"Bira!" pekik Yanda di dekat ponselnya.
"Shabira!"
Pemuda itu berbegas keluar dari mobil, lalu berlari memasuki gedung. Langkah seribu membawa tubuh gagahnya naik kembali ke lantai di mana apartemen Shabira berada melalui lift.
Waktu yang tak sampai lima menit itu cukup lama bagi Firyanda yang saat ini didera rasa gusar tingkat dewa. Bagaimana tidak, kekasihnya sedang berada dalam bahaya. Sementara, ia tak berada di dekatnya.
Setelah pintu lift terbuka, Firyanda langsung melanting keluar seraya berlari tunggang-langgang menuju ke unit apartemen Shabira yang mana pintunya sudah terbuka lebar.
"Bira!" teriak pemuda itu seraya melewati ambang pintu.
Yanda tampak berkacak pinggang, dan menghempas pandangan ke segala arah.
"Bi--"
Seruannya langsung tercekat, tatkala kedua netranya menangkap sosok terkasih yang mengintip dari balik lemari hias.
Firyanda menghela napas lega dan tersenyum penuh syukur. Perlahan kedua tungkai diayunkan mendekati Shabira.
Gadis itu malah terlihat mengibaskan tangannya. Bahasa kode agar Firyanda cepat keluar dari apartemennya.
Yanda yang tak mengerti dengan bahasa isyarat yang diberikan oleh Shabira, malah terus melangkah hingga keduanya sudah berdiri berhadapan.
"Pergi," ucap Shabira dengan nada lirih.
"Bira!"
Firyanda tidak tahan lagi untuk tidak menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Beberapa detik mereka lewati dengan saling rengkuh satu sama lain. Namun, sepersekian detik kemudian, telapak tangan Yanda tak sengaja menyentuh sebuah pisau besar yang menancap pada pinggang Shabira.
Kedua bola mata Firyanda langsung membola sempurna. Bersamaan dengan hal itu, ditariknya diri dari tubuh Shabira, lalu menopang tubuh gadis itu yang mulai terkulai--hampir jatuh ke lantai.
"Bira! Bira!" Usapan lembut di daratkannya di sekujur wajah sang kekasih.
"Ge-Gesang!"
"Apa?"
Firyanda tak bisa mendengar apa yang disampaikan oleh gadis itu karena suaranya terlampau lirih.
"Ge-Gesang!"
Akhirnya, Yanda bisa mendengar satu kata yang merupakan sebuah petunjuk tentang siapa dalang dari peristiwa naas yang menimpa Shabira. Firyanda tak mengenal siapa Gesang. Namun, perbuatan orang itu sukses membuatnya naik pitam. Ia menggeram seraya memekik frustrasi.
"Aaarrrggghhh!"
Sudah hampir satu bulan mereka berdua tidak bertemu karena kesibukan akan pekerjaan masing-masing. Namun, setelah takdir membawa keduanya kembali pada titik temu, tragedi memilukan itu malah memeluk keduanya tanpa belas kasih.
Di saat Firyanda masih hanyut dalam duka, orang-orang suruhan Tuan Gesang tampak bergerak mendekat. Sebelumnya, mereka sengaja bersebunyi, karena sudah bisa menebak situasi apa yang akan terjadi. Firyanda pasti akan kembali menghampiri.
Saat langkah keenam lelaki bejat itu sudah mengelilingi mereka, Yanda bisa melihatnya dari ekor mata. Namun naas, bersamaan dengan mendongaknya pandangan, sebuah besi bulat berdiameter lima belas centimeter dengan panjang hampir satu meter, menghantam kepala pemuda itu dari samping.
BUGH
Bia-dab!
Tubuh Firyanda terhuyung ke samping dan berakhir di lantai marmer.
BRAK
NGUING NGUING NGUING
Kepala pemuda itu serasa diputar sekencang putaran tornado. Pandangannya menjadi buram. Darah segar keluar dari pelipis dan keningnya yang sobek.
Shabira yang masih sadarkan diri hanya bisa merangkak untuk menggapai tangan Yanda yang posisinya tidak terlalu jauh darinya.
"Ya-Yanda!"
Sambil memegang kepalanya yang berlumuran cairan merah, Yanda pun berusaha menggapai tangan Shabira dengan susah payah. Rasa nyeri berkali lipat menyerang kepalanya seolah sudah ditusuki ribuan jarum kematian.
Namun, saat tangan keduanya hampir saja bertemu, seorang lelaki baru tiba-tiba melengkapi formasi, dan menarik tubuh Shabira menjauh dari Firyanda.
