5. Ayo Menikah

Klek ....

Albert membuka pintu, membiarkan Sia keluar dari kamar tersebut terlebih dahulu.

Tapi begitu Sia sampai di ambang pintu, tangan kanan Albert langsung menggenggam tangan kiri Sia dengan cukup erat.

Lalu Albert berbisik, "Tepati janjimu, Sia!" dengan penuh tekanan.

Sia yang mendengar perkataan tersebut, hanya melirik lelaki itu dengan tatapan datar dan menatap 4 orang teman lelaki yang baru saja tiba di rumah setelah mencari sarapan.

Mereka adalah Sandy dan Alex. Kedua lelaki itu juga tinggal satu rumah dengan Sia, Gav dan Honey. Ada juga yang namanya Xandra. Dia bekerja sebagai wartawan, dan mungkin sekarang sedang berkeliaran di jalanan sambil meliput berita-berita.

Melihat Sia keluar dari kamarnya dengan tatapan miris, Sandy dan Alex langsung melemparkan tatapannya pada Honey yang berada di rumah dengan Sia saat itu.

"Siapa Anda? Dan siapa lelaki yang ada dengannya di sana?" tanya Sandy, bertanya kepada Derick yang duduk dalam satu meja dengan Honey, walaupun corak mereka cukup jauh.

Karena Derick duduk di kursi paling ujung, dekat jalanan masuk ke ruang tamu. Sementara Honey duduk di kursi yang paling ujung, di bagian dalam dapur.

"Entah, lelaki itu bilang akan melamar Sia. Dia mengajaknya menikah. Bahkan sampai memperlihatkan cincin pertunangan mereka. Jadi aku membiarkannya bicara dengan Sia di sana. Aku hanya berpikir mereka hannyalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar, dan kini lelakinya sedang berusaha membujuk perempuannya untuk baikkan. Tidak ada hal yang bersikap bersekongkol!" jelas Honey, kepada dua orang teman lelaki yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

Tapi setelah mendengar penjelasan Honey, kedua lelaki itu langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih sampai.

"Oh, jadi begitu. Ya sudah. Aku mau balik kamar dulu, mau siap-siap packing baju. Satu minggu ke depan aku akan menginap keluar kota," ucap Sandy, berjalan masuk ke dalam kamarnya sambil melirik ke arah lantai 2.

Dia menatap wajah Sia yang tampak tertekan dan meminta tolong padanya, tapi Sandy tampak tak peduli dan langsung masuk ke kamarnya begitu saja.

Sia melirik ke arah belakang, menatap wajah Albert yang tersenyum penuh kemenangan.

Tapi di sana, Alex masih memperhatikan ekspresi wajah Sia yang terlihat sangat tertekan.

"Turunlah, sampai kapan kalian berdua ada di sana?!" seru Alex, dengan nada bicara yang sangat tidak bersahabat.

Terlebih saat kedua mata Alex bertatapan dengan mata Albert. Sepertinya Alex sangat tidak menyukai keberadaan Albert, sampai-sampai tidak bisa menatapnya dengan damai.

Albert yang merasa hal itu, hanya diam dan memperhatikan wajah Sia yang benar-benar lega karena salah satu temannya, masih memedulikan keselamatan dirinya.

Karena Sia sangat yakin, jika Alex meminta mereka segera turun dan berbicara di bawah, pasti untuk memastikan jika dia baik-baik saja ditangan Albert.

"Kau dengar apa yang dikatakan temanku? Ayo turun!" ucap Sia, menghempaskan tangan Albert dari tangan kirinya dan berlari menuruni tangga dengan cepat.

Sia langsung mendekati Alex, berdiri di dekatnya dengan tatapan gelisah, yang membuat lelaki itu merasa cukup curiga dengan keberadaan Albert dan Derick.

"Jika aku boleh tahu urusanmu. Kenapa kamu datang ke sini? Pasti bukan untuk melamar temanku saja, kan? Aku yakin seorang CEO besar sepertimu, tidak akan tertarik dengan rakyat jelata seperti kami tanpa sembuh alasan yang kuat. Jadi berikan alasannya masuk akal, agar aku bisa membiarkan kalian berdua bicara dengan tenang di sana!" ucap Alex, menunjuk ke arah ruang tamu.

Albert yang baru sampai di depan mereka, langsung memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana hitam dan menatap lawan bicaranya dengan sengit.

