Cinta Salah Sasaran

Cinta Salah Sasaran

1. Sang penguntit

Panas demikian terik di ibukota, ketika seorang gadis muda berseragam putih abu-abu, mengayuh sepedanya menyusuri jalanan ibukota yang sangat padat. Tak pernah takut panas, dan juga tak pernah suka mengeluh layaknya tuan putri manja, gadis itu tetap bersemangat dan menaklukkan panas terik suasana di ibukota.

Dia adalah Elvionika Sinatra, gadis cantik dengan kulit putih bersih dan bertubuh mungil layaknya sang Mama, Anika Putri Mahardhika. Hidungnya tinggi menjulang, bibir padat berisi dengan gesture sensual, mata yang bening penuh pesona, serta alisnya yang nyaris menyerupai bulan sabit, seperti sang Papa, Dewa Sinatra yang membuatnya begitu terkenal di sekolah.

Sayang, Vio begitu sulit takluk pada siapapun di sekolah, termasuk guru-gurunya.

Gadis itu begitu riang bersenandung, diantara padatnya lalu lalang di siang hari ini. Kulit lengannya hanya tertutup jaket tipis, dengan rambut yang dikuncir lebih dulu, lantas dikepang dengan pita merah pada ujungnya.

Berada di ibukota bersama Mama dan Papa sambungnya, membuat Vio begitu kebanjiran kasih sayang. Tak hanya itu, sesekali Ayah kandungnya datang mengunjungi Vio, beberapa bulan sekali jika sudah sibuk, dan sebulan sekali jika waktunya senggang.

Dan sepeda kayuh yang dipakainya, tiba-tiba berhenti begitu saja, ketika ia melewati sebuah gedung yang menjulang tinggi. Tatapan mata gadis itu terkunci pada sosok pria yang belakangan menjadi pusat perhatiannya.

Berdasarkan info yang Vio terima, lelaki itu adalah Felix Harraz Rahardja, putra sulung Tirta Rahardja dan Gihana Atmadja Rahardja. Memiliki perusahaan yang berkembang begitu pesat yang akan diwariskan oleh keluarganya, kepada Felix.

Perawakan Felix begitu tinggi tegap, dengan tatapan tajam yang siap membunuh mati nyali lawan jika sudah marah. Beberapa kali pertemuan tak sengaja dengan pria bermata tajam dengan rambut hitam legam itu, membuat Vio penasaran, seperti apa kiranya rasa bibirnya.

Ah, membayangkan dirinya akan memberikan ciuman pertama pada pelria matang berkulit bersih itu, membuat Vio merasa tenang melayang.

Seolah seperti gen yang di turunkan, Vio tak jauh berbeda dengan sang Nenek, Kania. Gadis itu menjunjung tinggi harga dirinya, namun memiliki ego yang rendah dan murah hati. Ia bahkan tak segan-segan berniat mengungkapkan perasaannya terhadap lelaki yang ia ketahui bernama Felix itu, jika ia memiliki suatu kesempatan yang membuatnya dekat dengan Felix.

Sebuah rencana yang terbilang gila, dan membuatnya dipandang sebagai wanita tergolong rendah dan murahan. Sayangnya, Vio tak peduli sama sekali dengan apa yang orang lain sematkan untuknya.

"Om ganteng .... " sapa Vio seraya melambaikan tangan.

Sontak saja gadis itu menjadi pusat perhatian seluruh bawahan Felix. Lelaki dengan rahang tegas serta hidung yang tinggi itu mengernyitkan kening, saat melihat ada gadis yang melambai ke arahnya, terlihat tidak asing.

Seperti pernah melihatnya, tapi dimana?

Batin Felix.

Tak ingin membuang waktu, lelaki matang dengan kesibukan yang lebih padat daripada Presiden sebuah negara itu, mengabaikan Vio, membuat si gadis berseragam putih abu-abu itu merasa tertantang.

"Awas saja nanti, aku akan ikuti," ujar Vio dengan percaya diri.

Si gadis yang tak pernah mengenal kata menyerah itu, lantas mengayuh sepedanya kembali mengikuti mobil yang membawa pria berkulit putih itu. Beruntung ibukota siang ini agak padat, membuat mobil yang di kendarai Felix melaju pelan, dan Vio menggunakan kesempatan itu, untuk mengejar.

Sebuah bangunan megah dengan nuansa klasik, membuat siapapun betah berada disana, termasuk para pengusaha yang ingin melakukan pertemuan bisnis.

Vio nekat masuk, dengan hanya memesan segelas minuman dingin untuk memanjakan tenggorokannya yang terasa kering. Tak lupa, gadis itu juga mengeluarkan ponselnya dari tas untuk menghubungi satu-satunya sahabat yang ia percaya.

Nisa, gadis dengan perawakan padat berisi, membuat Vio merasa lebih percaya diri. Pikir Vio, ia tak mungkin akan bersaing dengan sahabatnya sendiri, sebab dirinya jauh lebih indah dalam segi fisik dan penampilan.

Terkadang sejahat itu pikiran Vio.

