2. Kunjungan.

Sebuah pelukan hangat di dapat oleh Vio, saat dirinya pulang dari sekolah. Oh bukan, bukan pulang sekolah tepatnya, melainkan pulang dari kafe dimana ia pertama kali menemui Felix, si pengusaha muda yang di gandrungi banyak wanita.

Tanpa ia duga, Papa kandungnya datang dari Jawa timur, beserta dengan istrinya yang juga sepupu dari sang Mama. Sebuah hubungan kekeluargaan yang rumit, sebab itu membuat Vio seringkali bingung.

Tak ingin memikirkan masalah terlalu lama, Vio membuang semu pikiran yang sekiranya bisa membuatnya tertekan. Satu-satunya hal indah adalah, ia bisa melepas rindu pada Papanya, Dewa Sinatra.

Pertemuan yang jarang di lakukan, yang kerap kali membuat Vio rindu Papa jika Mama sudah mengomel. Beruntung Papa sambung Vio adalah orang yang baik dan penyabar, tak pernah memiliki keinginan untuk memarahi Vio sekalipun Vio membuat ulah. Paling hanya teguran dan nasihat yang Vio terima.

Banjir kasih sayang, membuat Vio kerap kali membuat ulah untuk memancing masalah. Lain dengan anak-anak lain pada umumnya yang suka anteng dan menghindari masalah, Vio justru suka sekali berulah, dengan membuat keributan yang tak penting. Acap kali sang Ibu, Anika mengeluh karenanya.

"Papa, Vio kangen Papa. Maaf Vio tepat pulang, Vio bawa sepeda tadi, dan mampir beli es di jalan," ucapnya sembari memeluk erat Papanya.

Vio tak salah, kan? Ia memang mampir di sebuah kafe untuk memanjakan tenggorokannya yang terasa kering, dengan membeli minuman dingin. Ya, meskipun dengan embel-embel, ia nekat menemui Om-om yang berusia tiga puluh satu tahun.

"Nggak apa-apa. Kamu ini kenapa sih sebenernya, kok ya nggak mau diantar jemput pakai mobil saja? Atau bawa motor sendiri kalau memang benci kemacetan. Itu bisa mengirit banyak waktu sebenarnya," ujar Dewa kemudian.

"Vio nggak mau, nanti dikira anak orang kaya. Yang ada, nanti beasiswa yang Vio dapat malah di cabut lagi," jawab Vio sambil terkekeh dan melepas pelukan dari Papanya.

Anika dan Vanya, Sang Mama dan istri Papanya yang ia panggil Tante, menggelengkan kepala tak berdaya.

"Beasiswa itu ada kan karena kamu berprestasi, sayang. Jadi kalau kamu memang terlihat kaya, itu tak masalah sebenarnya. Mau bawa mobil ataupun sepeda kayuh, kamu akan tetap dapat dapat beasiswa. Ya kali, kalau prestasimu menurun, barulah beasiswa untuk kamu, dicabut," Vanya menimpali.

"Enggak deh, Tan, Vio lebih suka bawa sepeda kayuh," kekeh anak sulung Dewa dan Anika itu.

"Kamu kalau di bilangin suka bandel dan ngeyel ya, Vio. Aih, terserah kamu lah," Anika menggeleng tak berdaya.

Vio tak ambil pusing dengan kalimat sang Mama. Gadis itu cuek saja sebab Omelan mama setiap hari, baginya adalah sesuatu yang membuatnya kenyang.

"Ma, besok aku pulang telat lagi. Ada acara di luar sekolah, Vio mau ke rumah Nisa buat belajar kelompok. Biasalah, ada tugas keterampilan yang harus Vio kerjakan sama Nisa," ungkap vio kemudian.

"Tugas apa? Kenapa sih, nggak Nisa aja yang sekali-kali datang kesini? Kenapa mesti kamu yang mengunjunginya?" tanya Anika heran.

"Anika itu gendut, Ma. Selesai kerja kelompok, anak itu pasti ngantuk. Kalau Vio kan tahan meski capek. Dahlah, lagian juga kasian si Nisa," ungkap vio kemudian.

"Ya ya ya, suka-suka kamu," sahut Anika dengan pasrah.

**

Sore merambah menuju malam, ketika Felix Harraz Raharja pulang dari kantor. Lelaki itu memasuki rumahnya, dengan gurat lelah yang begitu terlihat. Denny menurunkan dirinya di area garasi, dan segera saja lelaki yang sudah matang secara usia itu, masuk melalui ruang tamu.

