7 Tahun yang Lalu.
Aku meletakkan tasku di atas meja belajarku, lagi-lagi Aku kehujanan. Seragam sekolahku yang basah kuyup membuatku bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Andai saja Aku tidak menunggu Arga menjemputku, mungkin Aku tidak akan kehujanan seperti ini.
Setelah selesai mandi, Aku bergegas menuju ruang tamu. Disana ada Samuel yang sedang asik main ps sambil makan cemilan kesukaannya.
“Kehujanan lagi ya,dek. Kasian banget sih, udah dibilang juga gausah suruh jemput sama Arga. Padahal kan ada Aku.” Aku duduk disamping Samuel lalu mengambil cemilannya, dan memakannya.
“Aku kan usaha Kak.” ujarku sambil menanatap layar tv yang menampilan permainan yang dimainkan Kak Samuel.
“Dek, Kamu lihat tuh. Main sepak bola aja tuh ya, walaupun Kita udah ngejar sekuat apapun kalau timingnya ga pas, ga akan tuh bola bisa sampe ke kita.”
“Ya terus, kenapa? Orang Aku minta jemput juga timingnya pas, orang Kita sekolahannya deket, rumah juga serah, dan kebetulan dia bawa mobil lagi musim hujan gini.”
“Haha,bukan itu Dek.Kamu tuh ga pas timingnya soalnya Arga belum suka sama kamukan? Kalau suka mah pasti ga bakal kejadian kaya hari ini sama kemarin-kemarin.”
“Belum Kan bukan bearti Engga, nanti lama kelamaan Arga juga bakal suka sama Aku.”
“Kamu tuh ya, apa sih yang dilihat dari Arga. Biasa aja tuh kaya cowo-cowo lain, ga ada yang special.”
“Nah,justru itu kalau dia special di mata kakak justru ga biasa.”
“Pinterbanget sih ngomongnya sekarang, jadi apasih yang bikin Kamu sampe sesuka itu sama Arga?”
“Yaa..Karna Arga gantenglah, apalagi?”
“Lah,tapi masih gantengan kakak kan pasti?”
“Iya dong, Kakakku yang paling ganteng, orang adeknya cantik gini kok.”
“Yee,kepedean.”
“Biarin,Wlek.”Setelahnya Kami hanya tertawa dengan penuh kebahagiaan.
“Hel?”
“Hel?”
“Rachel?” Aku terhentak dari lamunanku, setelah Arga memanggilku beberapa kali.
Melihat ketampanan Arga, membuatku teringat akan sosok mendiang kakakku,Samuel. Jika
boleh jujur, Arga dan Samuel adalah dua orang yang tak bisa kubandingkan satu sama lain. Dulu posisi mereka di hatiku sama pentingnya, bahkan Aku tidak bisa membandingkan ketampanan mereka yang memang tidak manusiawi bagi kebanyakan orang. Entahlah, Aku sebenarnya bukan seseorang yang terlalu memperdulikan penampilan orang lain, ada hal lain yang membuatku begitu menyayangi mereka berdua.
“Ah, iya? Tadi Kamu mau ngomong apa?”
“Jadi gini,Hel...”
Aku menatap Jeno yang duduk di sebelahku, tidak tau mengapa wajah tenangnya benar-benar mengingatkanku dengan Samuel. Wajah tenang yang juga ikut membuat diriku tenang. Jeno mungkin orang
yang sibuk, namun ia selalu ada saat dibutuhkan. Aku bahkan tidak percaya bahwa lelaki ini selalu ada ketika Aku sedang membutuhkan, seolah tau bahwa keberadaannya akan selalu berguna bagiku.
“Kamu udah sadar,Re? Gimana? udah baikan?”
“Ya,seperti yang kamu lihat.”
“Udah lama banget Kamu ga gini lagi, Re. Ada apa?”
“Aku hanya merindukan ‘Dia’ sepertinya.”
“Bukannya Kamu punya Arga di sisimu?”
