Setelah pulang sekolah, Naya disuruh mampir dulu ke rumah pak Anggara. Karena pak Anggara sudah memasak makanan kesukaan Naya, yaitu ayam goreng dengan sambal terasi.
Pak Anggara adalah anggota TNI, dia belum pernah menikah di usia yang tak lagi muda.
Walau ia tak pernah berkeluarga namun ia sudah mempunyai rumah sendiri. Dan ia tinggali sendiri, karena kedua orang tua nya sudah meninggal saat ia ditugaskan di Papua.
Sedangkan adik lelaki pak Anggara yang beda ibu, dia sudah berkeluarga dang mempunya seorang anak perempuan. Dan adik nya juga sudah mempunyai rumah sendiri. Sehingga ia menolak saat pak Anggara mengajak nya untuk tinggal bersama.
Pak Anggara sangat luwes, karena sudah sering nya mandiri saat di tugaskan di Papua. Pak Anggara sudah lihai untuk hal masak memasak.
Akhirnya terdengar ketukan pintu dari depan, sepertinya Naya datang karena permintaan pak Anggara tadi
Pak Anggara berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Dan benar sekali, ternyata Naya yang datang bersama Sintia teman sekelas nya itu.
Naya dan Sintia dipersilahkan masuk oleh pak Anggara.
"Nay, kalau kamu mau minum, ambil di kulkas. Jangan lupa ambilkan juga Sintia." ucap pak Anggara.
"Iya, pak." Jawab Naya ambil berdiri dan berjalan kearah kulkas yang terletak disamping lemari piring.
Naya sudah tak tahan lagi karena terik sinar matahari membuat kerongkongan nya terasa kering
Minuman teh kemasan kotak berjajar rapi di rak pintu kulkas. Sedangkan minuman yang kemasan botol berjejer rapi di bagian dalam kulkas.
Naya mengambil dua botol minuman isotonik, satu untuk nya dan satu untuk Sintia.
"Ini Sin," Naya menyodorkan sebotol minuman itu.
Sintia pun mengambil nya.
"Makasih, Nay." ucap Sintia yang membuka minuman itu dan segera meneguknya, karena ia sudah tak tahan saking hausnya.
Sedangkan pak Anggara setelah membukakan pintu, ia langsung pergi kedapur untuk menyiapkan makanan yang sudah ia janjikan pada Naya.
"Dia itu siapa, Nay?," tanya Sintia sambil mengedarkan pandangan nya kesemua ruangan.
Disain interior rumah paka Anggara ini cukup sederhana namun banyak ornamen kuno yang menghias lemari dan dindingnya.
Sedangkan disisi lain dinding rumah pak Anggara ini terdapat satu lukisan besar yaitu seperti gambar ratu yang sangat cantik berpakaian kemben dengan selendang berwarna hijau dan naik kereta diatas laut.
Lukisan itu menambah aura mistis di dalam rumah pak Anggara. Tiba-tiba Sintia bergidik ngeri, sementara Naya sangat menikmati minumannya. Seperti tak ada takut-takut nya.
"Dia itu saudara ku, Sin." Naya menjawab pertanyaan Sintia dengan sangat enteng.
"Nay, Naya... kesini lah. Tolong bantu bapak." pak Anggara teriak memanggil Naya dari dapur.
Naya pun mengajak Sintia untuk ikut dengan nya ke dapur. Namun karena Sintia curiga dan takut terjadi apa-apa didalam, ia menolak ajakan Naya.
Dan Naya pun akhirnya masuk ke dapur pak Anggara seorang diri.
Ternyata Naya di dapur disuruh menggoreng ayam nya, karena pak Anggara kebelet ingin ke toilet.
Karena sangat lama dan Sintia sangat takut sendirian diruang tamu. Akhirnya ia menyusul ke dalam, Sintia berjalan melewati ruang tengah. Ia melihat seragam TNI bertengger di cantolan baju yang berdiri.
Sintia mengerti ternyata pemilik rumah ini adalah seorang TNI. Sintia terus berjalan mengikuti sumber suara yang terdengar seperti orang sedang menggoreng.
Akhirnya Sintia sampai di dapur, dan dia melihat Naya sedang menggoreng ayam. Sedangkan tak terlihat pak Anggara disitu.
