Malam telah larut, menyisakan lelah yang berkepanjangan ketika dini hari nyaris tiba. Angin berhembus kencang, menciptakan dingin yang menusuk kulit hingga ke tulang-tulang.
Pesta peresmian hotel baru milik Oma Felix baru saja rampung di gelar. Felix yang baru saja tiba di rumah utama, menyapa sang adik yang paling kecil, berusia tiga setengah tahun.
Sungguh gila Tirta menurut Felix. Sang Ayah itu bahkan tak berhenti berkembang biak, dan Ibunya harus melahirkan anak di usia lima puluh satu tahun, dan itu terjadi tiga setengah tahun lalu.
Bagaimana tidak gila? Setiap Felix memiliki waktu senggang untuk bersantai lima menit saja, Hana selalu meneriaki dirinya agar membantu mengasuh Darren, adiknya yang paling kecil.
Jika di rinci, anak pertama Hana dan Tirta adalah Felix Harraz Rahardja tiga puluh satu tahun, kedua bernama Gilang Harraz Rahardja berusia dua puluh empat tahun, ketiga bernama Keanu Harraz Rahardja berusia delapan belas tahun, keempat bernama Liam Harraz Rahardja berusia tiga belas tahun, kelima bernama Shaka Harraz Rahardja berusia delapan tahun, dan Darren Harraz Rahardja berusia tiga setengah tahun.
Keenam anak Tirta dan Hana adalah laki-laki. Bahkan Hana nyaris stress, sebab sang suami yang bicara tak akan berhenti memiliki keinginan punya anak lagi, jika Hana belum melahirkan anak perempuan yang lucu. untuknya.
"Hai, Darren. Ini sudah malam, kau tak tidur?" tanya Felix pada Darren.
"Aku mau main," jawab Darren dengan cadel. Anak bungsu Tirta itu demikian lucu, tengah memainkan bus kecil yang di jajar rapi di lantai beralaskan permadani mahal. Ada banyak mainan berserakan hingga suster Rini, pengasuh Darren menguap beberapa kali.
"Kak Felix tak akan membelikan mainan lagi jika kau tak tidur. Ayolah tidur, jangan sampai besok bangun kesiangan?" perintah Tirta kemudian, yang mendapat tatapan tak suka dari anak itu, "suster Rini pasti mengantuk."
"Aku mau tidur dengan Kak Felix," ungkap Darren dengan gayanya yang khas cadel, anak itu lantas membiarkan mainannya teronggok di lantai, dan segera berlari menghambur pada Felix.
Sesaat, Felix menghembuskan napasnya kasar. Lelahnya belum usai, pulang ke rumah justru Felix mendapatkan tugas baru menidurkan si pengacau kecil yang selalu di manjakan oleh Papa Tirta.
Lihatlah Tirta Rahardja. Anakmu ini membuat kekacauan. Sekali lagi aku dengar Mama hamil lagi, kupotong saja leher burungmu.
Batin Felix gusar.
"Baiklah. Ayo, ikut Kakak," ajak Felix seraya meraih Darren ke dalam gendongannya. Lelaki itu lantas menatap suster Rini, yang menunduk hormat padanya, "Suster, aku akan membawa felix tidur malam ini. Bawakan popok dan kebutuhan Felix menjelang tidur. Buatkan juga susu untuknya agar nanti tak terbangun sebab haus."
"Baik, tuan muda," jawab suster Rini, membiarkan punggung Felix menjauh darinya.
Suster Rini menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, merasa lucu dengan tingkah Kakak tertua dan adik bungsu. Meski usia Felix dengan Darren berjarak cukup jauh, namun mereka masih tetap menyayangi dan saling menjaga satu sama lain. Mereka senantiasa menyayangi, tak membiarkan salah satu diantara mereka, harus sial sendirian.
Derap langkah Tirta dan Hana yang baru keluar dari kamar utama, terdengar rungu Felix yang baru saja tiba pada anak tangga terakhir di tangga atas.
"Diana sudah kau antar pulang, Felix?" tanya Hana sekadar berbasa-basi. Wanita itu sudah rapi dengan piyama kimono yang warnanya senada dengan sang Ayah.
Lama-lama, Felix merasa jijik sendiri dengan pasangan yang lebai seperti Hana dan Tirta.
"Sudah. Ambil anak kecil kalian ini. Dia selalu membuat kerusuhan dan kekacauan, aku lelah dan ingin istirahat, tapi dia seperti benalu yang menempel padaku terus menerus," ungkap Felix seraya mendekat pada Hana.
"Tidak mau. Tidak mau!" seru Darren yang menyadari dirinya di kembalikan pada Hana. Felix tak habis pikir dengan adiknya itu, "aku mau tidur dengan Kak Felix. Aku tidak mau tidur dengan Papa dan Mama," ungkap anak itu, membuat Felix merasa tak nyaman.
"Tak apa, mungkin dia hanya ingin bermanja dengan saudara tertuanya," Tirta menimpali.
"Sekali lagi Papa memaksa Mama untuk berkembang biak lagi, aku yang akan menebas leher Papa. Jika sudah begini, aku juga yang repot," Felix segera melangkah pergi, menuju kamar mewah miliknya dengan membawa Darren dalam gendongannya. Perasaannya terasa gusar.
Tirta dan Hana terkikik geli, melihat kekesalan Felix. Bukan hal yang asing lagi bagi sepasang suami istri itu, jika Felix menentang apa yang mereka lakukan. Bahkan sebelum kelahiran Shaka dan Darren, Felix mengancam akan menyakiti adik terakhirnya.
Sayangnya, hingga saat ini Felix tetap menyayangi adik-adiknya, sekalipun dulu Felix menentang keras jika Hana mengandung lagi.
"Sayang, aku rasa kita tambah satu lagi, siapa tahu perempuan," ujar Tirta kemudian, membuat Hana memutar bola matanya jengah.
"Selalu begitu sejak dulu. Kau pikir melahirkan anak itu mudah? Bahkan ketika Shaka dan Darren belum lahir, Dokter sudah melarangku untuk untuk tidak punya anak lagi. Enam saja aku rasa pemerintahan akan menegurku jika tahu. Kurasa dua anak saja sudah cukup, sedang aku? Ah sudahlah," jawab Hana frustasi.
"Biarkan saja. Toh yang punya anak dirimu, yang memberikan uang belanja dan melengkapi kebutuhan anak-anak kita, juga aku. Apa yang membuat mereka mengaturku? Mereka tak memiliki alasan untuk melarangku," Tirta tetap berkeras hati, berpegang teguh pada pendiriannya.
"Terserah kau saja. Aku mengantuk, mau tidur," ungkap Hana yang berlalu pergi, meninggalkan Tirta kemudian.
"Sayang, aku tadi melihat Tirta, tengah berbincang dengan seorang gadis muda bergaun merah. Kau melihatnya?" tanya Tirta mengalihkan pembicaraan, agar Hana tidak marah lagi padanya. Bisa bahaya jika Hana sudah kesal padanya, sebab Tirta tidak akan mendapat jatah rutinan malam hari.
Sudah berusia lebih separuh abad, tapi kelakuan seperti remaja.
"Ya, aku melihatnya. Mereka seperti membicarakan sebuah rahasia, dan suka sembunyi dari umum. Aku melihat keduanya berjalan ke teras samping aula yang sepi," jawab Hana, mulai lupa akan kekesalannya pada Tirta.
"Aku juga melihatnya begitu, dan itu tanpa sengaja. Kira-kira, apa yang mereka bicarakan?" tanya Tirta pelan,"
"Entah. Aku tak begitu tahu," jawab Hana kemudian.
Keduanya lantas masuk ke dalam kamar, dan duduk di atas ranjang bersandar pada bahu ranjang.
"Jika aku pikir, gadis itu begitu polos, lucu dan gadis yang baik. Sepertinya dia akan lebih cocok dengan Tirta, daripada Diana. Entahlah, aku tak suka pada Diana. Seperti ada sesuatu hal rumit yang Diana miliki diluar sepengetahuan Felix," ujar Tirta.
"Dengan siapapun anak-anak kita menjatuhkan pilihan, biarkan mereka bahagia dengan cara mereka, sayang. Jika memang gadis imut itu menjadi pasangan Felix, aku akan mendukung sepenuhnya, asal Felix bahagia dan gadis cantik itu tak tertekan. Aku mau, kau cari tahu identitas gadis itu," pinta Hana.
"Baiklah," jawab Tirta.
Senyum Tirta mengembang, membiarkan lesung Pipit pada pipinya tercetak jelas.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Arya akhtar
wihh berkembang biak terus,,
2023-02-21
1
Vera Mahardika
typo thor
2023-02-20
1