Air Mata Seorang Istri

Air Mata Seorang Istri

Bab 1

Pagi hari, setelah sholat subuh. Arini bergegas kedapur.

Ia membuat sarapan untuk mereka sekeluarga.

"Ini kopi untuk mas Ilham, Teh untuk Ibu, dan susu untuk Siska." ucapnya sumringah.

"Terimakasih!" jawab mereka serempak.

"Aku akan pulang agak malam. ada rapat dengan bagian pemasaran di kantor." ucap Ilham sambil mengunyah sarapannya.

"Kalau Ibu ada pertemuan dengan ibu- ibu pengajian dari kampung sebelah," ujar Bu Lastri tak mau kalah.

" Aku juga akan pulang terlambat. ada tugas kelompok yang harus di kerjakan di rumah teman." kata Siska.

"Baiklah.. kalau begitu aku sendiri akan terlambat juga!"

Semua mata memandangnya aneh.

" Aku juga terlambat hari ini, karna cucian dan pekerjaan rumah yang lainya menumpuk!" mendengar gurauan Arini

mereka tertawa bersama.

"Aku pikir...." ucap Ilham lega.

"Rin, siapkan tas dan payung iBu!"

Dengan cekatan Arini menyiapkan yang mertuanya minta.

Lalu dia menyiapkan tas kantor dan bekal untuk suaminya.

"Mas, ini bekal makan siangnya, di makan ya!"

Ilham mengangguk dan berkata,

"Terima kasih Rin!"

Sebelum berangkat tak lupa Ilham mencium kening istrinya.

Arini melepas kepergian suaminya dengan penuh cinta.

Setelah semuanya pergi, kini ia sendirian di rumah. bersih- bersih rumah mengepel mencuci memasak dan sebagainya.

itulah rutinitas yang ia jalani setiap harinya. Namun Arini tak pernah mengeluh sedikitpun.

Dia bahagia menjalaninya.

Kadang kalau lagi dapat bonusan dari kantornya, Ilham mengajaknya keluar. walaupun hanya sekedar makan di warteg, itu sudah sangat membuatnya tersenyum bahagia.

"Rin, apa kamu bahagia dengan hidupmu sekarang ini?" pernah pertanyaan itu terlontar dari sahabatnya, Melinda.

Dan apa jawaban Arini saat itu?

"Mel, kebahagiaan tidak bisa di ukur dengan materi dan jabatan atau sejenisnya.

mungkin kau melihatku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. tapi aku enjoy menjalaninya, tidak ada paksaan. mungkin itulah yang membuatku bahagia.

kau belum merasakan bagaimana rasanya menyiapkan sarapan, bekal makan siang dan menyambut suami saat pulang,"

"Aah sudahlah jangan mulai berfilsafat, ini bukan seminar!" ledek Melinda saat itu.

"Riin, tolong ambilkan minyak urut di lemari Ibu!" teriak Bu Lastri membuyarkan lamunan Arini.

Ia bergegas mendekati mertuanya dengan minyak di tanganya.

"Rasanya pegal sekali. berjam-jam harus berdiri karena kekurangan tempat duduk!" omel wanita paro baya itu.

"Kalau tau begitu, kenapa Ibu tidak pulang duluan saja?" ucap Arini sambil memijat kaki mertuanya dengan minyak urut.

"Kalau bisa, tidak mungkin Ibu sampai merasakan pegal seperti ini.!" jawab Bu Lastri kesal.

"Iya, sudah. Arini pijitin biar berkurang pegelnya."

Saat itu Siska nongol di pintu.

"Mbak, bisa bikinin nasi goreng?" ucapnya memohon.

"Jangan manja! gak lihat Arini lagi pijetin Ibu? belajar bikin sendiri kenapa?" bentak ibunya.

"Bukannya aku manja Bu, tapi setiap aku bikin tak seenak buatan mbak Arini!" keluh Siska.

" Iya sudah, biar mbak bikinin. ibu tunggu sebentar ya..!" Arini meninggalkan mertuanya yang ngedumel sendiri.

Saat sibuk di dapur. Ilham datang dan memeluknya dari belakang.

"Setiap hari , setiap saat kau selalu sibuk, kalau tidak dengan Ibu, pasti dengan Siska." Ilham bergumam kesal.

"Maas, kok gitu ngomongnya? mereka ibu dan adikmu lho!" canda Arini.

"Memaaang... tapi aku sebagai suamimu juga butuh di perhatikan!" ucap Ilham merajuk.

"Pokoknya setelah ini, aku tunggu di kamar." bisik Ilham di telinga istrinya.

Arini tersenyum melihat tingkah suaminya.

"Mbaak, udah jadi belom?" teriak Siska dari ruang makan.

Arini bergegas mengantar sepiring nasi goreng kepada Siska.

