Obrolan mertua dan temanya itu semakin membuat panas telinga Arini.
"Kalau Menantuku, memang tidak kerja kantoran, tapi dia pintar masak, ngurus rumah dan sebagainya,. tapi memang siih aku tidak pernah di ajak jalan-jalan oleh anak dan menantuku!" tukas Bu Lastri mendesah kecewa.
"Pintar ngurus rumah itu memang penting bu Lastri. tapi kalau menantu bisa cari uang juga kan lebih membanggakan." Bu Lastri terdiam.
"Apalagi di usia kita ini, sangat perlu di manja oleh anak menantu dan cucu?" timpalnya lagi.
Cucu? seketika mata Bu Lastri menyipit.
"Kenapa Bu?" tanya temannya.
"Ah tidak apa-apa, silahkan di cicipi makanannya!" jawab Bu Lastri. ia mencoba menyembunyikan perubahan wajahnya.
kata-kata terakhir temannya itu telah menganggu pikirannya.
Sampai tamunya pamit untuk pulang pun wajah Bu Lastri masih murung.
Arini bisa membaca kegelisahan mertuanya itu.
"Ini pasti gara-gara di singgung soal cucu." pikir Arini gelisah.
Menginjak usia pernikahannya yang sudah empat tahun. memang wajar seorang ibu mertua mempertanyakan cucu. tapi Arini tak kurang usaha. dengan mendatangi berbagai dokter spesialis. walaupun Ilham tidak terlalu menuntutnya untuk punya anak. tapi Arini merasa khawatir juga.
"Aku tidak mau ikut periksa kesehatan. aku sehat Rin!" ucapnya waktu itu
Arini tak mau memaksa. ia faham hal semacam itu sangat sensitif bagi seorang pria. harga dirinya akan terluka bila hasilnya menyatakan dia yang bermasalah.
Arini sangat menjaga perasaan suaminya itu.
"Sudahlah, buang-buang uang saja! kalau belum di kasi oleh yang kuasa emang kenapa? tidak usah ngoyo! toh kita tetap bahagia walaupun tanpa kehadiran seorang anak. iya, kan?" begitulah selalu cara Ilham menenangkannya.
Tapi mengingat waktu dan usia yang terus berjalan, tak urung membuat Arini khawatir juga.
Suaminya mungkin bisa di beri pengertian, tapi mertuanya?
Arini merasa pusing memikirkan hal itu.
"Bu, ini teh hangatnya!"
Arini meletakkan secangkir teh lengkap dengan camilannya.
Bu Lastri menatapnya sebentar.
"Rin, Ibu mau dengar suara tangis anak kecil disini!" ucapnya tiba-tiba.
Arini mendesah panjang.
"Ibu, nanti kita bicarakan lagi ya, sekarang ibu tenang dulu!" bujuk Arini.
Namun Bu Lastri menepis tangannya.
"Aku mau istirahat, jangan ada yang ganggu!" ucapnya ketus.
Arini mengelus dada.
Hari sudah sore saat Arini melihat sebuah mobil mewah memasuki halaman rumah.
"Siapa ya, tidak mungkin Siska!" gumamnya penasaran.
Dengan hati penuh tanya, Arini mendekati mobil itu.
Arini kaget saat melihat suaminya keluar di papah oleh seorang wanita cantik.
Dia mencoba menata hatinya. dia masih berpikiran positif.
"Mas Ilham kenapa?" tanyanya panik.
" Mas Ilham tiba- tiba pingsan di tempat rapat." ucap wanita yang terlihat cantik terawat itu.
Ilham duduk di kursi ruang tamu. wajahnya terlihat pucat.
"Kenapa bisa seperti ini mas?" tanya Arini cemas.
"Tidak usah khawatir Rin, aku tidak apa-apa, cuma pusing saja."
Jawab Ilham dengan suara lemah.
Mendengar suara ribut-ribut di ruang tamu, membuat Bu Lastri keluar dari kamarnya.
"Eeh Ilham kenapa?" ucapnya cemas saat melihat keadaan putranya.
"Ibu tenang saja, aku hanya pusing sedikit," kilah Ilham.
Mata Bu Lastri menelisik sosok wanita yang duduk tidak jauh dari Ilham.
"Oh iya, ini Ratna, dia teman kantor ku, Bu!" ucap Ilham .
Ratna menyalami Bu Lastri dan Arini.
"Ini pasti Arini, kan?" tebaknya saat menyalaminya.
"Mbak tau darimana?" tanya Arini penasaran.
"Mas Ilham selalu cerita tentang istrinya."
Arini tersenyum melirik suaminya.
