Draft

Ketika malam tiba, Fani ingin buang air kecil, ia mencoba membangunkan Surya untuk menemaninya akan tetapi Surya tidak mau bangun, suara suara aneh membuatnya merinding . Malam mulai larut diluar nampak begitu hening, terkadang pula terdengar suara langkah kaki, dan berbarapa kali siulan. Meski begitu yang namanya ingin buang air rasa takutpun ia kesampingkan dari pada harus ngompol. "Paling itu suara burung" Berusaha menenangkan diri sendiri atas rasa takut berlebih.

Saking tidak tahan akhirnya Fani menghampiri Erika lalu menghuyung tubuhnya perlahan "Er....bangun temenin gue buang air kecil yuk" Melihat sekeliling ruangan nampak begitu seram dengan cahaya remang remang dari lentera membuat buku kudu berdiri. Terkadang pula tercium bau orang memasak, seperti bau bawang. Namun, mana mungkin ada orang masak di tengah malam seperti ini, bahkan di pulau terpencil seperti ini.

"Aduh gimana ini aku nggak tahan lagi...." Menghuyung kencang tubuh sahabatnya supaya dia lekas membuka mata. Tatapan tak lepas dari setiap sudut ruangan, ia merasa ada sosok tengaj mengintainya sedari tadi.

"Erika, please bangun...."

Perlahan Erika membuka mata, cahya lentera membuatnya harus berulang kali mengerjapkan mata. Antara mimpi atau nyata, nyawa seolah belum terkumpul hingga ia menepuk kedua pipinye sendiri "Apaan sih gue masih ngantuk, Fani" Dengan nada malas lalu hendak memejamkan mata lagi.

Fani yang sudah tidak tahan lagi lalu menyeret paksa Erika sehingga mata yang tadinya sepat menjadi terbelalak "Aduh nggak usah pake narik narik gitu napa sih, sabar bisa nggak?" Kesal Erika.

Fani langsung membuka pintu lalu berlari kecil lebih dulu "Gue udah nggak tahan lagi...." Di sekitar gubuk tidak jauh ada semak belukar, Fani langsung saja menuju ke tempat tersebut.

Erika menunggu "Buruan woy gue ngantuk berat"

"Iya, bentar" Usai buang air kecil, Fani lalu kembali. Namun, langkahnya terhenti ketika tanpa sengaja ia melihat dibelakang Erika ada bayangan hitam tadi "Erika si belakang lo ada...." Fani bergerak mundur sembil gemetaran.

Erika berbalik dan dia tidak mendapati apapun "Nggak ada apa apa kok, sudahlah jangan nakut nakutin gue, mending kita masuk yuk udah ngantuk berat nih" Sambil menguap Erika meminta Fani kembali ke dalam gubuk tersebut.

Fani merasa heran kenapa bayangan tadi sudah tidak ada dibelakang Erika (Ya Tuhan tadi itu apa? Atau hanya perasaanku saja) Fani menampik rasa takutnya lalu buru buru masuk ke dalam gubuk.

"Erika....lo jangan tidur dulu gue nggak bisa merem nih, temenin gue ya"

(Dasar Fani penakut) Gerutu Erika.

Melihat Erika hanya terdiam dengan wajah kesal, Fani segera melingkarkan tangan si lengan Sahabatnya "Kita kan sahabatan dari kecil masa sih lo tega lihat gue ketakutan"

Suara Fani sontak membangunkan Surya yang saat itu terbangun "Sayang, ada apa?"

Fani langsung berpindah posisi dengan menggelendot pada pacarnya "Aku takut besok kita pulang ya" Manja si gadis kecil nan cantik itu.

Sejak dulu Surya sudah tau jika pacarnya memanglah seorang penakut, meski tau begitu yang namanya takut bisa apa. Kalau maslaah takut sudah nggak ada lawan, mau di apain aja tetap masih takut.

