Berapa hari pak Anggara tak ada mampir ke warung pak Jaka. Padahal kedatang pak Anggara adalah pemasukan yang pasti bagi pak Jaka.
Malam ini Naya sedang mengerjakan tugas sekolah nya, dan pak Jaka lupa memberikan bungkusan dari pak Anggara.
"Nay, lagi apa kamu nak?," pak Jaka duduk disamping Naya yang sedang menulis.
"Lagi bikin PR, pak." Naya mengangkat kepala nya melihat bapaknya yang sedang berdiri di depan nya.
"Itu apa, pak," Naya menunjuk tas kresek yang di bawa pak Jaka.
"Ini ada oleh-oleh dari pak Anggara, jangan lupa kalau beliau kesini bilang terimakasih ya, Nay." Pak Jaka menyodorkan tas kresek itu. Pak Jaka selalu mengajari Naya sopan santun. Karena ia takut salah mendidik Naya seperti Citra kakaknya.
Lalu Naya mengambil bungkusan itu.
"ini apa isi nya ya, pak?," tanya Naya penasaran.
"Bapak juga nggak tau, Nay. Bapak belum membuka nya," jawab pak Jaka sambil mengambil kaleng kue yang dipake sebagai tempat tembakau. Lalu iya melinting tembakau itu diatas kertas rokok yang satu sisinya terasa manis. Dan ia menyulutkan api pada lintingan tembakau tadi.
Naya langsung membukanya, ternyata isinya beberapa pack buku tulis dan alat-alat sekolah lainnya.
"Isi nya buku tulis dan alat-alat sekolah, pak." Ucap Naya dengan lesu.
"Dapat hadiah tapi kok muka nya cemberut gitu, Nay?," tanya pak Jaka sambil menghisap rokok yang iya bikin sendiri.
"Trus ini mau di buat apa, pak? Sedangkan Naya tak melanjutkan sekolah," wajah Naya penuh kekecewaan.
"Sabar ya, Nay. Nanti bapak coba minta bantuan sama mbak mu." ucap pak Jaka sambil menghempaskan asap rokok dari hidung nya.
"Semoga saja mbak citra bisa membantu kita ya, pak. Biar Naya bisa melanjutkan sekolah," harapan satu-satunya Naya saat ini adalah Citra kakak perempuan nya yang sedang bekerja merantau di ibukota.
Entah sudah berapa lama Citra tak pernah memberi kabar ke bapaknya di kampung. Padahal ada rindu di hati pak Jaka pada anak sulungnya itu.
Malam semakin larut, dan Naya pun tertidur setelah ia menyelesaikan tugas sekolah nya.
Pak Jaka masih menikmati isapan isapan rokok tembakau yang ia buat sendiri. Sambil memikirkan bagaimana cara agar Naya tidak putus sekolah.
Suara jangkrik yang ada di sawah samping rumah nya sebagai teman pak Jaka malam ini.
Keesokan paginya, pak Jaka bangun sebelum subuh. Untuk memasak jualan nya, walaupun kadang jualannya habis dimakan sendiri karena yang mampir ke warung nya hanya satu dua orang saja.
Namun tak ada kata putus asa di dirinya, setelah adzan subuh berkumandang. Pak Jaka membangun kan Naya untuk diajak sholat subuh berjamaah.
Walau hidup serba kekurangan tapi pak Jaka mengajarkan untuk selalu bersyukur pada sang pencipta dengan cara sholat lima waktu dengan tepat waktu.
Naya bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Lalu ia mengambil mukena yang tergantung di ruangan yang disekat dengan papan kayu untuk dijadikan tempat khusus untuk sholat.
"Pak, apa bapak sudah menghubungi mbak Citra?," tanya Sarah sambil melipat sajadah yang telah ia pakai untuk sholat.
"Belum Nay, bapak semalam ketiduran. Biar nanti siang bapak menghubungi mbak mu." Ucap pak Jaka memberi perasaan lega pada Naya.
"Kalau gitu, Naya mau nyuci baju dulu pak." Naya mengambil semua baju kotor miliknya dan milik pak Jaka.
Pak Jaka hanya mengangguk dan berlalu kearah dapur. Untuk menyelesaikan semua tugas nya.
Setelah selesai mencuci, tak lupa Naya juga menyapu rumah nya sebelum ia berangkat sekolah.
