Cinta Di Tengah Pernikahan Terpaksa

Cinta Di Tengah Pernikahan Terpaksa

Bab 1

Menangis di dalam derasnya air hujan sedikit membuat hati wanita cantik yang tengah mengenakan gaun pengantin itu merasa tenang.

Wanita cantik yang bernasib malang. Wanita itu mempunyai nama panjang Riska Pratiwi dengan usia yang baru menginjak 23 tahun, harus menikah dengan pria yang tidak di cintainya karena faktor orang tua.

Sudah banyak cara untuk Riska menggagalkan pernikahan yang tidak di inginkan ini, tapi Tuhan berkehendak lain. Hari ini, tepat di hujan yang deras ini, Riska harus melepas status lajang nya dan menggantinya dengan status baru yaitu, istri dari pria yang bernama Hilma Santosa, pria berumur hampir memasuki 30 tahun.

Hilman adalah pria tampan dan mapan. Kehidupannya yang selalu terpenuhi membuatnya tidak terbiasa dengan kata penolakan. Tapi sayangnya, pria seperti Hilman sangat sulit di taklukkan karena sikapnya yang sangat kaku. Mencintai bagi Hilman bukanlah hal yang biasa. Tapi di saat Hilman mengenal Riska, tiba-tiba jantungnya terus berdegup kencang memberikan beberapa sinyal cinta.

Setelah kata 'Sah' menggema di ruangan. Kini Hilman sedang menunggu kedatangan wanita yang baru saja merubah statusnya menjadi suami.

Semua tamu undangan menatap sosok wanita cantik yang menggunakan gaun pengantin berwarna putih sedang menuruni satu persatu anak tangga dengan anggun.

Riska berusaha menampilkan senyum terbaiknya di saat beberapa tamu menatapnya dengan kagum.

Hilman, pria kaku itu hanya menatap sekilas wanita yang sudah menjadi istrinya. Samar-samar dia mendengar suara para tamu yang memuji kecantikan istrinya.

'Riska benar-benar seperti ratu di hari pernikahannya. Lihatlah gaun yang di pakai dirinya harganya tidak main-main. Aku yakin, suaminya sangat mencintai riska.' celetuk salah satu tamu undangan yang tengah menatap kagum pengantin wanita.

'Iya. Walaupun Riska sangat beruntung.'

Bisikan bisikan itu terdengar sampai telinga Riska yang baru saja duduk di kursi pelaminan.

Hilma memasangkan cincin pernikahan di jari manis istrinya begitu juga sebaliknya.

Suara tepuk tangan membuat pesta pernikahan Riska dan Hilman semakin meriah.

Tak ada obrolan atau percakapan dari sepasang pengantin.

Hilman yang terlalu kaku sampai tak tahu bagaimana caranya mengontrol degup jantungnya yang berdetak terlalu kencang saat bersandingan dengan sang istri. Dan Riska yang tengah menangis batin karena menikah dengan pria yang tidak di cintainya.

Acara semakin meriah saat sepasang pengantin melempar buket bunga.

Pertama kali setelah pernikahan, tangan mereka di pertemukan di buket bunga.

Suara MC yang heboh pun sesekali membuat ke dua sudut bibir Riska tertarik ke atas.

Pesta pernikahan hanya berlangsung 4 jam. Setelah 4 jam, semua tamu yang datang sudah berbondong-bondong untuk pulang.

"Hilman, Ibu titip Riska, ya! Ibu harus menjaga Ayah Riska yang masih belum sadarkan diri di rumah sakit luar negeri." titah Dewi, wanita yang berstatus sebagai ibu kandung dari Riska Pratiwi.

"Bu Dewi tidak perlu khawatir, aku akan menjaganya." jawab Hilman.

"Apa aku boleh ikut, Bu? Aku juga mau menjaga Ayah di rumah sakit luar negeri." pinta Riska dengan nada memohon.

Dewi tersenyum tipis, dia memeluk putri semata wayangnya erat. "Sayang, sekarang kamu sudah menikah dan tugas seorang istri adalah melayani dan berbakti pada suaminya. Kamu tidak bisa meninggalkan suamimu sendirian di sini. Apalagi kalian pengantin baru. Kamu doakan saja, semoga Ayahmu cepat sembuh dan kita bisa berkumpul lagi di sini. Dan satu lagi, ibu tidak sabar bermain dengan cucu-cucu ibu." jawab Dewi sembari melepas pelukannya. "Ingat, jadilah istri yang baik. Kita harus berterimakasih pada suamimu karena suamimu lah yang membayar semua biaya rumah sakit Ayah mu di rumah sakit." sambungnya lagi.

