Sultan KW Super
CEKLEK
Seorang wanita cantik berambut panjang, mengenakan celana jeans dan kemeja panjang pula, tampak memasuki sebuah apartemen mewah.
Helaan napas kasar keluar dari mulut dan hidungnya secara bersamaan. Ia baru saja pulang dari penampungan dinas sosial setempat, di mana sebelumnya ia telah menyelamatkan puluhan anak remaja yang hampir saja menjadi korban perdagangan wanita.
BUGH
Tubuh lelahnya kini mendarat di atas sebuah sofa yang ada di ruang tengah. Kepalanya mendongak menatap langit-langit apartemen yang berwarna putih.
"Mereka benar-benar bia-dab!" umpatnya di sela-sela linangan air mata yang sudah menganak sungai. Pasalnya, dari dua puluh remaja yang dilarikan ke penampungan, ternyata ada satu orang yang dinyatakan menghilang dalam perjalanan.
Gadis itu memejamkan kedua matanya dalam. Menumpahkan segala gemuruh yang menghantam dadanya, kala mengingat percakapannya dengan beberapa orang yang ternyata merupakan dalang dari penculikan yang dilakukan dalam salah satu gerbong kereta api.
Namanya Shabira Aghata. Model cantik yang merupakan kekasih dari seorang aktor ternama--Firyanda Dwinthara. Walaupun prestasi dan karirnya melejit, namun tak membuat Bira menjadi pribadi yang sombong. Ia sangat senang melibatkan diri dalam berbagai aksi-aksi sosial di kotanya. Sikap peduli yang luar biasa dalam dirinya, tentu diwarisi dari kedua orang tuanya yang memang merupakan tokoh sosial masyarakat.
Drrrt ... Drrrt ... Drrrt.
Di sela-sela rasa kesal yang membuncah, tiba-tiba ponsel Bira berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Gadis itu tersentak.
Lekas di rogohnya tas selempang yang masih tersampir di bahu, lalu menggamit ponsel pintarnya. Tertera nomor baru di layar. Bira menyeka air mata yang masih membasahi pipi, lalu menerima panggilan.
"Ha--"
Belum selesai Bira mengucapkan kata HALO, orang di seberang sambungan sudah lebih dulu memangkasnya.
"Kak Bira, sebaiknya kakak jangan pulang ke apartemen. Orang-orang suruhan Tuan Gesang sedang bersembunyi di sana. Mereka berencana untuk membunuh Kak Bira," ucap seorang wanita yang merupakan salah satu petugas di penampungan dinas sosial. Ia sempat mendengar pembicaraan Tuan Gesang dan orang-orangnya setelah mereka menemui Shabira tadi.
DUAAAR
Bagaikan terkena sambaran petir, Shabira membatu di tempatnya. Keringat dingin mulai bercucuran di sekitar kening dan pelipisnya. Pandangan dibawa bergulir ke seluruh ruangan.
GREP
Kehadiran seseorang tertangkap ekor matanya. Seorang pria sedang bersembunyi di balik tirai.
Shabira kembali menggulir pandangan ke lain arah.
GREP
Ruang pandangnya kembali terisi oleh sosok seorang lelaki yang bersembunyi di balik lemari hias yang berada tak jauh dari posisinya.
Kenapa aku tak menyadarinya sedari tadi?
Shabira mulai menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. Dengan kondisi jantung yang berdebar kencang, ia bertekad harus menyelamatkan diri. Walaupun hasilnya belum bisa diprediksi, namun Bira harus berusaha semaksimal mungkin.
Akhirnya, dengan hati-hati dan perlahan, gadis itu mengayun langkah seribu untuk bersembunyi. Sebuah ruangan kecil yang merupakan gudang penyimpanan, menjadi tujuan persembunyian.
Lima menit kemudian.
"Dimana gadis itu?"
Terdengar suara bariton seseorang yang sedang mencari keberadaan Shabira. Seorang lelaki berambut ikal, bertubuh gempal, dan berkulit hitam, tampak menyisir pandangan ke sekitar apartemen tersebut.
Setelah menyadari bahwa Shabira sudah tidak berada di posisinya tadi, lelaki itu keluar dari tempat persembunyian bersama teman-temannya yang lain. Jika dihitung, ada sekitar lima orang yang ikut bersamanya.
"Cari gadis itu!" titah lelaki hitam tersebut pada teman-temannya.
Shabira yang sedang duduk memeluk lututnya di dalam sebuah ruangan kecil, sesekali mengintip keluar dari celah-celah yang ada di pintu. Pintu ruangan tersebut bagian bawahnya diberi celah yang terbuat dari bahan seng. Terlihat seperti anyaman bambu.
DEG
Shabira terpukul mundur ketika merasa tatapannya bersiborok dengan salah satu orang yang sedang sibuk mencarinya.