Tak jauh dari meja tempat Vio menguntit, Felix tengah berkonsentrasi bicara dengan relasi bisnisnya. Sebuah kesepakatan tercapai dengan sempurna sesuai dengan yang ia harapkan, membuat Felix tersenyum puas. Pencapaian serta prestasi yang di capai Felix, membuatnya dipercaya oleh sang Papa, untuk mengelola sebuah perusahaan anak cabang yang paling dibanggakan oleh ayahnya, Tirta Rahardja.

Jangan tanya bagaimana reputasi Felix BB dalam dunia bisnis, bahkan banyak pengusaha senior yang mengincar Felix, untuk dijadikan menantu kebanggaan.

"Terima kasih, Tuan muda Felix, saya harap kita bisa melakukan makan malam sesekali untuk membahas tentang bisnis yang akan kita jalankan," ujar seorang lelaki yang berusia sekitar awal empat puluhan.

Lelaki itu sedikit gendut, dengan perawakan yang terbilang tambun. Bahkan perawakannya terlihat lebih tua bila dibandingkan dengan Tirta, padahal usianya lebih muda dari Tirta. Tubuh yang sehat terawat, tentunya akan tampak lebih muda, bukan?

"Tentu, Tuan Maran. Saya akan meminta asisten pribadi saya untuk mengatur jadwalnya. Hanya saja jika boleh berpesan, Sabtu malam Minggu saya tidak akan menerima undangan apapun, karena itu adalah waktu untuk kekasih saya," jawab Tirta seraya tersenyum simpul.

"Wow, tentu gadis yang sangat beruntung untuk siapapun yang menjadi kekasih anda. Sudah tampan, anda juga pria yang cerdas dan cekatan dalam bidang pekerjaan. Andai anak gadis saya sudah dewasa, saya ingin menjodohkannya dengan anda," lelaki yang dipanggil Tuan Maran itu terkekeh ringan.

Apa? Di jodohkan dengan anak lelaki yang tampangnya sudah seperti bom atom asal Hiroshima? Oh tidak! Pasti anaknya jauh lebih jelek dari aku.

Batin Vio dengan percaya diri, yang duduk tak jauh dari meja Felix.

"Terima kasih, anda terlalu berlebihan dalam menilai saya," seperti biasa, Felix selalu merendah dan senantiasa memposisikan dirinya sama dengan orang lain. Lelaki itu memiliki hati yang baik, juga bukan lelaki yang suka menjunjung tinggi dirinya sendiri.

Baik Tirta dan Hana selaku orang tua, tak pernah menanamkan sifat sombong pada putranya. Keduanya memang selalu kompak memberikan banyak masukan membimbing Felix untuk menjadi pribadi yang bermoral.

"Baiklah jika begitu, saya pamit dulu, Sampai jumpa di pertemuan berikutnya," Tuan Maran pamit dan berlalu pergi, meninggalkan Felix yang memejamkan mata sebab letih.

Baru saja Felix hendak meminta asisten pribadinya untuk mengosongkan jadwal hingga sore nanti, sebuah suara berhasil membuat Felix membuka mata dan urung untuk bicara.

"Hai, Om," sapa Vio yang tiba-tiba datang tanpa diundang, dan duduk tepat di kursi sebelah Felix.

Felix mengerutkan keningnya, bertanya-tanya darimana asal datangnya gadis itu, gadis berseragam putih abu-abu.

"Siapa kamu?" tanya Felix dengan suara dingin dan angkuh. Tak pernah sebelumnya, ada gadis remaja asing yang mendatanginya. Felix khawatir, dirinya menjadi korban penipuan seperti yang lagi marak terjadi di ibukota.

"Om belum mengenal aku? Kenalin, Om, aku Elvionika Sinatra, panggil saja aku Vio," jawab Vio dengan ceria, dan mengulurkan tangannya.

Gadis itu benar-benar semakin penasaran dengan sosok lelaki di sebelahnya ini, sebab Felix berkata dengan nada dingin. hal itu tentunya mendatangkan sebuah tantangan tersendiri.

"Apa keperluanmu mendatangiku? Jangan harap aku akan menyambut uluran tanganmu yang penuh dengan kuman itu," ungkap Felix tanpa perasaan.

"Kuman? Mana ada?" tanya Vio dengan konyolnya, seraya melihat telapak tangannya secara detail.

Felix jadi risih sendiri dengan tingkah absurd gadis di sebelahnya ini.

"Denny, ayo kita kembali ke kantor sekarang!" seru Felix pada asistennya, meninggalkan Vio yang tercengang di kursinya.

Dalam hati Vio, ia semakin bertanya-tanya, bagaimana sih rasanya jadi kekasih Om-om dingin seperti Felix Harraz Rahardja itu?

Sifat dan karakter Vio yang paling kuat adalah, ia tak akan mudah menyerah sebelum ia mendapatkan apa yang ia inginkan, meski ia harus menjadi penguntit setiap pulang dari sekolah.

**

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

mampir thor kayaknya bagus n menarik ceritanya,,,vio dgn percaya diri mengejar om felix sangat penasaran pgn jd pcr felix....

2023-10-01

1

Arya akhtar

Arya akhtar

semoga vio bar-bar kayak cerita neneknya, seru ini Thor.

2023-02-17

1

Vera Mahardika

Vera Mahardika

ya Allah vio, org dikatain bom atom hirosima 😂😂😂

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!