"Sepertinya nasib kalian berdua akan berakhir seperti Romeo dan Juliet," ucap lelaki itu dengan seringai iblis. Lelaki yang merupakan atasan dari para lelaki berkulit hitam tersebut.
Ya, dia adalah Tuan Gesang. Otak dari segala kebiadaban. Dialah orang yang telah digagalkan misinya oleh Shabira untuk menjual dua puluh remaja perempuan ke luar negara.
TOK
TOK
TOK
Tuan Gesang menghentakkan besi bulat itu di dekat kepala Shabira yang saat ini berada dalam posisi telungkup.
Tatapan tak berdaya gadis itu hanya tertuju pada Firyanda yang kini juga sudah kesulitan untuk bergerak.
"Pertunjukan ini akan jauh lebih seru, jika kau menyaksikan kekasihmu mati secara langsung." Tuan Gesang berdiri di atas kepala Shabira, sementara tatapan mengejeknya ditujukan langsung pada Firyanda.
Aktor ternama yang bernasib malang itu hanya bisa menggerakkan tangannya ke arah Shabira. Air mata yang sedari tadi sudah membanjiri pipinya, kini semakin deras tanpa jeda. Ia benar-benar merasa tidak berguna.
TOK
TOK
TOK
Kembali, Tuan Gesang menghentakkan besi bulat itu ke lantai seolah sedang mengambil ancang-ancang untuk melakukan pukulan di lapangan golf, dan kepala Shabira sebagai bolanya.
"TIDAAAK!"
Firyanda tampak gelisah di tempatnya. Ia tahu betul apa yang akan terjadi selanjutnya pada Shabira.
Tuan Gesang kembali menyeringai ke arah pemuda itu, lalu bersiap mengangkat tongkat besi yang ada di dalam genggamannya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
BUGH
"SHABIRAAA!"
Firyanda memekik sejadi-jadinya. Kedua matanya terpejam dalam. Sementara air mata terus menguar.
Darah segar membanjiri lantai di mana tubuh Shabira tergeletak dengan posisi kepala miring menghadap Firyanda. Senyumannya mengembang seiring dengan napas terakhir yang terembus dari bibirnya yang sedikit terbuka.
Yanda ... kembali meraung setelah melihat tak ada lagi pergerakan dari tubuh Shabira. Tatapan kosong kekasihnya itu cukup memberikan arti, di mana kehidupan tak lagi bersarang di dalam tubuh gadis itu.
Harapan Yanda hancur sudah. Padahal, hari ini ia berniat akan melamar Shabira. Namun, takdir seakan tak merestui niatnya.
Tuan Gesang dan anak buahnya hanya tertawa puas melihat penderitaan Firyanda. Padahal, di antara mereka tidak ada kesalahpahaman apa pun sebelumnya. Namun, tanpa disadarinya kematian Shabira hari ini akan menjadi awal di mana sebuah dendam mulai tumbuh di dalam diri seorang Firyanda.
Perlahan, ba-jingan itu melangkah mendekati Firyanda. Diseretnya pula tongkat besi yang ia pakai untuk melenyapkan nyawa Shabira.
Yanda yang juga sudah dalam keadaan tidak berdaya, kini hanya bisa meratapi nasib se jadi-jadinya.
"Permainan kita belum berakhir, Tuan Muda." Tuan Gesang sudah berdiri di samping kepala Firyanda.
Pemuda itu tak sedikit pun menggubris perkataan yang keluar dari mulut busuk seseorang yang telah merenggut nyawa kekasihnya itu.
"Habisi saja, Bos."
Salah satu dari anak buahnya, menyerukan kalimat provokasi.
"Tidak, aku tidak akan mengakhiri hidupnya. Dunia akan menangis, jika aktor kesayangan mereka mati secara tragis. Sisa hidupnya adalah kutukan baginya." Tuan Gesang kembali menyeringai. Ia mulai mengayunkan kembali tongkat besi itu ke udara, dan ....
BUGH
Satu pukulan tambahan di daratkan Tuan Gesang pada pelipis Firyanda yang sukses membuat pemuda itu tak sadarkan diri.
"Bereskan semuanya! Jangan sampai meninggalkan jejak sedikit pun!" titah Tuan Gesang pada anak buahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 7 Episodes
Comments
𝕹𝖚𝖗𝖚𝖘𝖞𝖘𝖞𝖎𝖋𝖆
mengeri 🤧🤧🤧
2023-05-15
2
Putri Minwa
Widih sadis nya
2023-05-15
3
Najwa Aini
seriusan nih..Shabira mati?
kejam banget ihh
2023-02-20
3