Warung pun dibuka oleh pak Jaka setelah Naya berangkat ke sekolah.
Sambil menunggu pembeli pak Jaka duduk di bangku depan warung nya. Ia melihat orang yang berlalu lalang dijalan depan rumah nya.
Tak lama ada tukang ojek yang biasa mangkal disitu datang dan dia duduk di samping pak Jaka, sambil mengambil kaleng yang berisi tembakau dan ia melinting nya diatas kertas rokok.
"Pak, kopi hitam satu ya. Jangan manis-manis karena saya sudah manis." Ucapnya dengan meringis.
"Siap, Jamal. Tunggu ya, tak buatkan dulu." Pak Jaka berlalu kedalam untuk membuat kan pesanan Jamal.
"Ini, Mal. Nggak sarapan sekalian mal?," tawar pak Jaka.
"Masih belum narik sama sekali, pak." Jawab Jamal dengan menyeruput kopi hitam nya.
"Sepi ya, Mal?," tanya pak Jaka.
"Iya, pak. beberapa hari ini sepi. Paling banyak kadang cuma tiga kali narik saja," Jamal curhat pada pak Jaka.
"Sabar, Mal." ucap pak Jaka sambil memukul kecil pundak Jamal. Jamal sudah dianggap anak sendiri oleh pak Jaka karena dia seumuran dengan Citra anak sulung pak Jaka.
"Pak Jaka, nasi pecel dibungkus lima ya," Sri memesan nasi pecel.
"Kok banyak Sri?, mau dibawa ke sawah?," tanya pak Jaka sambil membungkus nasi pecel.
"Iya, pak. Di buat makan orang yang lagi nanam padi di sawah." Jawab Sri.
"Dikasih ikan apa ini Sri?," tanya pak Jaka.
"Pakai telur dadar aja, pak Jaka. Biar harga nya murah," ucap Sri sambil tersenyum sambil ditutup dengan telapak tangan nya.
"Ini Sri, totalnya tiga pulu lima ribu," pak Jaka menyodorkan satu kresek yang berisi lima bungkus nasi pecel.
"Ini uang nya empat puluh ribu ya, pak. Yang lima ribu kerupuk aja," Sri mengambil kerupuk yang tergantung di rak atas.
"Terimakasih ya Sri," ucap pak Jaka saat Sri menerima bungkusan kresek itu.
"Alhamdulillah...," ucap syukur pak Jaka.
Lalu pak Jaka kembali duduk di samping Jamal yang sedang meminum kopi nya.
"Alhamdulillah dapat pelaris ya, pak." Ucap Jamal.
"Iya Mal, bisa buat saku sekolah nya Naya." pak Jaka menyesap rokok yang ia bikin sendiri.
"O ya, Mal. Kamu punya nomor telepon Citra yang baru? soalnya yang lama sudah tidak bisa di hubungi lagi." Tanya pak Jaka pada Jamal. Mungkin saja Jamal tahu, karena Jamal teman sekolah Citra dulu. Dan kemarin-kemarin Jamal dan Citra juga sering teleponan.
"Sudah lama Citra tak menelpon Jamal, pak. Coba nanti Jamal lihat di akun sosial media milik Citra. Siapa tahu Jamal bisa menghubungi nya lewat akun sosial media nya," jawab Jamal.
Terlihat pak Jaka berharap besar pada Citra, sehingga sebisa mungkin pak Jaka harus menghubungi Citra.
"Pak Jaka kangen ya sama Citra?," tanya Jamal.
Pak Jaka hanya diam saja tak menjawab pertanyaan Jamal. Ia menatap kosong ke depan sambil menghisap rokok yang terselip di jari nya.
"Mal, antar aku kepasar," perempuan paruh baya memanggil Jamal.
"Alhamdulillah...." ucap Jamal sambil mengusap wajahnya.
"Iya Bu,,,, tunggu disitu," Jamal bergegas menghidupkan motor nya dan menghampiri perempuan itu. Sebelum berangkat ia menyempatkan menutup rapat kopi yang tersisa separuh di cangkir nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Ilham Risa
aku hadir mak
2023-09-21
0
Marchel
Semangat Naya...
2023-09-20
0
Utiyem
kok aku kepikiran kerja citra yang tidak tidak ya dikota
2023-09-17
0