"Rin bikinkan minuman buat tamu kita!!" perintah Bu Lastri.
Arini bergegas kedapur untuk membuat minuman.
Sementara itu Bu Lastri mengobrol hangat dengan Ratna. ia sangat kagum dengan sosok wanita di depannya.
"Jadi kalian satu kantor?"
"Iya, Bu. bahkan kami satu tim." ucap Ratna tersenyum.
Bu Lastri tersenyum sambil membathin.
" Dia sangat cantik, penampilannya juga mewah!"
"Silahkan mbak!" Arini meletakkan secangkir teh di meja.
Sangat jelas terlihat mertuanya itu mengagumi Ratna. senyum Bu Lastri tak pernah hilang dari bibirnya.
"Terimakasih sudah mengantarku pulang Rat, maaf aku tinggal kekamar dulu!"
"Oh, silahkan mas!" ucap wanita itu sambil bangkit hendak memapah Ilham.
Namun dengan spontan Ilham menolaknya.
"Maaf!" ucap Ratna salah tingkah.
"Rin antar aku kekamar!"
Ilham meraih tangan istrinya.
Setelah Ilham dan Arini masuk kekamar, Ratna terlihat tidak enak hati.
Bu Lastri menghiburnya.
"Tidak Apa-apa nak Ratna, tidak usah di pikirin!" ucap Bu Lastri menepis tanganya ke udara.
Merasa mendapat angin. Ratna menjadi semakin nyaman mengobrol dengan Bu Lastri.
"Arini tidak kerja Bu?" Ratna mulai melancarkan serangannya.
"Tidak, tapi dia mengurus rumah tangga dengan baik kok!" ucapnya bangga.
"Oh gitu ya, memang sebagai wanita kita tidak boleh melangkahi kodrat. tapi akan lebih baik lagi jika seorang wanita bisa mengerjakan dua-duanya sekaligus!." ucapnya tersenyum kecil.
"Contohnya saya, walaupun sibuk di kantor tapi pekerjaan rumah juga tidak terbengkalai!"
"Wah hebat sekali nak Ratna ini!" Bu Lastri semakin di buat kagum.
"Kamu kerjakan sendiri pekerjaan rumah walau sambil kerja?"
"Eehem..!"
Ratna dan mertuanya seketika diam saat mendengar Arini berdehem.
"masih disini mbak? kirain sudah pulang?" sindir Arini.
"Dia sudah mau pulang, tapi ibu yang menahannya!" sergah Bu Lastri tidak suka.
"Kalau begitu, saya permisi dulu mbak Arini, Bu!" ucapnya membungkuk dan keluar dari kamar tamu.
Bu Lastri mengantarnya sampai halaman.
" Tak seharusnya kau bersikap begitu sama orang yang telah menolong suamimu!" ucap Bu Lastri dengan nada kesal.
" Lho memangnya aku ngomong apa Bu?" tanya Arini membela diri.
"Sudahlah, berdebat sama kamu itu nggak akan ada habisnya!" Bu Lastri berkata sambil menutup pintu kamarnya dengan keras.
Arini sampai menutup kedua telinganya.
"Sangat menjengkelkan hari ini! tadi tamunya ibu, sekarang temannya mas Ilham, keduanya membawa dampak yang tidak baik di keluarga ini!" keluh Arini.
Setelah kepergian Ratna, Siska datang berboncengan dengan seorang pria.
"Selamat sore mbak!" ucap Rendi teman Siska.
"Kalian darimana, jam segini baru pulang?". tegur Arini dengan nada di atur setenang mungkin.
"Kalian harus jaga sikap. jangan suka keluyuran, kalau jam kuliah sudah usai langsung pulang!" nasehat Arini lembut.
"Kami habis mengerjakan tugas kelompok mbak!" jawab Siska bete. ia terlihat tidak suka dengan kerewelan Arini.
"Ketimbang mbak ceramah, mendingan ambilin kita minum kenapa? kami haus!" Siska memegangi lehernya yang terasa kering.
Arini menghela nafas panjang.
Kalau tidak ingat Ilham sangat menyayanginya. rasanya tak sudi melayani Siska.
Arini kembali keruang tamu sambil membawakan nampan berisi minuman.
Ia terkejut melihat Siska dan Rendi yang langsung berdiri dengan salah tingkah.
Siska terlihat merapikan rambut dan bajunya yang berantakan.
Arini memandang mereka bergantian
"Maaf mbak! aku tidak ,ngapa-ngapain!" ujar Siska ketakutan.
❤️Dukunganya ya say!!🙏🙏
"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments