Bab 3

Arini menghela nafas panjang.

"Mbak, jangan bilang ibu atau mas Ilham ya!" ucap Siska dengan sorot mata memohon.

Arini masih terpaku di tempatnya berdiri.

"Maaf Ren, bisa kami bicara berdua saja?" ujar Arini pada Rendi.

"Saya mohon pamit mbak!" ucapnya lalu lari terbirit-birit.

"Siska.. kamu sudah mbak anggap sebagai adik mbak sendiri. karena itu, mbak ingin bilang, jangan rusak masa depan mu dengan berbuat di luar norma" ujar Arini duduk di samping Siska.

"Iya, mbak, aku salah! tapi boleh nggak, ceramahnya nanti aja. aku mau ke kamar!" ucap Siska acuh sambil menyeruput minuman dari nampan Arini.

Arini menghembuskan nafas berat.

Lalu ia kembali ke kamar melihat keadaan suaminya.

Ilham terlihat berusaha mengoles punggungnya yang lecet. tapi ia terlihat kesulitan.

Arini mengambil alih salep itu.

"Kenapa bisa lecet disini Mas?" tanya Arini sambil mengoleskan salepnya.

"Aku juga tidak tau, mungkin pas jatuh pingsan membentur sesuatu." jawab Ilham.

Arini tertegun sejenak. bau apa ini? ia seperti mencium bau yang lain seperti biasanya dari tubuh suaminya.

ini jelas bukan parfum suaminya.

ini seperti parfum wanita.

"Ah, aku tidak boleh berprasangka buruk, mas Ilham orang jujur. dia sangat mencintaiku!" hibur hatinya sendiri.

"Makasih ya, Rin!" ucap suaminya itu seperti biasa.

Arini berusaha bersikap seperti biasa pula.

Ia juga ingin menceritakan tentang keluhan ibunya, tapi melihat kondisi Ilham Arini mengurungkan niatnya.

Hari sudah sore menjelang magrib.

Arini teringat kalau persediaan gula sudah habis. biasanya sebelum tidur suaminya akan minta di buatin kopi.

"Sebaiknya aku beli ke warung Mpok ipah sebelum hari gelap."

ucapnya sendiri.

Karna di lihatnya sepi, Arini pergi diam-diam tanpa pamit pada siapapun.

"Mpok, gulanya 2 kelo saja!' ucapnya pada Mpok ipah si pemilik warung.

"Untung warung lagi sepi. biasanya jam segini berjubel orang belanja!" pikir Arini.

"Iya, Neng, Eh sudah tau belum berita yang lagi viral di kompleks kita ini?" tanya Mpok Ipah semangat.

Arini menggeleng. dia memang tidak tau, bahkan tidak ingin tau.

" Sayang sekali. keluarga yang kelihatan harmonis itu harus berpisah!" ucapnya pelan.

"Berpisah? maksudnya cerai Mpok?" tanya Arini terpancing juga.

"Iya, mas Farhan suaminya neng Tuti itu lho,. dia kedapatan selingkuh oleh istrinya. kasian neng Tuti. padahal dianya istri yang penurut dan baik. masih tega saja suaminya selingkuh." Mpok Ipah masih menggerutu.

"Bukannya gimana-gimana Mpok, saya prihatin atas apa yang sudah menimpa mereka, tapi alangkah baiknya kita tidak usah ikut memperbesar masalah dengan menyebarkan gosip. kita doakan yang terbaik buat mereka." kata Arini seraya membayar belanjaannya.

Mpok Ipah terlihat tidak senang oleh tanggapan Arini.

"Sok alim! suaminya sendiri yang selingkuh baru tau rasa!" bathin Mpok Ipah.

Ia memang terkenal suka bergosip dan menggunjing. tapi Arini tak pernah menghiraukannya, mungkin karna itu pula Mpok Ipah kurang respek padanya.

Di perjalanan pulang, kata - kata Mpok Ipah kembali terngiang.

"Mas Farhan, orang yang terkenal supel, dan ramah. suka membantu orang yang lagi kesusahan. apalagi istrinya si Tuti sangat cantik. apa mungkin dia selingkuh? apa kurangnya Tuti?

Arini jadi teringat dengan kejadian tadi saat mengoleskan salep di punggung suaminya.

Apa benar itu bau parfum wanita?

"Aah.. tidak mungkin!" tangannya menepis ke udara

Arini mempercepat langkahnya karna hari mulai gelap.

****

Sesampai dirumah, masih terlihat sepi lampu ruang tengah pun belum menyala.

"Apa ibu masih marah dan mengurung diri di kamarnya?" pikirnya heran.

Arini membuka pintu kamar Bu Lastri perlahan. di sana terlihat sepi.

Setelah meletakkan gula di dapur. Ia melangkah ke kamarnya untuk mengajak suaminya sholat. tapi langkahnya tiba-tiba terhenti karna samar-samar ia mendengar suara dari dalam.

