Audrey berhenti sebentar, ia melihat kiri kanan mencari seseorang, berniat meminta bantuan. Karena tidak ada siapapun, ia lantas memutuskan kembali berlari. Tak jauh darinya ada sebuah lift, ia sudah lega karena terlepas dari pria tua mesum yang hendak melecehkannya.
Tiba-tiba seseorang menarik tangannya. Membuat langkahnya terhenti. Di sampingnya, ada seorang pria tampan yang tidak dikenal. Audrey pun menarik tanganya dan berniat menjauhi pria itu.
"Tolong aku," kata pria itu. Keadaannya setengah sadar dengan wajah memerah penuh keringat.
Melihat aneh pria asing di sisinya, membuat Audrey semakin tak nyaman. Ada rasa takut yang menghampirinya. Pikiran Audrey semakin kacau. Ia tidak tahu lagi harus apa dan bagaimana menghadapi situasi yang menyesakkan itu.
***
Sebelumnya ....
Audrey sedang dalam perjalanan menuju sebuah hotel. Ia membaca ulang pesan yang dikirim saudara kembarnya. Merasa khawatir, ia lantas menghubungi saudaranya itu untuk memastikan.
Panggilannya tersambung, tetapi belum diterima. Audrey lantas mencoba kembali menghubungi Alvaro. Hatinya merasa tak nyaman semenjak menerima pesan dari Alvaro.
"Hallo," jawab pelan dari ujung panggilan.
"Al, kamu di mana? apa keadaanmu tidak baik? Perlu aku panggilkan dokter juga?" tanya Audrey khawatir.
"Tidak perlu, Re. Aku baik-baik saja. Aku hanya perlu kamu cepat datang untuk membawaku pulang ke rumah. Kamu di mana?" tanya balik Alvaro.
"A-aku di jalan. Sebentar lagi sampai. Jangan lakukan hal yang berbahaya sampai aku datang, ok." kata Audrey, meminta Alvaro tak berulah.
"Ya, aku mengerti. Hati-hati di jalan. Aku menunggumu," jawab Alvaro yang langsung mengakhiri sepihak panggilan dari Audrey.
"Hallo ... hallo ... Alvaro ... " panggil Audrey.
Audrey menatap layar ponselnya dengan mengernyitkan dahinya. Ia sedikit kesal karena kata-katanya harus terhenti begitu saja setelah panggilan diakhiri sepihak oleh Alvaro.
"Apa-apaan dia ini. Selalu saja seenak hatinya," gumam Audrey.
Tidak lama kemudian, taksi yang ditumpangi Audrey telah sampai di sebuah hotel mewah. Setelah membayar tagihan taksi, ia bergegas masuk ke dalam gedung Hotel.
***
Audrey keluar dari pintu lift. Ia menyusuri lorong mencari nomor kamar sesuai dengan pesan yang dikirim Alvaro. Melihat pintu yang dicarinya ditemukan, perasaanya cukup lega. Sejenak Audrey menatap dalam-dalam pintu di hadapannya.
"Apa ini kebiasaan barunya, ya? biasanya aku hanya akan menjemputnya di Bar. Kali ini harus menjemput di kamar hotel." batin Audrey.
Audrey menempel kartu dan pintu pun terbuka. Ia segera masuk ke dalam kamar. Mata Audrey terpaku melihat sosok asing yang tidak dikenalnya.
"Apa aku salah masuk kamar? " batin Audrey bingung.
Seorang pria paruh baya memalingkan pandangan dan menatap penuh senyuman pada Audrey.
"Hallo, cantik ... " sapa pria paruh baya itu. Ia menatap tajam ke arah Audrey dengan segelas wine ditangannya.
"Si-siapa? di-di mana Alvaro?" tanya Audrey mengernyitkan dahi.
"Siapa yang kamu cari, hanya ada aku di sini." jawab pria itu tersenyum.
"Aku harus segera pergi dari sini. Ada yang tidak beres dengan orang ini," batin Audrey.
"Maaf, sepertinya aku salah masuk kamar." gumam Audrey. Ia segera berbalik ingin melangkah pergi.
Belum sampai kakinya melangkah, pria itu menarik tangan Audrey dan mendorong Audrey ke dinding. Ditatapnya tajam paras cantik Audrey.
"Wah ... kamu memang sangat cantik, Audrey. Panatas saja bedebah itu berani bicara." kata pria itu.
"Lepaskan!" teriak Audrey meronta.
"Pssst ... diamlah! Aku tak akan menyakiti wanita cantik sepertimu, jika kamu patuh. Jangan biarkan kulit putih ini memerah karena tamparan, sayang." kata pria itu dengan tatapan menjijikan.
