Sugar Daddy-ku Abdi Negara

Sugar Daddy-ku Abdi Negara

Kanaya Kecil

Kanaya namanya, seorang gadis beranjak remaja yang ditinggalkan ibunya pergi untuk selamanya, sejak ia duduk dibangku TK B.

Ia hidup bertiga dengan ayah, dan kakak nya yang menjadi janda di usia belia.

Kakak Kanaya bernama Citra, menikah saat ia masih duduk dibangku kelas 8. Ia menikah muda karena ia salah pergaulan.

Citra menikah sembilan tahun yang lalu, sebelum Bu Mirna meninggal. Namun pernikahan itu hanya seumur jagung, karena masih sama-sama dibawah umur antara citra dan suaminya. Jadi masih belum bisa mengendalikan ego nya masing-masing. Suami Citra waktu itu juga masih pengangguran.

Setelah perceraian Citra, keadaan Bu Mirna semakin kritis. Semangat untuk hidupnya melemah, karena beban pikiran tentang anak sulungnya yang membuat ia semakin drop.

Penyakit nya terus menggerogoti tubuh Bu Mirna sehingga nyawanya tak tertolong lagi. Sempat seminggu Bu Mirna koma sebelum akhirnya ia meninggal kan anak-anak dan suaminya untuk selama-lamanya.

Setelah kematian Bu Mirna, mereka bertiga tinggal bersama. Suami Bu Mirna yang bernama pak Jaka meneruskan usaha yang ia bangun bersama Bu Mirna yaitu jual nasi pecel didepan rumahnya.

Sebelum Bu Mirna meninggal warung itu sangat ramai pengunjung karena memang masakan Bu Mirna rasanya enak dan ada khas tersendiri dari warung-warung yang lain.

Pak Jaka pun mengelola warung itu sendiri bersama ke dua karyawan nya yang memang sudah bekerja sebelum Bu Mirna meninggal.

Sedangkan anak sulung pak Jaka yaitu Citra tak mau ikut mengelola warung itu karena ia merasa malu dan gengsi. Akhirnya Citra pergi merantau ke ibukota ikut sepupunya yang sudah bertahun-tahun hidup dan kerja di ibukota.

Pak Jaka dirumah berdua dengan gadis kecil yang cantik yaitu Kanaya. Kanaya berbeda sekali dengan kakak nya. Ia sangat menyayangi bapak nya. Dan dia termasuk gadis kecil yang ringan tangan.

Diusia nya yang terbilang masih anak-anak Kanaya sudah bisa membantu bapak nya dengan mencuci baju nya sendiri.

Waktu pun terus berjalan gadis kecil itu sudah beranjak dewasa. Seiring berjalannya waktu warung nasi yang di kelola pak Jaka semakin hari semakin sepi.

Sehingga satu persatu karyawan pak Jaka di istirahat kan, karena hasil dari warung tak cukup untuk membayar dua karyawan nya itu.

Namun warung pak Jaka masih buka, walaupun yang dijual hanya seadanya. Karena modal terpakai untuk biaya makan sehari-hari.

Kehidupan Kanaya jauh dari kata mewah, baju yang ia pakai setiap hari adalah pemberian dari sisa-sisa sepupunya. Sedangkan Citra yang saat itu kerja di ibukota tak pernah mempedulikan adik perempuan satu-satunya. Ia bekerja untuk kesenangan nya sendiri.

Kini Kanaya sudah kelas 6, sebentar lagi ia masuk SMP. Namun pak Jaka tak punya biaya untuk menyekolahkan anak bungsu nya itu.

"Pak, ibu guru tanya. Naya mau melanjutkan sekolah dimana." ucap Naya ke bapaknya.

Pak Jaka pun bingung harus menjawab apa. Selain tak ada biaya untuk Naya sekolah, ia juga tak punya kendaraan untuk mengantar jemput Naya sekolah.

Karena jarak rumah Naya dan sekolahan sangat jauh. Dan harus ditempuh dengan sepeda motor.

"Nay, bapak tak ada uang untuk beli motor. Kamu mau naik apa kalau sekolah? sedangkan jarak rumah ke sekolah SMP yang ada di desa ini kan lumayan jauh" Jawab pak Jaka.

"Terus Nay harus gimana pak?," tanya Naya sambil memakai sepatu nya.