"Ke marilah Sin, daripada kamu sendirian di sana," ajak Naya sambil menunjuk arah ruang tamu.
"Bapak-bapak tentara tadi kemana, Nay?," bisik Sintia dengan wajah penasaran.
"Itu namanya pak Anggara Sin, kamu nggak usah takut. Karena beliau orang baik kok." Naya menjelaskan pada Sintia.
"Dan dia sekarang ada di," lanjut Naya sambil menunjuk arah toilet yang berada disamping dapur.
Seketika Sintia menutup mulut nya, takut pembicaraan nya tadi didengar oleh pak tentara itu.
Naya pun akhirnya selesai menggoreng ayam, sekarang tinggal membuat sambal terasi nya. Kali ini Naya yang meracik sendiri sambal terasi nya.
Setelah selesai, Naya langsung menatanya di meja makan. Dan terlihat pak Anggara keluar dari toilet.
"Bau nya sangat menggugah selera, nay." ucap pak Anggara sambil menghirup udara yang ada di dapur nya itu.
"Perut bapak makin keroncongan." lanjut pak Anggara sambil mengelus perutnya.
Mereka bertiga akhirnya makan bersama, Naya dan Sintia makan sangat lahap. Karena mereka berdua sudah sangat lapar.
Setelah selesai, pak anggara melarang mereka berdua untuk pulang. Ia ingin membelikan sesuatu pada mereka.
Lalu pak anggara mengeluarkan motor bebek nya, dan menyuruh mereka berdua naik di atas motor itu. Dan berada di belakang tubuh pak Anggara.
"Kita berdua naik disini, pak?, " tanya Naya ragu. Karena selama hidupnya ia tak pernah berboncengan dengan orang lain. Kecuali dengan pak Jaka bapak nya dan Jamal yang sudah dianggap seperti abangnya sendiri.
.
Dan pak Anggara mengangguk, itu artinya yang dibilang Naya itu benar.
"kita berdua, pak?." Tanya Sintia dengan rasa takut.
"Iya, kalian berdua naik disini." pak Anggara menunjuk jok belakang motornya.
Akhirnya mereka berdua naik keatas motor itu. Untuk saja kedua remaja ini memakai dalaman celana panjang. Jadi mereka tak sulit untuk duduk mengangkang di atas motor pak Anggara.
Pak Anggara membawa mereka pergi ke indo april, mereka berdua disuruh berbelanja sesuai dengan keinginannya.
Naya dan Sintia sangat senang, karena baru kali ini mereka membeli jajan di mall. Iya, mereka menyebut indo april adalah mall.
Karena untuk berbelanja mereka mengambil sendiri, tak seperti di warung punya mpok leha samping rumah Naya. Beli apa-apa harus diambilkan dan tak boleh ambil sendiri, karena ia takut barang dagangannya di kutil oleh orang lain.
Setelah belanjaan yang sudah penuh satu keranjang untuk dua orang, pak Anggara mengajak mereka berdua ke kasir untuk membayar nya.
"Semuanya berapa, mbak?," tanya pak Anggara pada penjaga kasir indo april.
"Semuanya dua ratus empat puluh sembilan ribu lima ratus." Jawab karyawan yang saat ini sedang berada di meja kasir.
Naya dan Sintia saat mendengar nominal yang disebut oleh kasir tadi membuat mereka berdua langsung melongo.
Karena ia tak pernah menyangka, untuk membeli jajan saja sudah menghabiskan uang segitu banyak nya.
Naya sendiri untuk membeli jajanan di warung mpok leha mentok lima ribu aja. Itu sudah untuk sehari, kalau uang itu habis di pagi hari, Siap-siap Naya malam nya sudah tak bisa membeli jajan lagi.
Pak Anggara langsung mengeluarkan uang Lima lembar dengan nominal uang lima puluh ribuan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Utiyem
aduh pak, masak bonceng tiga kaya cabe cabean🤣🤣🤣🤣
2023-09-17
0
Chiisan kasih
hahaha lama lama setelah indo april indo mei,,, indomie seleraku sekalian ya tor
2023-05-29
0
Erna Fadhilah
biasanya indo mart ini indo april🤭🤭author tu ya 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-05-16
0