Mulutnya langsung komat-kamit melapalkan do'a agar bisa selamat dari terkaman orang-orang jahat itu. Seluruh bagian tubuhnya tampak bergetar ketakutan. Lidahnya kelu seolah telah disuntiki obat bius. Keringat dingin semakin membanjiri badannya yang kini sudah terasa panas dingin.
Saat salah seorang di antara lelaki itu hampir saja meraih knop pintu gudang, tiba-tiba suara bel apartemen berbunyi.
TING TONG
Semua lelaki itu tampak mematung di tempatnya. Mereka saling pandang satu sama lain.
Di depan pintu apartemen, seorang pemuda tampan sedang membawa sebuket bunga, menunggu si pemilik apartemen membukakan pintu untuknya. Dia adalah Firyanda Dwinthara.
TING TONG
Sekali lagi, Yanda menekan bel apartemen kekasihnya. Namun, tetap saja, tidak ada yang membukakan pintu.
Ia mulai menoleh ke kiri dan ke kanan, suasana di lorong unit apartemen itu memang tampak sepi. Ia lantas melirik arlogi di pergelangan tangannya, baru pukul delapan, lalu kembali menekan bel.
TING TONG
"Apa dia sudah tidur?" tanyanya pada diri sendiri.
"Bira!" seru Yanda, yang bisa didengar oleh Shabira.
Beberapa lelaki jahat yang masih membatu di tempat masing-masing, kembali saling pandang ketika mendengar seruan atas nama gadis yang akan menjadi sasaran misi mereka.
"Bira!" Yanda kembali menyerukan nama sang kekasih.
Shabira yang masih lagi setia dalam persembunyiannya, lekas merogoh ponsel yang berada di dalam tas, lalu menghubungi nomor Firyanda.
TUT ... TUT ... TUT.
Sambungan terhuhung, namun Yanda tak juga menjawab panggilannya. Terang saja, sangking tidak sabarnya untuk bertemu Shabira, Yanda sampai tidak sadar jika ponselnya tertinggal di mobil.
Beberapa kali melakukan panggilan tak terjawab pada nomor Firyanda, akhirnya Shabira hanya bisa menangis seraya menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Tolong, jangan pergi, Yanda!" Shabira bergumam lirih. Air mata terus membanjiri kedua pipinya.
Karena tak mendapatkan jawaban dari Shabira, akhirnya Firyanda kembali memasuki lift bersama buket bunga yang gagal diberikannya pada sang pujaan hati.
Sepeninggalan Firyanda ....
"Ayo, cari lagi!" titah lelaki bertubuh gempal itu pada yang lainnya.
Mereka kembali mencari ke sana sini, namun sepersekian detik kemudian ....
"Hei, dia kabur lewat sini!"
Semua orang terperanjat, tak terkecuali Sabhira. Ia berulang kali mengucap kata syukur seraya terus melangitkan do'a.
Lelaki yang sedang berdiri di depan pintu ruangan di mana Shabira berada pun lantas berhambur ke arah temannya. Mereka berenam, lalu menuruni tangga darurat yang tersedia di luar apartemen bagian belakang.
Untuk sesaat Shabira merasa lega, karena orang-orang itu sudah keluar dari apartemennya. Namun, naas tak dapat dihindari. Ponselnya tiba-tiba berdering keras sehingga membuat keenam pria yang baru saja menuruni beberapa anak tangga bisa mendengar nada tersebut.
Shabira terkejut bukan kepalang. Ponsel yang ia pegang sampai terpental ke lantai. Namun, lekas diraihnya kembali dan menerima panggilan yang ternyata dari Firyanda.
"Yanda, tolong aku! Ada orang-orang jahat di dalam apartemen yang ingin membu--"
BRAAK
Belum sempat Shabira menyelesaikan kalimatnya pintu gudang itu ditendang dari luar sehingga membuat pintunya terpelanting.
"Aaaarrrgh!" erang Shabira ketika beberapa lelaki bertubuh besar menyeret tubuhnya keluar.
Firyanda yang berada di seberang sambungan, hanya bisa menyerukan nama kekasihnya tanpa mendapatkan tanggapan lagi.
"Bira! Shabira!"
Ia berbegas keluar dari mobil, lalu naik kembali ke lantai di mana apartemen Shabira berada melalui lift.
Waktu yang tak sampai lima menit itu cukup lama bagi Yanda yang saat ini didera rasa khawatir tingkat dewa. Bagaimana tidak, kekasihnya sedang berada dalam bahaya. Sementara, ia tak berada di dekatnya.
Setelah pintu lift terbuka, Firyanda langsung melanting keluar seraya menuju ke unit apartemen Shabira yang mana pintunya sudah terbuka lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 7 Episodes
Comments
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
ikut deg-degan bacanya
2023-05-15
2
Putri Minwa
tetap semangat thor
2023-05-15
2
Ghiie-nae
terus lanjut karyanya kak👍👍👍
2023-05-15
3