"Gimana kalau Nay tidak melanjutkan sekolah? Naya meneruskan usaha warung makan ini aja. Biar bapak pergi merantau, agar bapak bisa membelikan apa yang Nay mau." Bujuk pak Jaka pada Kanaya.

"Tapi pak...," Kanaya diam dan menundukkan kepala nya.

"Gimana nanti Naya ngomong sama Bu guru, pak?," lanjut Kanaya dengan menatap wajah pak Jaka yang lesu.

"Seandainya kakakmu mau membantu membiayai kamu sekolah, Nay. Mungkin bapak tidak akan bingung seperti ini," ucap pak Jaka dalam hati.

Lalu Naya berpamitan untuk pergi ke sekolah, karena Naya takut terlambat sampai di sekolah nya

Pak Jaka melakukan rutinitas yaitu membuka warung nasi nya. Walaupun pembeli menurun namun pak Jaka tak pernah patah semangat untuk membukanya.

Ada satu dua pelanggan tetap pak Jaka yang mampir untuk sekedar minum kopi di warungnya. Dan ada satu pelanggan dari dulu dari jaman Bu Mirna masih hidup, pak Anggara namanya. Pak Anggara adalah anggota TNI. Usia pak Anggara lebih tua dari pak Jaka, namun untuk wajah pak Anggara lebih kelihatan muda dari pak Jaka.

"Pak Jaka kopi satu ya," pak Anggara memesan secangkir kopi.

"Iya, pak. Ditunggu ya," pak Jaka berlalu ke dapur untuk membuat kan kopi yang di pesan oleh pak Anggara.

"Kanaya, sekolah pak?," tanya pak Anggara dari dalam warung, karena memang pak Anggara sudah kenal dan tau pada Kanaya mulai ia masih kecil.

"Iya, pak. Baru aja dia berangkat." jawab pak Jaka keluar dari dapur dengan membawa secangkir kopi hitam dan meletakkan didepan pak Anggara yang sedang duduk.

"Darimana pak?," tanya pak Jaka.

"Ini, dari desa sebelah. Mendampingi penyuluhan bantuan untuk warga yang kurang mampu," jawab Pak Anggara selaku Bintara Pembina Desa.

"Ini pak, ada oleh-oleh buat Kanaya. Kemarin dari kota, ada rapat mendadak di batalyon. Trus mampir di toko buku, karena ponakan minta dibelikan buku. Jadi teringat Kanaya, yang sebentar lagi kan ia masuk SMP." Pak Anggara mengulurkan tas kresek dengan sablon nama toko buku yang cukup terkenal di kota itu.

"Pak Anggara repot-repot saja, jadi tidak enak saya, pak. Mulai dari Kanaya kecil, pak Anggara selalu perhatian sama dia, segala kebutuhan nya selalu bapak beri," ucap pak Jaka sambil mengambil kresek yang di ulurkan pak Anggara.

"Tidak apa-apa, pak. Kanaya sudah saya anggap seperti anak saya sendiri." Diusia pak Anggara yang lebih tua dari pak Jaka, dia belum pernah menikah sama sekali sampai saat ini. Entah punya masalah apa tentang masa lalu pak Anggara, sehingga sampai saat ini ia masih membujang di usia yang sudah tidak muda lagi.

"Kenapa wajah pak Jaka keliatan lesu, Pak? pak Jaka ada masalah?," tanya pak Anggara saat melihat wajah pak Jaka seperti banyak beban pikiran.

"Itu tadi, pak. Mengenai soal Kanaya yang akan masuk SMP. Jarak antara rumah dan SMP di desa ini kan lumayan jauh pak, sedangkan saya tak punya kendaraan untuk antar jemput Kanaya nantinya. Mungkin Kanaya tak melanjutkan sekolahnya, pak. Mending dia meneruskan usaha warung ini dan saya mau pergi merantau ke kota untuk mengangkat perekonomian keluarga kami," jawab pak Jaka dengan memijit kedua pelipis nya.

Terpopuler

Comments

Maria_azis

Maria_azis

lanjut

2023-09-24

0

Maria_azis

Maria_azis

sek" aku ijeh memahami, tenangno pikirmu ya Mak 🥱

2023-09-24

0

💦Mak Phi-khun

💦Mak Phi-khun

lo, lak umur 12 tahun??

2023-09-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!