One + One (3)

"Siapapun kamu, tolong minggir! jangan sampai membuatku memakimu, Tuan." kata Audrey masih menahan diri.

"Terserah saja. Jika ingin memaki silakan. Aku tidak masalah. Hanya satu yang aku inginkan saat ini. Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu. Kamu tidak bisa dan tidak boleh menolak.  Setelah ini, jika ingin menghajarku pun aku tidak akan mempermasalahkannya." kata Hansen.

Audrey diam terpaku. Ini pertama kalinya ia bertemu pria tampan yang gila seperti Hansen.

"Apa kamu minum banyak alkohol?" tanya Audrey.

"Tidak. Hanya segelas wine. Ada wanita licik yang ingin mencuri tubuhku, dia  memberiku obat. Aku tidak ingin bersamanya," jelas Hansen.

"Tidak ingin bersamanya, tetapi kau ingin bersamaku? apa bedanya aku dan wanita itu?" tanya Audrey tidak habis pikir.

"Tentu saja berbeda. Kamu terlihat jauh lebih cantik dan seksi dibandingkan dengannya. Aku menyukai wajah pemarah ini," kata Hansen tersenyum.

Audrey semakin tidak memahami jalan pikiran Hansen yang menurutnya aneh. Ia dan Hansen mengenal saja tidak. Bagaimana bisa ia akan terlibat jauh dengan Hansen yang asing?

Melihat Audrey diam melamun, Hansen mengejutkannya dengan mencium kening Audrey.

"Siapa namamu?" tanya Hansen.

"A ... ah, Rere. Namaku Rere," jawab Audrey.

"Hampir saja aku menjawab Audrey," batin Audrey.

"Rere ... " panggil Hansen.

"Ya," jawab Audrey.

"Kenapa kau berlarian tadi?" tanya Hansen sembari mengendus leher Audrey.

"Oh, i-itu ... itu ... hhh ... bisakah kamu tidak mengendusku? rasanya aneh," kata Audrey.

Hansen tersenyum tipis mendengar perkataan Audrey. Ia lantas mengecup leher Audrey dan mengusap paha mulus Audrey.

"Ha-Hansen ... hhh ... " panggil Audrey.

"Ya?" jawab Hansen.

"He-hentikan, aku ... " kata-kata Audrey tidak sampai habis terucap. Hansen dengan berani melahap bibir ranum Audrey.

"Umh ... " lengkuh Audrey memegang erat lengan Hansen.

"Bisa-bisanya pria ini langsung menciumku. Aku tidak bisa bernapas," batin Audrey.

Hansen melepaskan ciumannya, "Bolehkah aku melanjutkannya? aku mohon, Re. Aku sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi." pinta Hansen.

Audrey terdiam sesaat. Ia memikirkan kembali apa yang sebelumnya terjadi. Jika ia tidak berlari, maka ia akan dimakan oleh pria tua mesum  yang sudah bau tanah. Jika memang ia harus menghabiskan malam panas dengan seseorang, Hansen bukanlah pria yang bisa disia-siakan. Tampang yang rupawan, tubuh yang kekar dan gagah. Selamam bersama tidaklah rugi.

"Anggap saja ini hanya permainan dua orang dewasa. Pria ini lebih baik daripada pria tua tadi kan. Setidaknya, aku bisa menghabiskan malam panas dengan pria muda tampan. Awas saja kamu Alvaro, setelah ini kamu akan kuhabisi." batin Audrey.

Audrey mengusap wajah tampan Hansen. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Hansen pun tidak membuang waktu lagi. Ia langsung melancarkan serangannya menerkam Audrey.

Diciumnya lagi bibir Audrey. Kali ini Audrey membalas ciuman Hansen. Keduanya saling berpelukan erat. Tidak lama ciuman terlepas. Tangan Hansen melepas kancing kemeja yang dikenakan Audrey. Satu per satu kancing terlepas, menyisakan pakaian dalam yang masih melekat ditubuh Audrey.

Hansen tersenyum, ia mengusap wajah cantik Audrey dan kembali mencium bibir Audrey. Kali ini tangan Hansen dengan cepat melepas semua yang melekat di tubuh Audrey. Ia pun melepas sendiri pakaiannya dengan susah payah. Ciuman keduanya pun kembali terlepas, Hansen dan Audrey saling memandang dan tersenyum.

***

Keesokan harinya. Mata Audrey terbuka perlahan. Ia mengusap lembut matanya yang terasa berat.

"Umhh ... " lengkuh Audrey.

Ia menatap langit-langit kamar dan tersadar akan sesuatu. Kepalanya langsung memikirkan hal-hal erotis bersama Hansen semalam.

