4. Memburu nomor ponsel.

Akhir pekan ini, diwarnai dengan kehangatan dan canda tawa dari pasangan muda, Felix Harraz Rahardja dan Diana Anastasia. Wanita itu begitu di manjakan oleh Felix, sebab Felix jarang bisa menghabiskan waktu berdua saja dengan sang kekasih.

Sebuah acara peresmian hotel terbaru milik Hanindita Mayangsari, istri dari Daniel Atmadja yang merupakan kakek dan nenek Felix, membuat banyak para pengusaha berkelas datang, termasuk Rama Handoko dan Anika.

Bak sebuah Dewi Fortuna yang tiba-tiba berpihak pada seorang gadis bernama Elvionika Sinatra, putri sulung Anika Mahardhika. Gadis itu begitu sumringah saat menyadari, bahwa acara ini adalah milik nenek Felix.

Gaun berwarna lavender yang di kenakan oleh Diana, begitu serasi dengan Felix yang mengenakan setelan jas-celana hitam, berkemeja lavender. Lelaki itu tampil begitu cool, dengan rambut yang dibuat acak-acakan, namun terlihat begitu semakin tampan.

Lain halnya dengan Diana, di depan pintu masuk ada Elvionika yang baru saja masuk dengan mengenakan gaun merah dengan potongan yang tinggi. Dada wanita itu tertutup, sesuai dengan rancangan khas Vanya, sebagai ibu tiri sekaligus sepupu Mama Anika.

Payet mahal disertai dengan tebaran batu Swarovski mewah di bagian dada, melekat indah pada gaun merah darah yang terlihat begitu berani. Namun, di bagian perut ke bawah, tampak polos tanpa biasan. Untuk mengimbanginya, bahkan Anika juga mengenakan gaun senada berwarna merah darah.

"Ma, aku deg-degan. Beneran nggak sih, kalau aku ini udah cantik paket banget?" tanya Vio pada sang Mama. Anika sampai memutar bola matanya, merasa Vio terlalu berlebihan.

"Sekali lagi kamu tanya, kamu dapat piring," ujar Anika sebagai balasan.

Rama terkikik di buatnya, ketika melihat Anika yang mengeluh menghadapi tingkah putrinya.

"Kamu benar-benar terlihat dewasa, Sayang. Kamu sangat cantik, dan pasti banyak yang suka sama kamu, asal kamu nurut dan jangan bikin ulah. Ayo, jangan jauh-jauh dari Mama dan Ayah," perintah rama kemudian.

Elvionika tersenyum, merasa memiliki pendukung. Bahkan selama ini, Rama selalu memanjakan Vio hingga Vio kadang suka besar kepala.

"Makasih, Ayah," Vio tersenyum tulus, pada Rama kemudian.

Di dalam aula gedung yang begitu luas lagi megah, Diana tak melepas sedikitpun tautan tangannya pada Felix. Wanita itu seolah tengah memperlihatkan pada semua orang, bahwa ia benar-benar ratu Felix malam ini.

Tak sedikit dari para pengusaha senior yang sudah sukses, merasa patah hati, sebab niatnya untuk menjodohkan Felix dengan putri mereka, terpatahkan. Baik Felix maupun Diana, mereka begitu terlihat sangat serasi.

"Yah, kenapa Om ganteng itu punya pacar sih? Itu pasti yang namanya Diana," gumam Vio yang tak di dengar oleh siapapun.

Namun sejurus kemudian, senyum Vio terbit, menandakan bahwa ia memiliki celah lain untuk bisa masuk ke dalam hidup Felix. Rasanya semakin membuat Vio penasaran, bagaimana sensasinya menjadi kekasih seorang Felix yang tampan, sukses, lagi dingin.

Pasti sangat di ratukan.

Batin Vio kemudian.

Tatapan mata Vio, sesekali mencuri pandang pada lelaki yang menjadi pujaan hatinya itu. Bukan hanya itu, bahkan Vio seolah tengah mencari saat yang pas, untuk menyapa Felix. Mungkin, menunggu Diana lengah untuk pergi ke toilet.

Dan ketika Anika mengajak Vio untuk menyapa dan menemui Dita, sebagai pemilik hotel itu, segera saja Anika menyapa lembut wanita lebih separuh baya itu, sebagai tamu undangan.

Kesuksesan Rama dalam mendirikan sebuah usaha, membuahkan hasil sebesar ini. Lelaki itu bahkan telah di kenal dalam dunia pasar bisnis. Dan Vio, tak membuang kesempatan ini, untuk bisa mendapatkan perhatian Felix.

"Sayang, kamu kenapa? Tingkahmu aneh sekali," kata Anika yang melihat gelagat putrinya tak seperti biasanya.

"Vio pengen sekali ke toilet, Ma. Boleh?" tanya Vio pada Nika.