“Ya, Kamu taukan Aku dan Arga tidak seperti itu.”
“Sampai kapan kalian akan membohongi Rachel? Aku sudah lelah ikut campur dalam sandiwara kalian."
“Sampai Rachel mengakui perasaannya yang sebenarnya, lalu Apakah Kamu juga lelah berada
di sisiku seperti saat ini?”
“Kamu tau itu dua hal yang berbeda,Jeno, Kamu tau jelas bahwa Aku benar-benar
peduli padamu.”
“Aku ragu bahwa yang Kau pedulikan sebenarnya adalah keadaanku, bukan diriku.”
“Bukankah itu sama saja?”
“Lalu, mengapa Kau lelah untuk memainkan sandiwara ini bersamaku?”
“Aku hanya lelah untuk terus membuat kalian berpikir bahwa Aku ada disini untuk
Rachel.”
“Lalu, jika itu bukan untuk Rachel. Lalu, siapa?”
“Kau tau jelas siapa itu,Rea. Aku harus kembali ke Kantorku, beristirahatlah. Aku akan kembali kesini lagi setelah dua hari.”Jeno bangkit dari duduknya.
“Tidak perlu kembali, jika Kau tidak ingin. Bukankah Kau lelah?”
“Benar, Aku lelah. Lelah untuk membuatmu mengerti.”
“Mengerti apanya, Aku sangat mengerti. Bukankah hubungan Kita tidak sedekat itu, hingga membuat Kita harus menyusahkan satu sama lain. Jika Kau memang tidak ingin, tidak usah melakukannya, jangan membuatku merasa bersalah. Aku tidak pernah memaksamu untuk masuk ke sandiwara ini.”
“Jangan terlalu banyak bicara, tubuhmu masih belum membaik sepenuhnya.” Jeno menarik selimutku dan mengelus kepalaku lembut.
“Aku pergi.” ujarnya kembali setelah mencium puncak kepalaku dengan tak kalah lembut.
Aku benar-benar tidak mengerti lelaki itu, Apakah hubungan Kami sedekat itu? Berani
sekali dia.
Aku menghempaskan tubuhku ke tempat tidur, Aku baru saja bertemu Rea yang sudah sadar di bawah. Aku sangat bersyukur bahwa sekarang Ia baik-baik saja. Aku memejamkan mataku perlahan, namun perkataan Arga ketika makan siang tadi sedikit menggangguku.
Dia berkata bahwa Rea sudah beberapa kali mengalami kejadian seperti hari ini, Rea mimpi buruk dan tidak sadarkan diri. Ia bahkan bertanya apakah pernah melihat Rea seperti itu sebelumnya, tentu saja tidak ini pertama kalinya Aku melihat Rea seperti itu.
“Apa Kau tau mengapa Rea seperti itu?” Ketika Arga bertanya seperti itu, Aku yakin bahwa Ia tau alasannya.
“Tidak, apakah itu sesuatu yang berhubungan dengan masa lalunya?” Jujur saja Aku juga sering mengalami mimpi buruk namun tidak sampai hilang kesadaran seperti Rea, dan itu sebagia besar disebabkan
oleh trauma masa laluku.
“Iya, itu mantan pacarnya.” Aku sempat tertegun, namun Arga begitu seolah tidak peduli.
“Bagaimana bisa? Rea bahkan tidak pernah mengatakan sesuatu tentang mantan pacarnya padaku.”
“Itulah mengapa antara Kau dan Aku, Kita. Memiliki tempat yang berbeda dihati Rea.” Arga mengatakannya sambil tersenyum miring, membuatku ingin menyiram mukanya dengan minuman di tanganku. Sungguh
menyebalkan.
“Bisa-bisanya Kau berkata begitu, Aku Rachel Zivana adalah orang yang paling dipercayai Rea di dunia ini.”
“Ahaha, sadarlah Rachel. Kau bahkan tidak sepenting itu bagi Rachel.” Tawa menyebalkan itu, sudah berapa lama Aku tak mendengarnya. Jika dulu, Aku hanya akan menahan diri untuk tidak membalas atau marah padanya, namun jangan harap bahwa sekarang pun akan begitu.
