Because You Are Mine
"Tante, Naira kemana ya? Kok, aku cari-cari gak ada?" Tanya Zora pada Tantenya.
Zora! Begitulah sapaan akrab Zoraya Khanza Ar-Rasyid, gadis berusia 20 tahun yang di kirim Ibu dan Bapak sambungnya dari Surabaya ke Jogja untuk menimba ilmu perguruan tinggi di sana. Dia tinggal bersama Tante Adelia, adik perempuan Ibu Citra. Ibunya Zora.
"Nay bilang, mau mengerjakan tugas di rumah temen, katanya" Jawab Tante Adelia sambil menuangkan air putih untuk Zora yang sedang sarapan.
"Oh!" Jawab Zora dengan mulut berisi makanan.
"Memangnya dia gak pamit sama kamu, Kak?" Tanya Tante Adelia sambil duduk menemani keponakannya makan.
"Nggak. Alaaah... Yang model gitu, mana mau pamit sama aku" Sungutnya kesal.
"Tante tau sendiri kan, Naira gak pernah nganggap aku Kakaknya. Dia malah lebih nganggap aku temen, yang dia pikir usiaku lebih muda darinya" Ketus Zora yang suka merasa sebal dengan sikap Naira.
Tante Adelia hanya tersenyum menanggapinya.
"Gak apa-apa. Kalian kan, cuma beda setahun aja" Ujarnya masih tersenyum.
"Tante, aku mau jalan-jalan dulu. Boleh, kan?" Zora minta izin pada Tantenya. Tanpa melanjutkan pembahasan tentang Naira, sepupu absurdnya.
"Memang mau kemana?" Tante Adelia balik bertanya.
"Biasa Tante, cari udara segar. Cari pemandangan seger juga, itu pun kalau ketemu cogan. Hehe..." Sahutnya nyengir.
"Ya sudah, pergi saja! Tapi syarat, jam 4 sudah di rumah ya!" Jawab Tante Adelia sambil menepuk bahu Zora.
Tante Adelia tidak pernah membedakan Zoraya dengan Naira. Baginya, anak kandung dan ponakan sama saja. Sama-sama anak yang harus di lindungi dan di jaganya. Sebab itulah ibu Citra, sang Kakak mempercayakan Zora padanya.
_________________
Zora menyusuri jalanan Malioboro. Dia masuk dari toko satu ke toko lainnya. Terkadang dia mampir ke pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai cinderamata disana. Begitu pula dengan pedagang yang menjajakan berbagai jajanan khas Jogja, juga tak luput dari kunjungan gadis itu.
Zora masuk lagi ke toko-toko pakaian, dia mencoba beberapa pakaian yang menarik hatinya. Sesekali, dia bertanya pada sang pedagang. Mulai dari harga, kualitas, atau hanya sekedar menanyakan stok warna dan bahan pakaian yang hendak di belinya.
Brukk!!
Tiba-tiba tubuh Zora membentur gadis yang ada di belakangnya. Saat dia hendak menyimpan kembali baju yang di ambilnya tadi, ke tempatnya semula.
"Ya, ampun... Maaf ya, Mbak! Aku gak sengaja" Zora menepuk pundak gadis yang di tabraknya. Dimana gadis itu memang tak terluka.
Gadis itu menoleh dan tersenyum.
"Gak pa... "
"Ogah banget, gue maafin lo!" Sambung sang gadis dengan nada galak sambil melipat kedua tangannya di depan.
"Nadya!!" Teriak Zora dengan girang.
"Ini Nadya, ya??"
"Ini Nadya, kan?! " Hebohnya lagi sambil mengguncang tubuh si gadis yang ada di hadapannya.
"Terus lo fikir gue Galgadot, hah? Mungkin sama kali ya, cantiknya gue sama Galgadot. Haha... " Sambut si gadis dan merangkul pundak Zora penuh kerinduan.
Nadya adalah anak pertama Oom Husein, adik Hasan Ar-Rasyid yang tak lain Ayah Zora. Seorang Ayah yang tak pernah ia temui, semenjak perceraian kedua orang tuanya beberapa tahun silam.
Zora seperti di jauhkan dari sang Ayah, oleh Ibunya. Karena Zora yang merupakan anak tunggal dan perebutan hak asuh tak terelakkan, ketika sidang perceraian terjadi kala itu. Dan betapa bahagianya sang Ibu yang mendapatkan hak asuhnya atas Zora.
Sejak saat itu, Ibu Citra seperti mengasingkan diri ke Tasik Malaya. Di sebuah pedesaan yang asri, beliau membesarkan Zora kecil seorang diri. Namun mereka tak luput dari pantauan sang Nenek dan Kakek Zora (orang tua Ibu Citra dan Tante Adelia) yang masih tinggal di Tasik. Hanya saja, Kakek dan Neneknya tinggal di daerah perkotaan.
Bila mereka rindu, mereka akan datang saling mengunjungi satu sama lain. Tak jarang pula, Zora kecil menginap di rumah sang Nenek, kala libur sekolah tiba.
Hingga 5 tahun kemudian. Ibu Citra bertemu Sarlan Sawijaya, pemilik perkebunan terluas di Surabaya. Setelah kurang lebih 6 bulan perkenalan, Ibu di pinang sang duda beranak tiga tersebut. Dan Zora kecil di boyong pula ke Surabaya, melanjutkan sekolah dasarnya yang baru duduk di kelas 4 kala itu. Hingga Zoraya menuntaskan pendidikan SMA nya.
Hingga hari ini, tak pernah satu pun kabar di terima Zora tentang Ayahnya. Dia hanya menyimpan wajah sang Ayah dalam ingatan. Dan meletakkan rindu dalam ruang hati yang teramat dalam.
Meskipun dia tak kekurangan kasih sayang dari Ayah sambungnya, namun tetap saja sosok Ayahnya tak pernah luput dari rindunya.
"Hei, kau menangis?" Nadya mendorong lembut tubuh Zora yang terdengar terisak.
"Ayahku apa kabar, Nad?" Isak Zora yang semakin tak mampu membendung kerinduannya.
"Ayah Hasan baik kok, Ray. Dia sehat, dan sangat sehat" Jawab Nadya sambil mengelus pundak sepupunya. Turut merasakan siksaan rindu yang tengah di rasakan Zora.
Nadya menggandeng Zora ke sebuah taman yang tak jauh dari jalanan Malioboro.
"Ayah Hasan sangat merindukanmu, Ray!" Ujar Nadya sambil duduk di samping Zoraya.
Nadya terbiasa memanggil 'Ayah Hasan' pada Pakdenya. Dan tak heran, kalau Nadya sangat mengetahui dengan pasti keadaan Pakdenya itu. Karena hubungan diantara mereka, layaknya hubungan Anak dan Ayah kandung.
"Aku juga, Nad. Aku gak pernah lupa sama Ayah, meski cuma sehari doang" Isak Zora lagi.
"Ngomong-ngomong, kamu ngapain di sini?" Tanya Nadya.
"Aku kuliah di sini dan aku tinggal di rumah tante Adelia. Kamu masih ingat kan, Tante Adelia?" Jawab Zora seraya menyeka ingus dari hidungnya yang meler karena menangis.
"Tante Adelia? Ingat dong! Kan dulu, beliau sering banget berkunjung kerumahmu saat Ibumu masih bersama Ayah Hasan." Nadya masih mengingat dengan baik sosok Tante Adelia.
"Sekarang Bu Citra masih di tasik, Ray?" Sambung Nadya. Gadis itu masih memanggil Ibu Zora seperti panggilannya dulu. Karena bagi Nadya, tak perlu ada hal yang harus berubah. Cuma sebatas panggilan, kan? Nadia berfikir itu bukanlah hal yang meresahkan.
"Enggak..." Zoraya menggeleng dan menunduk.
"Lima tahun lalu, Ibu nikah sama Bapak. Beliau orang Surabaya. Dan sebagian masa kecilku di habiskan di sana, hingga SMA..." Sambung Zora sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, seolah mencari kenangan masa lalunya.
"....Dan ngelanjutin kuliah di sini" Zoraya melemparkan senyuman ke arah Nadya.
"Gue kaya buronan ya, Nad? Pindah-pindah tempat mulu. Hehe... " Zoraya tersenyum geli, memikirkan alur hidupnya.
"Gak apa-apa kali! Enak kan, lo jadi banyak pengalaman" Hibur Nadya.
"Apa kamu gak mau menemui Ayah Hasan, Ray?" Tanya Nadya dengan gaya bahasa yang berubah-ubah. Seolah dirinya tak memiliki jati diri.
"Ya, maulah! Aku kangeeen... Banget sama Ayah" Girang Zoraya.
"Gimana kalau kamu cuti kuliah dulu? Barang tiga sampai empat hari mungkin, untuk ke jakarta?" Nadya mengeluarkan ide cemerlangnya seraya menatap wajah Zora untuk memastikan persetujuannya.
Zoraya melirik girang ke arah Nadya, tanda setuju. Senyum manisnya melebar merekah, bak bunga mawar yang baru membuka kuncupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Ida
sya Mampir Thor..
2021-11-10
1
Nyai iia
hai salam kenal..
aku mampir nih, yuk saling dukung..
like buat kamu thor..
jangan lupa feed back nya ya..
"i will die in love"
2021-03-23
1
Utami Siviana
nyimak 👍
2021-03-23
2