Matahari yang cerah, embun yang menetes dari dedaunan ditambah dengan kicauan burung yang bersahutan membuat pagi ini sangat indah.
Naya membuka jendela untuk mengganti sirkulasi udara dalam kamar nya.
Setiap pagi ia melakukan rutinitasnya. Setelah selesai semuanya Naya langsung berangkat sekolah.
"Gimana, bapak sudah telepon mbak Citra?," tanya Naya sambil mengikat tali sepatu nya.
"Kemarin bapak sudah mencoba menghubungi mbak mu, Nay. Tapi tidak bisa, mungkin nomernya ganti, Nay," terlihat ada ke putus asa an pada wajah lelaki yang berumur itu.
"Tapi kemarin bapak sudah coba tanya Jamal, siapa tau mereka saling bertukar kabar. Namun sayang, Jamal juga tidak tahu nomer mbak mu yang baru. Tapi Jamal berjanji mau di lihat kan sebooknya, apa itu namanya Nay? sebook, sebook entahlah bapak tidak tahu namanya, pokoknya tempat nya di hp dan biasanya ada foto-fotonya gitu, kata jamal," pak Jaka mencoba mengeja apa yang dikatakan Jamal kemarin.
"Itu namanya Facebook, pak." Naya menjelaskan dengan tersenyum lebar. Lucu kala Naya mendengar dan melihat ekspresi bapaknya yang mengingat-ingat kata Facebook.
"Nah, itu yang di katakan Jamal kemarin," lalu keduanya saling tertawa. Terlihat kedua generasi beda usia itu sangat bahagia di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
Naya berpamitan kepada bapak nya, untuk berangkat sekolah.
Pak Jaka membuka warungnya, ada harapan besar pagi ini pada warung itu.
Seperti biasa ia duduk didepan warung dengan sesekali menyesap rokok dan menghembuskan nya lewat lubang hidungnya.
"Tumben jam segini Jamal belum datang?," gumam pak Jaka sambil menyeruput kopi hitam nya.
Ia penasaran dengan kabar yang diperoleh Jamal tentang Citra anak sulung nya itu.
Namun sudah agak siang Jamal juga belum muncul.
"Mungkin ojek nya sedang ramai," gumam pak Jaka sendiri.
Lalu ada motor matic yang di parkir di depan warung, tapi wajah pengendaranya tak terlihat. Karena dia memakai helm teropong yang berkaca gelap.
Tapi diketahui dari pakaiannya ia seorang abdi negara. Iya, dia adalah seorang satuan TNI.
Pak Jaka bergegas berdiri dari duduknya, berancang-ancang masuk kedalam warung. Siapa tau pak TNI itu mau pesan makan.
Namun langkah itu diurungkan, karena saat helm teropong di buka. Ternyata dia adalah pak Anggara.
"Oalah pak Anggara ternyata?," ucap pak Jaka. " Tak kira siapa, pak. Motor nya ganti ya pak?," tanya pak Jaka, karena bukan motor yang biasa nya yang di pakai pak Anggara.
Belum sempat pak Anggara menjawab pertanyaan pak Jaka. Tiba-tiba ada satu anggota TNI yang pakaian lengkap seperti pak Anggara membawa motor pak Anggara.
"Masuk sini, Bay. Sarapan dulu." ajak pak Anggara pada teman nya itu. Teman pak Anggara ini terlihat lebih mudah jauh dari pak Anggara. Lebih pantas disebut anak pak Anggara.
Bayu pun masuk, dan duduk dibangku panjang yang di depan nya ada meja buat makan.
"Kamu mau sarapan apa, Bayu?," tanya pak Anggara.
"Apa saja, pak," jawab Bayu dengan tegas.
"Pak Jaka nasi pecel dua dan teh hangat nya juga dua," pak Anggara memesan sarapan untuk dirinya dan teman nya.
"Baik, pak." Jawab pak Jaka.
Pak Jaka pun membawa sesuai pesanan pak Anggara, dan meletakkan di depan masing-masing.
Saat pak Jaka meletakkan piring yang ber isi nasi pecel di depan Bayu. Pak Jaka di buat kagum oleh pesona Bayu.
Karena Bayu terlihat sangat gagah dan tampan, postur tubuhnya sangat bagus, sangat pantas menjadi anggota TNI.
"Pasti Bayu bangga mempunyai orang tua yang bisa menyekolahkannya sampai ia menjadi anggota TNI," gumam pak Jaka dalam hati sambil terus menatap Bayu.
Sampai Bayu yang melihat pak Jaka, jadi bingung sendiri.
"Pak, Pak? Bapak tidak apa-apa?," tanya Bayu.
Dan pak Jaka masih belum merespon apa yang dikatakan Bayu.
Pak Anggara yang melihat itu pun langsung bertindak. Pak Anggara langsung memegangi pundak pak Jaka, sambil di goyang-goyang.
Lalu pak Jaka tersadar dari lamunannya.
"Mmm...maafkan aku, pak." pak Jaka meminta maaf.
"Tidak apa-apa, pak. Apa ada yang salah di wajahku?," tanya Bayu sambil menunjuk muka nya sendiri dengan jari telunjuk nya.
"Tidak ada yang salah nak Bayu. Bapak hanya bangga melihat anak tampan, gagah sopan dan anggota TNI seperti nak Bayu. Pasti kedua orang tua nak Bayu bangga melihat nak Bayu." ucap pak Jaka.
"Seandainya aku juga bisa menyekolahkan anak-anak ku sampai tinggi, mungkin mereka akan bangga padaku," lanjut pak Jaka dengan mata berkaca-kaca.
"Sabar ya, pak." Hanya itu yang bisa di ucapkan Bayu. Karena bayi termasuk tipe pendiam yang tak punya banyak kosakata di otak nya.
Lalu mereka berdua pun melanjutkan sarapannya, terlihat kedua anggota TNI itu lahap memakan nya sampai tak tersisa nasi sedikit pun.
"Berapa semua nya, pak Jaka?," tanya pak Anggara.
"Gratis, pak." Jawab pak Jaka.
"Loh kok gratis," ucap Bayu reflek.
"Tidak apa-apa pak Anggara, ini tidak ada artinya apa-apa dibanding dengan kebaikan bapak selama ini kepada Naya anak saya." Tolak pak Jaka saat pak Anggara menyodorkan uang.
Namun pak Anggara sangat mengerti dengan keadaan keuangan pak Jaka saat ini. Ia selipkan uang itu di bawah piring kotor sisa pak Anggara makan.
Pak Anggara keluar dari warung dan menuju motor matic yang ia parkir di depan warung pak Jaka.
Dan pak Jaka mengikuti pak Anggara dari belakang. Untuk memberi penghormatan terimakasih kepada pak Anggara.
Saat mereka sedang ada diluar, tiba-tiba Naya pulang sekolah dengan jalan kaki. Memang setiap harinya Naya pulang dan pergi ke sekolah dengan jalan kaki.
"Assalamualaikum," ucap Naya memberi salam. Lalu Naya bersalaman satu persatu. Pada semua orang yang ada di situ termasuk pak Anggara dan Bayu.
"Sudah pulang Nay?," tanya pak Anggara.
"Iya pak, gurunya rapat jadi pulang cepat." ucap Naya dengan mencopot tali sepatu.
"Oh ya pak Jaka, kebetulan Naya sudah datang. Saya kesini membawakan sepeda buat Naya. Biar bisa buat sekolah. Jadi Naya, kamu harus tetap melanjutkan sekolah ya?," ucap pak Anggara dengan melihat Naya.
"Tapi, pak? Apa ini tidak berlebihan?," tanya Naya tidak enak hati.
"Bapak terlalu baik pada Naya, Naya takut tidak bisa membalas semua kebaikan bapak." lanjut Naya.
Pak Anggara kasian melihat hidup Naya yang serba kekurangan dari ia kecil dan Naya tak pernah merasakan rasanya kasih sayang seseorang ibu. Itu lah yang saat ini membuat pak Anggara terketuk jiwa nya untuk selalu membantu Naya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Maria_azis
ibu Persit sugar baby 😅😁😬
2023-09-24
0
Marchel
Dari kasian nanti turun ke hatiiii ♥️🤭
2023-09-20
0
Marchel
Sebook?? ko aku malah mikirnya cebook🤭
2023-09-20
0