"Memang aku harus berkata apa padamu? Temanmu sudah mengatakan niatku datang ke sini. Jadi kamu mau mendengar apa lagi?” tanya Albert, seperti sedang menantang.

Alex menaikkan sebelah alisnya, menatap Albert dengan tatapan tak senang. Bahkan kini dia menyembunyikan Sia di balik punggungnya, menghalangi pandangan Albert darinya.

"Sia, katakan padaku! Apa yang membuat kamu terlibat dengan orang sepertinya?" tanya Alex, melirik singkat ke arah Sia.

Sia berbisik di dekat telinga Alex, membuat Alex membulatkan matanya dan menatapnya tajam.

"Kau gila? Gara-gara lelaki brengsek itu kamu jadi seperti ini?" Alex mengucap wajahnya kasar, menatap Sia dengan tatapan kecewa.

Sia menundukkan kepalanya dalam, dia takut jika harus di marahi lagi oleh Alex. Padahal Sia kira teman-teman serumahnya sudah tahu tentang apa yang terjadi padanya, karena Gav sempat menunjukkan gelagat mencurigakan saat kembali menjemputnya di hotel kala itu.

"Gav tidak bilang kalau kamu sampai tidur dengan lelaki ini! Dia hanya bilang kamu hampir tidur dengannya! Astaga, ternyata kamu kebobolan sungguh–"

Plak!

Alex, Derick, Albert dan Sia sendiri, terkejut dengan hadirnya tamparan itu di pipi Sia.

Bahkan wajahnya sampai berpaling dan memerah dalam waktu singkat. Sia menoleh, menatap siapa yang menamparnya.

Dan sudah dapat di tebak, orang yang akan paling kecewa saat mendengar berita ini. Tentu saja Honey, wanita yang sudah seperti saudaranya sendiri.

Karena mereka berasal dari panti asuhan yang sama dan tumbuh besar bersama, tak terelakkan jika mereka sangat dekat seperti saudara

Dengan derai air mata yang membasahi pipinya, tangan Honey juga terasa panas setelah menampar Sia sebagai refleks kesal, mendengar celetukkan Alex.

"Aku tidak menyangka kamu serendah ini, Sia! Bukannya kamu mempertahankan hal "itu" untuk suami kamu? Bahkan kami bisa menolak tegas saat mantan brengsek kamu itu memintanya! Tapi kenapa sekarang kamu malah memberikannya pada lelaki asing itu!!" teriak Honey, menunjuk lantang ke arah Albert.

Sementara Albert yang melihat kedua gadis itu bertengkar, hanya bisa terdiam dengan kedua mata yang tak henti-hentinya menatap sosok Sia yang menunjukkan raut wajah buruknya.

"Maaf," ucap Sia, berlari keluar rumah dan membuat Albert mengikutinya.

Derick berdiam diri di rumah itu, menatap Honey yang terduduk lemas dengan menatap telapak tangannya yang memerah, setelah dia gunakan untuk menampar Sia.

"Ah, seharusnya aku tidak perlu menamparnya." Honey menenggelamkan wajahnya pada kedua tangannya. "Bagaimana pun juga, hari ini pernikahan si brengsek itu."

Sementara Sia yang ada di luar rumah, duduk di taman depan perumahannya berada ....

Sia menghela napas panjang, menatap sosok Albert yang duduk di sebelahnya dengan wajah tak berdosa. Padahal dia adalah penyebab utama keributan ini terjadi.

"Kamu puas?" celetuk Sia, membuat Albert menoleh padanya dengan kening bertaut.

"Puas apanya? Kacau begini, dari mananya puas?" Albert menghela napas panjang dan menatap kedua mata Sia yang sembab. "Kamu baik-baik saja?"

Sia menggelengkan kepalanya, menunduk pelan dan menghela napas berulang kali dengan sorot mata sedih.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak suka bertengkar dengan Honey," cicitnya, terus menundukkan kepalanya semakin dalam.

Albert menggenggam tangannya, memasangkan cincin di jari manisnya dan kembali menggenggamnya kembali.

"Menikahlah denganku! Honey pasti tidak akan marah. Bagaimana pun juga, kamu tetap akan menepati janji untuk memberikan itu pada 'suami' kamu, kan? Jadi ayo kita menikah, Sia! Aku akan menjagamu dengan baik," ucapnya, meyakinkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!