Milik Tuan CEO

Milik Tuan CEO

1. Kegilaan

Melepaskan kemeja yang membuatnya merasa gerah, Sia menatap keluar jendela dengan mengenakan pakaian tidurnya yang tipis dan di hias renda di tepi dadanya.

Di luar ruangan hotel yang dia sewa terdengar beberapa suara langkah kaki, ribut sekali. Dia sampai tak bisa menikmati waktu istirahatnya dengan baik.

Menghela napas panjang, Sia masih menatap keluar jendela. Kini segelas anggur sudah berpindah ke tangannya, menemani dirinya menenangkan diri dari keributan di luar sana.

Menghirup udara bercampur polusi itu dalam-dalam, berusaha mencari ketenangan dalam dirinya.

Sia memejamkan matanya, dia tak bisa melakukan ini! Dia sudah berusaha menahan amarah yang menyeruak seperti udara, memenuhi otak dan relung hatinya yang mulai lelah mendengar suara langkah kaki di luar sana.

Dengan membuang napas kasar, dia berjalan keluar dengan pakaian ala kadarnya, melangkah mendekati pintu dengan wajah jutek.

Klek!

Baru membuka pintu, hendak menyentakkan suara ultra sonic miliknya, untuk meminta orang-orang diam dan tidak ribut.

Tapi seorang lelaki malah mendorongnya masuk dan menutup pintu kamarnya dengan cepat.

Lelaki itu diam, memeluk Sia dengan memasang pendengarannya tajam. Berusaha mendengarkan suara langkah kaki orang-orang yang mengejarnya telah hilang atau masih ada di sekitar sana.

"Apa yang Anda lakukan?" tanya Sia, pada lelaki yang masih mendekap dirinya dengan erat, tanpa memberikannya ruang untuk bernapas dengan leluasa.

"Maaf, Nona. Tolong tunggu sebentar. Saya akan segera keluar setelah di luar aman. Saya benar-benar minta–"

Suara lelaki itu tercekat, sebuah telunjuk menekan jakunnya dan membuatnya berhenti bicara.

Lelaki itu melirik pada Sia dengan tatapan waspada dan setengah takut.

"A-apa yang akan kamu lakukan? Aku bisa mati kalau kamu menekan itu lebih dalam!" ucap lelaki itu, dengan memperhatikan kedua sorot mata Sia yang tampak mengerikan saat menatapnya.

"Anda tahu itu! Tapi Anda membuat saya menempel pada Anda sampai sedekat ini dan membuat dada saya sakit. Saya juga susah bernapas, Tuan!" protes Sia, membuat lelaki itu melepaskan dirinya dan menatapnya dengan tatapan penuh penyesalan.

Sia pun menjauhkan telunjuknya dari jakun lelaki itu, melangkah mundur dan kembali pada tempatnya. Yaitu jendela di depan sana, dengan memunggungi lelaki itu.

"Maafkan saya, Nona. Saya tidak bermaksud untuk melakukannya." Lelaki itu tampak resah, takut jika dia di usir oleh pemilik kamar ini.

Tapi Sia hanya diam dan tak acuh. Dia kembali menikmati anggurnya dan tak memedulikan keberadaan lelaki itu.

"Boleh saya di sini sebentar lagi? Saya akan membayar hotel Anda sebagai ganti ruginya," ucap lelaki itu, perlahan-lahan berjalan mendekati Sia.

"Terserah. Asal Anda tidak membuat keributan, saya tidak masalah!" celetuk Sia, seakan tidak peduli dengan itu.

Lelaki itu menghela napas lega, menatap ruangan itu dengan tatapan menelisik dan berhenti di titik, tempat sofa panjang berada.

Sia melirik lelaki itu, dan berkata, "Silakan duduk. Anda mau anggur juga?"

Lelaki itu memalingkan wajahnya dengan cepat ke arah Sia, tersenyum simpul dan mengangguk singkat.

Sia diam beberapa saat, sebelum akhirnya berjalan pergi meninggalkan tempatnya. Dia pergi ke arah pantry dan mengambil gelas anggur untuk lelaki itu.

"Silakan. Saya ke kamar mandi dulu," ucap Sia, memberikan gelas itu dan mengambil ponselnya di meja tempat botol anggurnya berada.

Set!

Gelas kaca yang baru Sia berikan pada lelaki itu, kini sudah berubah menjadi senjata untuk lawan bicaranya.

Sia menatap lelaki yang mengacungkan gelas kaca itu ke arah pelipisnya, dengan tatapan dingin.