"Siapa sebenarnya pria gila ini? sialan!" maki Audrey dalam hati.
"Apa kamu tahu, kamu telah dijual Alvaro padaku untuk melunasi hutangnya. Pemuda tak berguna itu hanya bisa mengembalikan setengah uangku. Melihat Dewi secantik kamu, aku rela hanya dibayar setengah. Ayo, cepat layani aku." kata pria itu tersenyum.
Tangan Audrey semakin erat dipegang. Tak punya pilihan, Audrey pun akhirnya menendang sela-sela kaki pria itu. Didorongnya sekuat tenaga tubuh pria itu dan Audrey pun berhasil keluar dari kamar.
Audrey terus berlari. Di tengah jalan, ia celingukan mencari keberadaan seseorang. Siapa tahu ada seseorang yang bisa ia mintai tolong.
"Ah, bodohnya aku. Bisa-bisanya percaya ucapan si gila Alvaro. Lihat saja, perbuatanmu ini tak akan kumaafkan. Beraninya kau menjualku untuk melunasi hutangmu," batin Audrey kesal.
Karena ia tidak menemukan siapa-siapa, ia pun kembali berjalan menuju lift. Tiba-tiba seseorang meraih tangan Audrey.
Audrey terkejut, dihadapannya ada seorang pria tampan yang terlihat berantakan.
"Si-siapa? apa maumu?" gumam Audrey terus lekat menatap pria dihadapannya.
"Tolong aku," gumam Pria itu.
Audrey mencium aroma alhokol. Dahinya berkerut, kali ini ia harus menghadapi pria gila lagi, itulah yang ia pikirkan.
"Pria ini mabuk. Lagi-lagi aku harus menghadapi pria aneh yang gila, ya." batin Audrey.
"Aku tidak bisa membantumu. Aku sedang terburu-buru saat ini. Jika kamu butuh bantuan, carilah keamanan atau datanglah resepsionis. Permisi," kata Audrey menepis tangannya dan melangkah pergi.
Baru beberapa langkah, Audrey dikejar. Tangannya ditarik dan ia dibawa masuk ke sebuah kamar. Dengan lengan besarnya, pria itu dengan mudah menarik Audrey.
"A-apa yang kamu lakukan. Sialan!" Teriak Audrey pada pria asing dihadapannya.
"Ma-maaf. Aku membawamu secara paksa karena kamu tidak bisa diajak bicara baik-baik. Tolong aku, bisakah ... ahh ... hhh ..." pria itu tiba-tiba merasa pusing. Napasnya juga terenggah-enggah.
"Apa ada yang sakit? perlu aku panggil seseorang? A ... " kata-kata Audrey terhenti saat pria itu tiba-tiba memeluknya.
"Bisakah ... bisakah kau ... " bisik pria itu yang tiba-tiba diam.
"Bisakah apa?" tanya Audrey bingung.
"Apa yang pria ini ingin katakan? kenapa dia tiba-tiba diam begini?" batin Audrey.
Tangan pria itu mengusap lembut pinggang dan naik ke punggung Audrey, membuat Audrey tidak nyaman.
"Apa yang kamu lakukan. Lepaskan," kata Audrey mendorong tubuh pria itu menjauh, tetapi tenaganya tidaklah sebanding dengan tenaga pria itu.
"Boleh aku menciummu?" tanya pria itu.
"Apa kamu gila?" sentak Audrey kesal.
"Kalau begitu, boleh aku menyentuhmu? Di sini, di sini dan di sini?" tanya pria itu, menunjuk beberapa area sensitif Audrey.
Audrey tersenyum masam, "Kamu ternyata memang pasien rumah sakit jiwa, ya. Bisa-bisanya memperlakukan wanita yang baru kamu temui serendah ini. Lepaskan aku, aku mau pulang." kata Audrey.
Pria itu tiba-tiba menggendong Audrey ke tempat tidur dan menidurkan Audrey di sana. Audrey ingin bangun, tetapi tubuhnya sudah lebih dulu ditindih tubuh besar milik pria itu.
"Kamu ... " kata Audrey menatap pria dihadapannya dengan penuh amarah.
"Hansen," kata pria itu menatap Audrey.
Audrey hanya mengernyitkan dahi. Ia tidak senang dengan sikap pria kurang ajar yang sudah semena-mena padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ning Ning
maap Thor aku mau komen tulisan nya bagus cuman berbalikbek plasch back nya tapi semangat
2023-03-25
0