Aku mengambil gelas minumanku dan menyiramkan isinya ke wajah Arga. Aku bisa melihat Ia begitu shock dan bangkit dari tempat duduknya.
“Hei, apa yang Kau lakukan?!” Aku juga dapat mendengar nada suaranya yang kini sarat akan emosi.
“Aku hanya sedang menyadarkanmu! Berani sekali Kau membandingkan diriku denganmu! Kau pikir Kau siapa Hah?!” Aku dapat melihat beberapa pengunjung restauran mulai menatap Kami berdua.
“Huh, Kau yang seharusnya sadar. Aku adalah Pacar Rea dan Kau bukan siapa-siapa. Kau bahkan tidak tau rahasia terdalam yang dimiliki Rea, sungguh tidak pantas membandingkan dirimu denganku.” Aku dapat melihat pandangan orang-orang semakin aneh pada Kami.
“Diamlah! Jangan berani-beraninya menantangku! Aku bisa membuat Rea memutuskanmu detik ini juga, camkan itu!” Aku pergi meninggalkan Arga yang wajah dan pakaiannya basah karena ulahku. Meski beberapa
orang akan menganggapku ‘Aneh’ sama sekali tidak masalah bagiku, lagipula Aku tidak akan bertemu dengan mereka lagi ke depannya.
Aku membasuh wajahku dengan kasar, sisa mojito yang disiram oleh Rachel masih melekat di wajahku. Gadis itu benar-benar menarik, bisa-bisanya ia menyiramku di muka umum hanya karena Aku memprovokasinya. Ah, Aku bahkan tidak menyangka jika Rachel memiliki tempramen seperi itu, yang kutau ia adalah anak yang polos dan penurut. Ia bahkan tidak pernah kesal setiap kali Aku mengganggunya, dulu.
“Kamu lagi mikirin apa,Ga? Aku lihat Kamu daritadi senyum-senyum sendiri terus.” Itu Rea, kini ia sudah sadarkan diri dan berada di kamarku. Sepertinya ia ingin membicarakan sesuatu.
“Tidak ada, apakah ada yang ingin Kau bicarakan?” Rea mengangguk.
“Aku mungkin akan kembali ke Surabaya beberapa hari.”
“Apa katamu? Bukankah Jeno akan kembali kesini dua hari lagi? Lagipula ada Rachel disini, bukankah Kau yang mengatakan bahwa Kita akan menghabiskan liburan bersama?” Aneh sekali, mengapa Rea tiba-tiba begini.
“Kau tau kan kondisiku sedang tidak baik, agipula Jeno juga masih sibuk dengan pekerjaanya. Aku tidak ingin terus merepotkannya dengan menyuruhnya bergabung bersama Kita.”
“Ah, benar. Lalu, bagaimana denganku? Apakah lebih baik Aku kembali bersamamu ke Surabaya.”
“Haha, Arga apakah Kau bodoh? Bagaimana bisa Kau menyianyiakan kesempatan emas yang kuberikan.”
“Maksudmu?”
“Tinggalah dengan Rachel disini, habiskan liburanmu dengannya. Bukankah itu yang selama ini Kau inginkan?”
“Tapi, Aku tidak yakin Rachel akan setuju.” Melihat tempramen Rachel, Aku benar-benar yakin bahwa ia tidak akan setuju dengan mudah.
“Tenang saja, Aku akan mengurusnya.” Aku hanya menggaruk tekukku dan tersenyum canggung setelahanya.
“Haha, sepertinya Kau benar-benar menantikan hari ini ya?”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Baby cute ❤
pusing bacanya, yg rea yg mana yg rahel yg mana yg arga yg mana
2020-10-20
0
Arumb
typo typo
2020-10-20
0
Ani you
sudah kuberi like semua, 5 rate, terimakasih telah mampir
2020-07-02
2