penasaran lebih baik kita keluar saja, siapa tau diluar mamang ada makanan lezat, gua udah laper banget" sambil mengusap perut. Dengan ragu mereka mengikuti laki laki tinggi besar yang belum mereka ketahui siapa.
Setelah beberapa saat kemudian sampailah mereka pada ruang utama yang teletak di lantai bawah. Mereka melihat ada banyak makanan lezat tersaji diatas meja makan.
"Wah....kebetulan banget perut gue keroncongan dari tadi, surbu deh" Tanpa basa basi Aji langsung mengambil posisi lalu memakan makanan "Wau...ayamnya enak banget"
Melihat makanan begitu banyak membuat Rendi dam surya mengambil makanan "Woy ciwi ciwi sini makan, ayamnya enak lho cobain deh" Ucap Aji dengan mulut penuh makanan.
Erika menatap Fani "Dari pada kira mati kelaparan mending kita ikut makan yuk Fan..." Ajak Erika.
Sebenarnya Fani tidak mau memakan makanan itu tapi atas paksaan Erika dia pun iku makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments