"Pak anggara itu baik ya, pak?," ucap Naya pada bapak nya.
"Iya, nay. Sekarang kamu harus sekolah yang pintar, nanti kalau kamu sudah sukses kamu harus balas budi sama pak Anggara," ucap pak Jaka pada Naya. Pak jaka ingin Naya nanti nya tak lupa akan semua kebaikan pak Anggara.
"Iya, pak. Naya akan belajar dan bersekolah sampai Naya menjadi seorang yang sukses. Agar Naya bisa membahagiakan bapak dan bisa membalas semua kebaikan pak Anggara," ucap Naya dengan semangat diiring senyum yang manis dari wajah cantik nya.
Hari ini hari pertama Naya masuk SMP, dia gadis desa yang lugu. Ia yang sudah bisa naik motor mulai kelas lima SD itu, membuat pak Jaka tega membiarkan Naya berangkat sekolah sendiri dengan motor pembelian pak Jaka.
Teman saja ia tak punya, tapi dia termasuk gadis yang ceria dan mudah berbaur. Sehingga mencari teman baru itu sangat muda baginya.
Buat Naya saat ini adalah pak Anggoro adalah dewa penolong bagi nya. Karena dia lah Naya bisa seperti teman-teman nya yang lain. Naya sangat bahagia karena akhirnya ia bisa merasakan menimba ilmu dibangku SMP. Yang sempat akan terputus karena terbentur dengan masalah biaya.
Pulang sekolah Naya menceritakan semua pengalaman pertama nya masuk sekolah kepada bapak nya.
Tersirat perasaan bahagia diwajah pak Jaka, saat mendengar putri kecil nya bercerita.
Sore itu pak Anggara seperti biasa mampir ke warung pak Jaka untuk sekedar meminum kopi setah dinas di desa sebelah desanya pak Jaka.
"Baru pulang, pak?," tanya pak Jaka pada pak Anggara yang masih memakai seragam loreng itu.
"Iya pak, kopi satu ya," pak Anggara duduk dibangku panjang yang terbuat dari kayu.
Pak Jaka langsung meracik kopi hitam favorit pak Anggara.
"Oya,, ini pak, buat Naya." pak Anggara menyodorkan kresek berwarna putih yang berisi sebungkus bakso.
"Terimakasih pak," ucap pak Jaka kepada pak Anggara sambil mengambil kresek yang berwarna putih itu, setelah ia menaruh cangkir yang berisi kopi dimeja depan pak Anggara duduk.
"Nay.. Naya..." Panggil pak Jaka pada Naya yang sedang ada dikamar nya.
"Iya, pak. Ada apa?," Naya keluar dari kamar nya dengan memakai hotpant dan kaos oblong.
Pak Jaka memberikan kresek itu pada Naya.
"Makasih pak Anggara untuk oleh-olehnya," ucap Naya lalu ia duduk disamping pak Jaka ayahnya.
"Gimana sekolah nya hari ini, Nay?," tanya pak Anggara dengan menyeruput kopi hitam favorit nya.
"Alhamdulillah lancar, pak. Dan Naya disana sudah banyak teman. Guru-guru nya juga baik-baik," Naya bercerita kepada pak Anggara.
"Kalau kamu butuh apa-apa, nanti kamu bilang saja sama bapak. Sini bapak minta nomer handphone mu?!," Pak Anggara mengeluarkan handphone dari saku yang berada di dadanya.
"Naya nggak punya handphone, pak." Naya menundukkan kepalanya.
"oke, inshaallah bulan depan bapak akan membelikan mu handphone." Pak Anggara mengeluarkan satu handphone nya dan menyodorkan pada Naya.
"Untuk sementara pakailah handphone ini," ucap pak Anggara.
Naya pun menerima nya dengan senang hati, sekarang ia bisa bergaya seperti teman-teman nya yang lain.
"Terimakasih ya pak," ucap Naya.
Lalu Naya disuruh masuk oleh pak Anggara, karena saat ini diwarungnya banyak tukang ojek yang sedang menunggu penumpang sembari meminum kopi.
Naya pun masuk dengan membawa bungkusan di kresek dan handphone pemberian sementara dari pak Anggara.
Hati Naya sangat bahagia karena besok ia bisa seperti teman-teman nya yang lain, pergi ke sekolah naik motor sambil bawa hp.
Keesokan harinya Naya pergi ke sekolah dengan perasaan yang penuh semangat. Memang dasar wajah Naya sudah cantik, cukup dipoles dengan bedak padat untuk remaja dan memakai lipbalm. Wajah Naya sudah kelihatan tambah cantik tapi tetap terkesan natural.
Lalu ia pamit pada Pak Jaka yang duduk didepan warung nya, ternyata warungnya sudah di buka lebih awal oleh pak Jaka.
"Pak Naya berangkat sekolah dulu ya," pamit Naya pada bapak nya yang sedang duduk menemani Jamal yang sedang ngopi di warung nya.
"Tumben bang Jamal sepagi ini sudah narik?," tanya Jamal yang sedang menunggu penumpang ojeknya.
"Namanya juga cari rejeki Nay, ya memang harus pagi-pagi banget biar nggak keduluan ayam," jawab Jamal sambil tertawa lebar.
"Ala.... biasanya juga siang," Naya lalu beranjak ke motor yang sudah diparkir di halaman.
"Cie yang sudah punya motor baru...," goda Jamal.
"Iya donk, Naya sekarang nggak usah naik ojeknya bang Jamal," lalu Naya menjalankan motor nya.
****
Disekolah Naya memarkir motor nya, lalu ia berjalan kearah kelas nya bersama dengan Sintia.
"Sekarang kamu sudah punya motor ya, Nay?," tanya Sintia.
"Iya donk, biar makin semangat sekolahnya," jawab Naya.
Lalu dengan sengaja Naya mengeluarkan hp nya dari saku baju nya.
"Wah, hp baru ya Nay?," tanya Sintia pada Naya saat memamerkan hp nya.
"Iya donk," jawab Naya dengan bangga memamerkan hp pemberian pak Anggara.
"Enak ya Nay jadi kamu, kamu selalu diberi fasilitas baik dari bapak mu?," ucap Sintia pada Naya.
"Sedangkan aku, mau minta tas sekolah saja aku tak tega. Karena uang hasil buruh di sawah hanya cukup untuk dimakan sehari-hari," lanjut Sintia secara tidak langsung mencurahkan isi hati nya.
"Uda, jangan bersedih. Kamu bisa sekolah saja itu sudah Alhamdulillah. Yuk kita masuk ke kelas," ajak Naya.
Naya dan Sintia pun akhirnya masuk kelas, mereka berdua duduk satu bangku.
Saat bel istirahat berbunyi, semua murid berhamburan keluar untuk pergi ke kantin atau hanya sekedar keluar dari kelas untuk mencari angin.
"Yuk Sin, kita ke kantin. Aku lapar nih," ajak Naya sambil mengelus perut nya.
"Kamu pergi sendiri aja Nay, aku tak punya uang." jawab Sintia.
"Ya Uda biar aku yang bayarin kamu," Naya menarik tangan Sintia, akhirnya Sintia pun mengikuti langkah Naya menuju kantin sekolah.
"Nay, kamu banyak uang ya?, Makasih udah traktir aku," ucap Sintia.
"Hehehe iya donk," jawab Naya dengan bangganya.
Entah kenapa seiring berjalannya waktu, Naya semakin suka memamerkan yang ia punya. Sikap rendah hati yang ia punya dulu seakan terkikis dengan semua pencapaian nya saat ini.
Bukan hasil dari jerih payahnya namun dari belas kasihan orang dermawan kepada nya.
"Nay, belajar yang giat ya. Nanti bapak akan memberi kamu uang saku," pesan singkat dari pak Anggoro telah dibaca oleh Naya.
Naya pun langsung tersenyum bahagia saat membaca pesan itu.
"Ada apa, Nay? kok keliatan nya kamu bahagia banget?," tanya Sinta yang melihat senyum dibibir merah milik Naya.
" Oh... enggak ada apa-apa kok," jawab Naya dengan senyum yang masih terukir diwajah cantiknya.
Mereka berdua melanjutkan memakan bakso yang ia pesan dikantin sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Utiyem
hummm gejolak remaja. ingin diakui dan ingin jadi yang terhebat. masa muda dengan darah mendidih dimulai. hebat thor tulisanmu natural sekali. apa lagi lintingan tembakau pak jaka.
2023-09-17
1
Chiisan kasih
waduh, nay jangan sombong ya🤭
2023-05-26
0
Erna Fadhilah
nah naya jadi sugar babynya pak agung
2023-05-16
0