"Boleh. Kamu kenapa dari tadi nggak ngomong? Kan kamu bisa minta izin ke Mama," ucap Anika.

"Maaf, yaudah, aku ke toilet dulu, bentar," ucap Anika kemudian.

Gadis itu berlalu, berjalan cepat menuju ke toilet, dengan tatapan mata yang tak lepas dari sosok Felix yang masih belum menyadari kehadiran gadis yang belakangan mengejarnya setengah mati.

Dasar nenek lampir. Segitu aja cantik? Masih kalah jauh sama aku, lah. Masa dewasa dan nyaris tua begitu, bisa ngalahin aku yang unyu-unyu, sih?

Om-om memang kadang-kadang suka sama yang tua.

Batin Vio mengumpat Diana yang sejak tadi tak menjauh dari Felix.

Mungkin sebuah keberuntungan, hingga kemudian Diana melepas lengannya, menuju ke arah gerombolan wanita yang penampilannya seperti sosialita. Bukankah ini kesempatan yang bagus?

"Hai, Om. Om apa kabar?" sapa Vio yang begitu percaya diri.

Felix yang tadinya tengah bicara dengan dua orang rekan bisnisnya, mengalihkan atensinya, mengerutkan kening saat melihat Vio.

Sepertinya aku pernah tahu anak ini. Tapi siapa dia?

Batin Felix yang setengah lupa pada Vio.

"Siapa itu, Tuan Felix?" tanya seorang pria yang mungkin berusia awal empat puluhan. Tubuhnya tegap, dan menurut Vio juga tampan.

Ah, selera Vio mengapa harus yang tua-tua? gadis itu merutuki dirinya yang menurutnya abnormal.

"Eh, ini .... " Felix bingung untuk menjelaskan, sementara dirinya merasa tak kenal dengan gadis bergaun merah di hadapannya ini.

"Apakah saudari?" tanya lelaki itu, si rekan Felix.

"Y-ya," jawab Felix meragu.

"Baiklah, saya akan berbincang dengan tuan Daniel dulu. Silahkan," sahut lelaki itu yang lantas berlalu pergi, meninggalkan Felix yang kini berdekatan dengan Vio.

"Siapa kau?" tanya Felix, dengan tangan kiri ia letakkan di saku celana, dan tangan kanannya menggenggam gelas kristal mahal berisi minuman.

"Elvionika Sinatra. Apa om Felix lupa? Itu loh, yang beberapa hari lalu ketemu di kafe pas ... ah, masa sih, om Felix lupa aku?" tanya Vio seraya tersenyum manis.

Gilanya, Vio berharap Felix akan terpana pada senyumnya. Gadis itu mengerjapkan matanya, membuat bulu mata lentiknya bergetar samar. Sialnya, bulu mata alami itu membuat Felix curiga, pasti ada sesuatu yang di inginkan gadis ini.

"Aku mengingatnya. Untuk apa kau datang kemari?" tanya Felix dengan nada dingin.

Dan ketika banyak orang mulai terfokus pada sebuah sambutan dari Oma Felix, saat itu pula dengan kurang ajar Vio menarik tangan Felix agar ikut serta dengannya, ke halaman belakang aula. Naasnya, Felix tak memiliki pilihan lain sebab tak ingin jika menolak, membuat keributan.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Felix lagi, dengan suara yang tak kalah dingin.

"Salah sendiri, kenapa terlalu cuek dan dingin. Aku cuman mau minta nomor om Felix, titik," ungkap Vio.

"Tidak ada," jawab Felix dengan tegas.

"Kalau nggak dikasih, aku akan bilangin ke Oma Dita, kalau om Felix suka aku," jawab Vio.

"Jangan macam-macam, kamu. Pergi kamu dari sini," usir Felix tanpa perasaan.

"Aku akan pergi, setelah ini kasih nomor om Felix. Simpel kok," jawab Vio mengancam.

Hanya nomor Felix, yang bisa membuat Vio lebih mudah mendekati lelaki itu.

"Sial!" umpat Felix yang terpaksa memberikan nomor ponselnya pada Vio.

Lelaki itu hanya tidak sadar, jika memberikan nomornya pada Vio, akan menambah urusan panjang. Hanya saja, Felix ingin Vio segera lenyap dari pandangannya, dan ia bisa kembali ke dalam.

"Jangan pernah muncul lagi di hadapanku!" tegas Felix selepas memberikan nomor ponselnya pada Vio.

"Siap. Tapi nanti, aku akan telepon om Felix, bye," ujar Vio sebelum akhirnya ngacir ke dalam gedung. Bisa gawat jika ia sampai kena omel Mama, karena menghilang tanpa pamit.

**

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

vio gadis bar2 banget pemberani sampe saking penasarannya mengejar cinta felix....

2023-10-01

1

Arya akhtar

Arya akhtar

Pepet terus vio

2023-02-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!