"Apa yang ingin Anda lakukan?" tanya lelaki itu, penuh waspada.

Kedua matanya yang seperti elang sudah terpampang nyata di sertai raut wajah yang kaku.

"Letakkan ponsel Anda!" ucap lelaki itu, kembali. Kini nadanya penuh intimidasi.

Sia tak melakukan kemauannya, dia malah mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya dan menodongkan moncong benda itu padanya.

Glek!

Lelaki itu menelan ludahnya susah, menatap senapan yang mengarah pada bagian bawah dagunya, dengan tatapan gentar.

Dia mengalihkan pandangannya pada Sia yang tampak serius dengan hal itu. "Jangan macam-macam. Saya bukan tipe wanita yang takut di ancam dengan apa pun!"

Sia menyingkirkan gelas yang mengarah di pelipisnya, lalu menyimpan senapan miliknya, ke tempatnya.

Sia berjalan ke arah kamar mandi, sambil berkata, "Saya juga bisa mengancam seseorang. Saya sangat pandai melakukannya! Jadi jangan berharap banyak dengan kebaikan yang saya tunjukan ini. Tenang dan berlindunglah dengan baik, selama saya membiarkan Anda berada di tempat ini."

Setelah mengatakan itu, Sia masuk ke dalam kamar mandi dan tak terdengar suara lagi. Hanya hening yang merayap di sekitar ruangan itu.

Lelaki itu pun terdiam di tempatnya, menatap ruangan yang di masuki Sia dengan tatapan bengong.

Tak lama dia tersenyum, membuat senyuman culas terpampang di wajahnya yang dingin dan kaku.

"Menarik!"

Keesokan paginya ....

Sia bangun dari tidurnya, menatap dirinya tanpa busana dengan lelaki yang dia biarkan masuk ke dalam kamarnya kemarin, telanjang bulat tanpa di tutupi sehelai kain pun di tubuhnya.

Sia menghela napas berat, dia terbayang kejadian kemarin. Kejadian gila setelah dia mendapatkan pesan teks yang berisikan kalimat perpisahan dari kekasihnya di negeri seberang sana.

Lalu ingatan yang baru dia ingat, benar-benar membuat Sia geleng-geleng kepala dengan kuat.

"Bisa-bisanya aku menyerang orang yang sedang istirahat," gumam Sia, mengusap kasar rambut bagian belakangnya, sambil menatap cap merah di beberapa bagian tubuh lelaki itu.

"Aku benar-benar gila!" pekik Sia, setengah berteriak, sampai-sampai membuat lawan main semalanya terbangun.

Lelaki itu bangun, menatap Sia yang juga menatapnya dengan senyuman cerah. "Selamat pagi, sayang!" ucapnya, penuh keagungan.

Sia langsung merinding dan melemparkan selimut yang menutup tubuhnya pada lelaki itu, membuat tubuh bagian bawahnya tertutup. Sementara dia yang telanjang, mengambil pakaian tidurnya dan mengenakannya tanpa dalaman.

Membuat sebagian tubuhnya terekspos walaupun sudah tertutup kain. Ya, itu semua karena terlalu tipisnya linggerie yang dia kenakan saat itu.

"Kamu berusaha menggodaku?" tanya lelaki itu, bangkit dari tempatnya setelah mengenakan CD-nya.

Dia berjala  mengikuti Sia ke dalam kamar mandi dan memeluk tubuh wanita itu dari belakang, seakan menunjukkan kemesraan yang bisa membuat semua orang iri saat melihatnya.

Namun Sia yang mendapati sikap manja lelaki itu, langsung menyenggol perut lelaki itu dengan sikunya.

Lelaki itu mengaduh sakit sambil tersenyum, menatap wajah jutek Sia dengan tatapan senang. "Aku harap kamu tidak lupa janji kita kemarin, Sia!" ucapnya, penuh kemenangan.

Sia menaikkan sebelah alisnya, menatapnya dengan tatapan tak paham. "Memang apa yang aku katakan?"

Lelaki itu tersenyum lebar dan mendekati Sia, kembali memeluknya dan menatap Sia dari dekat dengan tatapan lekat. Lalu dia berbisik, "Kamu berjanji akan menikah denganku jika kita bermalam bersama!"

Sia tersentak, dia menatap wajah licik lelaki itu dengan tatapan tak percaya. "Sungguh?"

Terpopuler

Comments

Tanti Purba

Tanti Purba

semangattt

2023-02-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!