"Hahaha ... aku memang sudah gila! bagaimana ini? kenapa aku terjebak ucapan konyolnya?" gumam Audrey merasa putus asa.

Audrey mengusap kasar wajahnya dan mengacak-acak rambutnya. Saat terbangun, ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Ia mengusap pinggangnya lembut, ia pun menatap sekeliling kamar. Tidak ada lagi sosok Hansen di kamar itu.

"Ke mana dia? apa dia sudah pergi?" batin Audrey.

Audrey memalingkan pandangan ke arah nakas, ia melihat secarik kertas bertuliskan catatan.

"Maafkan aku sudah berbuat tidak sopan padamu. Kamu bisa menuntut ganti rugi padaku. Terima kasih sudah menolongku, Rere. Aku harap kita bisa bertemu lagi. Datanglah ke kantorku atau hubungi aku. H.L"

Audrey tersenyum masam, "Bertemu lagi? apa itu mungkin? aku tidak ingin bertemu lagi denganmu, karena aku tidak bisa terlibat semakin jauh denganmu. Biarlah apa yang terjadi diantara kita semalam menjadi kenangan. Anggaplah kamu sedang beruntung, Hansen. Meski kecewa, tapi aku juga mebikmatinya. Hahh ... " guman Audrey menatap catatan yang ditulis Hansen.

Audrey pun kembali ingat pada Alvaro. Ia meremat catatan yang dipegangnya dan segera bangun untuk pergi ke kamar mandi.

***

Di rumah, di kamar Alvaro. Audrey membangunkan Alvaro yang tertidur pulas menggunakan segelas air yang disiramkan ke wajah Alvaro. Tentu saja seketika Alvaro kaget dan segera bangun dari posisi berbaring. Ia menatap kesal pada Audrey.

"Kamu gila, Re. Apa-apaan ini?" Tanya Alvaro melebarkan mata.

Plakkkk ... sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Alvaro.

"Kamulah yang gila, Al. Bisa-bisanya kamu menjualku. Aku ini saudarimu, kita bahkan berada dalam satu rahim dan tumbuh besar bersama. Di mana hati nuranimu? Dasar sampah!" maki Audrey kesal. Kata-katanya penuh emosi.

Alvaro mengerutkan dahi, "I-itu ... a-aku, aku ... aku tidak bermaksud seperti itu, Re." gumam Alvaro mengalihkan pandangan.

"Hah, yang benar saja. Kamu pasti balas dendam karena aku tidak membantumu, kan?  aku tidak akan memaafkanmu. Kali ini perbuatanmu sangat tercela. Gara-gara kamu, aku ... " kata-kata Audrey terhenti. Ia hampir saja kelepasan bicara soal malam panasnya dengan Hansen.

Alvaro kaget, "Kamu tidak benar-benar melakukannya dengan pak tua itu, kan? apa kamu bodoh, Re? Kamu seharusnya melarikan diri." kata Alvaro.

"Tentu saja aku melarikan diri. Aku menendang barang berharga milik si mesum itu. Entah barang itu akan selamat atau tidak. Meski aku lolos darinya, aku tetap tidak akan memaafkanmu. Mulai sekarang, jangan mencariku dan bicara hal yang tidak penting. Kita harus menjaga jarak," jelas Audrey.

Audrey berbalik dan melagkah pergi. Beberapa langkah menuju pintu kamar Alvaro, langkah Audrey terhenti.

"Oh, ya. Aku lupa mengatakan satu hal lagi. Aku sudah bicara pada Papa dan Mama sebelum menemuimu. Jika sesuatu padamu terjadi, jangan salahkan aku. Kamu sendiri yang bertindak bodoh, tanggunglah akibat dari perbuatanmu." kata Audrey.

Alvaro melebarkan mata, "A-apa? apa maksudmu?" tanya Alvaro.

"Maksudku ... kamu pasti akan menerima semua akibat dari perbuatanmu. Aku tak akan pernah memaafkanmu, Al!" kata Audrey.

Ia kembali melangkah keluar dari kamar Alvaro. Masih di tempat tidur, Alvaro hanya bisa diam. Ia tidak menyalahkan Audrey yang mengadu pada Papa dan Mamanya karena ia sadar sikapnya memang keterlaluan. Dipikir sebanyak apapun, ia memang saudara jahat dan seorang pecundang.

Terpopuler

Comments

Wiwik Retno Eni

Wiwik Retno Eni

seru lanjud aja

2023-05-28

0

Rose Winn

Rose Winn

knp adegan enak2nya di skip thoor g asyik dechhhh

2023-05-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!