"Ibu hati-hati ya. Jika ada kabar terbaru tentang Ayah, ibu langsung beritahu aku." ucap Riska yang mendapat anggukan kecil dari Dewi.

"Iya, sayang, ibu janji. Mulai sekarang, kamu harus memprioritaskan suamimu. Ayah dan ibu akan baik-baik saja. Kalau begitu, ibu pamit, ya! Taksi ibu sudah datang." titah Dewi.

"Aku antar, Bu!" ucap Riska. "Acara pernikahan sudah selesai. Bolehkan kalau aku mengantar Ibu ku sendiri?" ucapnya lagi.

Dewi tertawa kecil saat melihat sikap manja putrinya. "Kenapa harus meminta izin dengan ibu? Mintalah izin dengan suamimu. Apa suamimu mengizinkanmu atau tidak?"

"Pasti mengizinkannya, Bu." jawab Riska kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Hilman.

Dengan menundukkan wajahnya dan mengaitkan beberapa jemarinya, Riska mulai memberanikan diri meminta izin.

"Apa aku boleh mengantarkan ibu?" tanyanya ragu.

"Antarkan saja! Setelah itu, masuklah ke kamarmu." jawab Hilman, "Dan ibu tidak perlu khawatir, aku akan kirim uang setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan ibu di luar negeri."

"Terimakasih, Hilman. Ibu senang sekali mempunyai menantu sepertimu." jawab Dewi kemudian berjalan keluar rumah dengan menggandeng putri semata wayangnya.

Setelah melihat kepergian istri dan ibu mertuanya, Hilman berjalan masuk ke dalam rumah.

"Ibu, ibu kenapa tidak menolak uang pemberian Mas Hilman. Aku tidak mau kita terlalu banyak berhutang budi. Cukup Ayah saja yang biayanya di tanggung oleh Mas Hilman." bisik Riska.

"Hilman orang yang baik, Ris. Kelihatannya dia sangat mencintaimu."

"Dia tidak mencintaiku, Bu. Dia menikah karena dia ingin memanfaatkan keluarga kita saja. Dia mencari celah melalui Ayah yang koma." kesal Riska.

"Memangnya, kamu tahu dari mana kalau Hilman tidak mencintaimu, Ris? Tidak mungkin orang seperti Hilman mempunyai niat buruk kepada keluarga kita. Almarhum orang tua Hilman menitipkan Hilman pada keluarga kita. Seharusnya, kamu tidak boleh termakan gosip yang tidak jelas. Hanya karena umurnya yang hampir 30 tahun, kamu sudah berpikir kalau Hilman memanfaatkan keluarga kita. Justru kita yang sudah memanfaatkan Hilman untuk membiayai semua biaya rumah sakit ayahmu. Sekarang, ibu minta tolong padamu, tolong hilangkan pikiran burukmu tentang Hilman. Dia suamimu!"

"Terserah ibu saja. Tapi aku tidak pernah mencintai Mas Hilman. Aku menikah dengannya karena balas budi bukan semata-mata aku mencintainya. Aku juga berharap, Ayah bisa cepat sadar." jawab Riska yang di abaikan oleh Dewi.

Dewi masuk ke dalam taksi dan taksi pun mulai berjalan meninggalkan Riska seorang diri.

Setelah taksi yang di tumpangi ibunya menghilang, Riska berjalan masuk menuju rumah suaminya.

'Aku harus bagaimana? Aku tidak mau satu kamar dengannya. Atau aku berpura-pura sakit parah? Mungkin Mas Hilman akan jijik atau ilfill denganku?' batin Riska lalu melihat sang suami yang sedang menuruni tangga.

Dengan rasa percaya diri, Riska berpura-pura mengeluh kesakitan.

"Aduh, perut dan kepalaku sakit. Mungkin penyakitku kambuh. Aku tidak bisa menaiki tangga." ujar Riska mengeraskan suaranya agar terdengar sampai telinga Hilman. "Aduh!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!