"Tuh uruain cewek lo gue mau tidur, temenin dia sampai pagi juga boleh kok" Memposisikan badan tidur dekat Rendi.

Kini tinggal mereka berdua. Surya mulai terpikir sesuatu, ia berbisik pada Fani "Mumpung mereka tidur bagaimana kalau kita...." Dari senyum Surya jelas ada maksud di balik itu. Benerapa bulan lalu Fani menjanjikan hal kepada Surya atas mahkotanya. Saat itu Fani belum berani karena masih sekolah dan menjanjikan ketika lulus sekolah ia akan menyerahkan mahkotanya kepada Surya sebagai tanda cinta.

Terkadang para remaja lupa apa yang di sebut cinta justru akan membawanya menuju jurang derita. Cinta tidak dilandasi hawa hafsu, kalaupun begitu artinya kalian tertipu, karena sejatinya Cinta itu mindungi bukan merusak. Contannya saja kita memiliki tanaman dan setiap hari kita merawatnya dengan baik, bukan malah membiarkannya rusak perlahan.

"Tapi...." Fani masih ragu harus memenuhi janjinya dulu "Aku takut nanti...." Belum sempat melanjutkan ucapan tiba tiba saja Surya membungkam mulutnya menggunakan jari telunjuk "Sstttt....pelankan suaramu. Ingat janji di bawa mati harus ditepati" Antara memaksa dan terpaksa, akhirnya Fani mau menuruti permintaan Surya.

"Kalau gitu kita main di luar takut mereka melihat" Mereka keluar dengan sangat berhati hati. Tak jauh dari sana mereka duduk di bawah pohon besar. "Aku sudah menantikan ini sejak lama sayang...." Menciumi tiap inci tangan sang kekasih sampai kecupan menjalar ke leher jenjang Fani. Sapuan lidah Surya membuat Fani menggelinjang tidak karuan. Deru nafas mulai tak beraturan di iringi dengan pergerakan Surya.

"Janji tidak akan sakit kok sayang...." Merebahkan badan Fani di atas semak semak.

Dengan terpaksa Fani menuruti hasrat bercinta Surya. Mereka berpacu dengan nafas menderu dan keringat mengucur deras. Di bawah angin malam kedua insan saling berpacu dalam asmara.

"Terima kasih sayangku..." Ucap Surya sembari kembali memakai baju. Entah berapa kali mereka malakukan ritual malam yang pasti membuat Fani kesulitan berjalan, di tambah lagi bari kali pertama ia melakukan hal itu.

Fani tersenyum tipis dengan menahan perih pada pangkal pahanya. (Kata Erika nggak sakit tapi kok aku ngerasa sakit banget ya) Pikir Fani.

"Yuk kita balik ke tempat tadi..." Ajak Surya sembari mengulurkan tangan.

Mereka lalu kembali kedalam gubuk, namun ketika sampai depan gubuk tersebut nampak ada sesosok wanita berkebaya putih tengah berdiri membelakangi mereka.

Sontak saja Fani ketakutan dan langsung bersembunyi di balik badan Surya "Sayang jangan takut ada aku di sini" Sembari menelan salivanya sendiri, perlahan langkah kaki Surya mendekat. Fani mengcengkeram baju belakang Surya saking takutnya. Setelah tinggal beberapa langkah Surya memutuskan bertanya terlebih dahulu "Woy....siapa lo jangan nakut nakutin kita nggak takut sama lo"

Click...

Suara seperti orang menginjak renting pohon, membuat Surya dan Fani menoleh kebelakang "Aku takut....." Jerit Fani mulai membuat jantung berdebar debar. Dan ketika mereka meliaht pada sosok wanita tadi ternyata sudah tidak ada.

"Sayang ayo kita masuk" Surya berlari masuk sembari menggandeng tangan sang pacar. Mereka kemudian menutup pintu dengan nafas tersengal sengal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!