Arini merasa penasaran, dengan siapa gerangan suaminya bicara pelan di kamar tertutup pula.

walau sudah menempelkan telinganya di pintu, ia tidak bisa mendengar dengan jelas.

Setelah beberapa menit Arini merasa tidak sabar.

Ia mengetuk pintu dengan pelan.

" Masuk!" jawab Ilham dari dalam.

Arini membuka pintu, ia melihat Ilham dan Bu Lastri duduk berhadapan di sofa kamarnya.

"Ibu mau mandi dulu,!"

Bu Lastri ngeloyor pergi begitu saja tanpa melihat ke Arini sedikitpun.

" Darimana Rin?" tanya Ilham seolah tak memperdulikan sikap ibunya.

"Beli gula Mas! itu tadi, ibu kenapa? dan apa yang kalian bicarakan di kamar tertutup pula?" tanya Arini beruntun.

Ilham meraih tanganya dan mengajaknya duduk bersebelahan.

"Ibu menanyakan, kapan kita akan memberinya cucu?' jawab Ilham tenang.

Arini menghembuskan nafas lega.

"Memang dari tadi siang ibu risau soal itu Mas! lalu kau jawab apa?" tanya Arini lagi

"Apa lagi? aku bilang kita sudah berusaha, kalau belum di kasi juga ya harus bersabar.

Dan kalau ibu memang sudah kebelet sekali aku suruh minta ke Siska!" Ilham bicara panjang lebar. ia tertawa sumbang.

Arini mencubit pinggangnya.

"Ada- ada saja! minta ke Siska." ucapnya mengulang kata -kata suaminya itu.

Sekilas Arini jadi teringat kejadian tadi sore di teras, antara Siska dan Rendi pacarnya.

Tapi sudahlah! dia berniat akan menceritakannya lain kali saja.

Arini merasa yakin ada yang di sembunyikan oleh suaminya saat itu.

Arini berusaha melupakan apa yang terjadi sepanjang hari itu. ia bersikap seperti biasanya.

Ia teringat kembali gosip yang di sebar Mpok Ipah. tapi dia menepis jauh-jauh prasangka buruknya.

Saat di meja makan pun Bu Lastri tak banyak mengoceh seperti biasa.

Arini yang biasa di cereweti jadi tak enak hati.

Siska juga tidak kelihatan.

"Mana Siska?" itulah satu satunya pertanyaan yang keluar dari mulut mertuanya.

"Biar aku panggil di kamarnya!" Arini bangkit dan melangkah ke kamar iparnya.

"Sis, ayo makan malam dulu!" ujarnya lembut.

namun tidak ada jawaban.

Siska, ibu dan Mas mu menunggu!" ucap Arini agak keras.

"Kalian makan saja! aku sudah kenyang!" teriak Siska dari dalam.

Arini mengalah. dia kembali ke meja makan.

"Gimana?" tanya Ilham penasaran.

"Dia belum mau membuka pintu kamarnya. aku juga tidak tau kenapa."

Tanpa banyak cakap, mereka bertiga menyelesaikan makannya.

Setelah beberes bekas makan di dapur, Arini membuatkan kopi untuk suaminya dan teh hangat untuk mertuanya.

"Bu, ini teh hangatnya,

jangan lupa minum obatnya ya!" ucapnya sambil meletak kan teh hangat dan obat buat mertuanya.

Saat hendak melangkah keluar, Bu Lastri mencegahnya.

"Rin, apa kau masih betah melayani keluarga ini?"

Degh! dada Arini berdegup kencang.

"Kenapa ibu bertanya begitu?" tanyanya antusias.

"Apa aku sudah melakukan kesalahan Bu?" tanyanya lagi.

Bu Lastri menggeleng.

"Sudah, lupakan saja!" ucap Bu Lastri sambil menepiskan tanganya ke udara.

Arini mendesah pelan.

ia keluar sambil menutup pintu dengan pelan.

Rupanya feeling nya benar, bahwa suaminya telah menyembunyikan sesuatu.

Arini membawakan makan malam Siska ke kamarnya.

"Sis.. mbak bawakan makanan kesukaanmu.!" ucapnya sambil membuka pintu yang ternyata tidak di kunci.

Raut wajah Siska masih terlihat jutek.

"Di makan ya!"

Arini meninggalkan kamar iparnya itu.

Hatinya semakin gelisah. apa sebenarnya yang sudah terjadi yang tidak dia ketahui.

💞Mohon dukungannya! dengan like komen dan vote nya🙏🙏

Terpopuler

Comments

Musniwati Elikibasmahulette

Musniwati Elikibasmahulette

hei ,sini bodoh ,kaya pembantu aja
terlalu baik ,nanti kamu di injakin

2023-07-11

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!