Dengan lahapnya gadis itu menyendok nasi goreng ke mulutnya.

tanpa basa-basi ataupun terimakasih.

Namun Arini sudah terbiasa dengan semua itu.

Setelah itu dia bergegas kekamar karna Ilham sudah menunggunya.

"Riin, sudah jadi nasi gorengnya?" teriakan Bu Lastri menghentikan langkah Arini yang sudah di depan pintu.

"Iya, sudah Bu." katanya sembari mendekati orang tua itu.

"Ibu butuh sesuatu?"

"Ibu hanya butuh di pijat sedikit, kamu bisa, kan?"

Arini menjadi bingung hendak menjelaskan pada mertuanya, kalau Ilham sedang menunggunya di kamar.

"Tapi mas.. ". belum sempat menyelesaikan kata-katanya, Bu Lastri sudah memotongnya.

"Kalau tidak bisa, ya sudah sana!" ucap wanita itu setengah merajuk.

Arini tak tega melihatnya.

"Baiklah, Bu."

Pada akhirnya dia memijat kaki mertuanya sampai wanita itu tertidur.

Perasaan Arini tidak enak. ia membayangkan kejengkelan suaminya yang lama menunggu.

Benar saja. saat Arini Masuk kamar, Ilham sudah tertidur dengan membelakanginya.

Ia mendesah pelan.

Arini sudah hafal betul

kalau Ilham sampai ngambek, bisa betah sampai 2 hari akan mendiamkannya.

"Maafin aku Mas!" ucapnya penuh penyesalan.

****

Esok harinya,

Ilham masih mendiamkannya.

Arini tetap beraktifitas seperti biasa.

Tak lupa dia menyiapkan kotak bekal untuk suaminya itu.

Hati-hati ya Mas!" ucapnya sambil mencium tangan suaminya itu.

Namun Ilham tetap cuek.

"Kenapa dengan Ilham Rin?" tanya Bu Lastri yang melihat gelagat tidak enak dari putranya.

Arini merasa bingung bagaimana menjelaskannya.

"Aah.. sebenarnya tidak apa-apa Bu, nanti juga baik sendiri," jawab Arini seadanya.

"Oh ya, Rin. nanti siang ada teman Ibu yang mau datang. tolong masak yang enak ya!"

ucapnya setengah memerintah.

Arini hanya mengiyakan setiap apapun yang di minta ibu dan suaminya.

Siang itu Seorang teman ibunya benar- benar datang.

Arini menyalami wanita berhijab besar itu dengan santun.

"Ini siapa Bu Las?" tanyanya menunjuk ke arah Arini.

"Ini Menantu saya jeng!" jawaban Bu Lastri terdengar lamat-lamat sampai di telinga Arini yang sedang sibuk di dapur.

"Menantu? dia kerja, begitu?" ucap wanita itu, Bu Lastri menggeleng.

"Maksud saya, Bu Lastri beruntung, di zaman sekarang masih ada menantu yang mau bekerja di dapur. kebanyakan sekarang para menantu itu wanita karier. seperti menantu saya, dia bekerja, sambil mengurus anak dan suami!" ucap wanita itu semangat.

Bu Lastri termenung di buatnya.

Arini tersenyum tipis mendengar nya.

"Dia kira aku tidak tau dunia kerja?"

Kemudian dia sengaja menghampiri kedua wanita yang beda generasi dengannya itu.

"Ibu, makanannya sudah siap!" ucap Arini hormat.

Ketika hendak kembali masuk, wanita itu menahannya.

" Kau bisa temani kami mengobrol disini?"

"Maaf sekali Tante, di dalam masih banyak pekerjaan." Arini menolaknya dengan halus.

"Kalau menantuku itu, gajinya lumayan banyak! setiap akhir pekan dia selalu mengajak kami jalan-jalan!" ucapnya semakin menyombongkan diri.

Bu Lastri mulai mencerna kata-kata temanya itu.

Dari awal Ilham menikah sampai sekarang, dia belum pernah merasakan yang namanya jalan-jalan. kalau kebetulan Ilham dan Arini pergi, paling pulangnya dia hanya di belikan martabak atau bakso.

"Jangan sampai Ibu kemakan bualan temanya itu," pikir Arini khawatir.

💞Hai para readers.. mohon dukungan like komen dan votnya ya 🙏🙏

"

T

Terpopuler

Comments

Ritta Wowor

Ritta Wowor

kalu kena saya ibu mertua sy jadikan bakso atau perkedel 🤭🤭

2023-08-29

0

guntur 1609

guntur 1609

keluarga setan. menantunyà dijadikn babu

2023-08-26

0

Musniwati Elikibasmahulette

Musniwati Elikibasmahulette

istri goblok ,kalau suami cari perhatian perempuan lain baru tau rasa

2023-07-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!