Betapa lelah itu hilang seketika, saat ia melihat sang kekasih, Diana datang dan menunggunya di ruang tamu. Perbincangan Diana dan Mama Felix, Hana, berputar pada topik mengenai apa yang disukai dan tak disukai Felix.

Seorang wanita muda dengan gaya anggun dan penampilan khas wanita sosialita, menyambut Felix dengan senyum manis. Dress biru langit yang melekat pada tubuhnya, sempurna membalut tubuh sintal dan menggoda itu. Wajahnya cantik mempesona, dengan rambut lurus yang di urai.

"Diana," sapa Felix dengan semangat. Senyum lelaki itu lembut, seolah tak ada orang lain di dalam ruang tamu.

"Hai, Felix," sapa Diana balik, seraya menyambut pelukan Felix. Keduanya bahkan tak segan-segan saling berpelukan, meski ada Hana yang merasa risih sendiri.

Dasar bocah, sudah dewasa namun sikapnya tak jauh berbeda dengan anak-anak.

Ujar Hana dalam hati.

"Kurasa kau sangat cantik sekali malam ini. Apa kau datang sudah sejak tadi?" tanya Felix kemudian.

"Tidak juga. Aku hanya datang mampir sebentar, lihat, aku membawakan buah kesukaanmu," ujar Diana seraya menunjuk sebuah bingkisan berisi jeruk. Diana hapal betul, Felix begitu menyukai buah jeruk, apalagi yang rasanya ada asamnya.

"Oh, terima kasih, sayang. Aku aka. memakannya nanti. Kau dari mana ini?" tanya Felix, seraya mengisyaratkan pada Diana, untuk segera duduk kembali ke sofa. Ekor mata pria itu mengikuti siluet sang Mama yang berlalu menuju ke belakang.

"Aku pulang dari pemotretan sore tadi. Kebetulan memang aku berniat mampir dan ya, aku merindukanmu," jawab Diana kemudian.

Senyum Felix terukir, "Sama, aku pun merindukanmu."

Dian tersenyum malu-malu, menatap Felix dengan penuh cinta. Wanita yang berkarir di dalam dunia permodelan itu, tak sabar untuk meresmikan pernikahan bersama sang kekasih.

Bukan karena Diana ingin hidup kaya dan banyak uang, melainkan sebab Diana sudah telanjur melabuhkan hatinya hanya pada Felix, begitupula dengan Felix yang merasakan hal serupa.

"Akhir pekan depan, aku ingin kencan denganmu, kau mau? Malamnya, ada acara peresmian hotel baru milik Oma Dita, kita akan menghadiri acar itu bersama. Kau bersedia?" tanya Felix kemudian.

Suara Felix begitu halus pada Diana, seolah Diana adalah porselen mahal yang patut dijaga.

"Tentu saja aku mau. Nanti, kita mengenakan pakaian dengan warna senada, ya?" tanya Diana dengan manja.

"Tentu. Besok pagi biar Denny yang mengaturnya, kau tinggal bicara dengan orang butik," ujar Felix kemudian.

Perlahan, Felix berniat untuk mengenalkan kekasihnya di depan publik termasuk dalam kalangan bisnis. Sebuah rancangan masa depan mulai tersusun apik dalam kepalanya, yakni meminang Diana secepat mungkin.

Cinta yang Felix miliki, rasanya sulit untuk dienyahkan. Inginnya Felix mampu memiliki Diana secepat mungkin, namun ada sesuatu yang hingga kini membuat Felix belum mantap untuk bertunangan dengan Diana.

Restu dari sang Papa, yang tak bisa Felix kantongi semudah yang ia pikir. Padahal jika boleh Felix katakan, Diana adalah wanita baik dari keluarga terhormat. Wanita Felix itu juga dikenal sebagai wanita yang bersih.

Entahlah, mengapa sesulit ini mengantongi restu dari Papa.

**

Terpopuler

Comments

Arya akhtar

Arya akhtar

apa vio ga punya saudara
apa Vanya benar-benar ga bisa ngasih keturunan lagi buat dewa
atau Anika punya anak lagi ga Thor dg Rama?,
terus saudara Felix siapa aja itu Thor?
JD penasaran Ama keluarga mereka.

2023-02-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!